hanya 10 Persen Kapal-Kapal Buatan Galangan Kapal Dalam Negeri -->

Iklan Semua Halaman

hanya 10 Persen Kapal-Kapal Buatan Galangan Kapal Dalam Negeri

Pulo Lasman Simanjuntak
01 Desember 2014
Jakarta,e.Maritim.Com,-Sampai saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah kapal berbendera nasional terbesar di Asia Tenggara yaitu mencapai 14.000 unit atau meningkat tujuh kali lipat daripada tahun 2005 dengan jumlah 2000 unit.Akan tetapi, hanya sekitar 10 persen kapal-kapal buatan galangan kapal dalam negeri. Kapal yang berasal dari dalam negeri itu pun sebagian besar hanya dibuat di galangan kapal di Batam.

Demikian dikatakan oleh Johnson, anggota Dewan Penasihat Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Sarana Lepas Pantai Indonesia (Iperindo).

Presiden Direktur Steadfast Marine, Eddy Logam di Pontianak juga mengeluhkan komponen yang diimpor terkena pajak 10 persen. Selain itu, cukai komponen yang diimpor 5-12 persen.Hal itu menyebabkan biaya tinggi.

"Biaya material galangan kapal Indonesia sangat tinggi jika dibandingkan dengan negara tetangga. Malaysia saja, contohnya, tidak memberlakukan cukai. Ini masalah yang paling mendasar," ujarnya.

Tingginya biaya untuk bahan baku berimbas tingginya harga jual kapal lokal. Harga kapal lokal 20-30 persen lebih mahal daripada kapal asal Tiongkok. Akibatnya, kondisi laba perusahaan tidak begitu baik.

Meskipun demikian, Eddy menyatakan terus menjalankan galangan kapal karena memikirkan dampak yang akan lebih buruk jika Indonesia selalu mengimpor kapal.

Kurmin Halim, pengusaha galangan kapal PT.Sukses Bahari Nusantara yang terletak di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, mengatakan dalam setahun galangan berusia 12 tahun ini mampu memproduksi 7-8 kapal penumpang berbahan fiber dan alumuniumdengan kapasitas 350-400 orang.

Selain terbebani pajak, kata Kurmin, kendala yang dihadapi adalah kesulitan memperoleh pinjaman dari perbankan. Padahal, galangan kapal di Indnesia sebenarnya sudah mampu memproduksi kapal besar jika memperoleh kesempataan dan kondisi keuangan memadai."Syarat yang diperlukan masih sangat berat," selanya. (pulo lasman simanjuntak)