Jakarta,eMaritim.Com,-Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) tengah mengkaji seluruh kontrak kerjasama minyak dan gas bumi
(migas) menyusul rendahnya harga minyak dunia. Fenomena pelemahan harga migas
dikhawatirkan berdampak pada menurunnya kinerja kontraktor kontrak kerjasama
(KKKS) yang berakibat pada anjloknya angka produksi migas nasional.
“Pada dasarnya belum ada KKKS yang lapor akan menunda produksi. Tapi bisa jadi
karena harga minyak yang begini terus, maka akan terjadi risiki penurunan
produksi," ujar Menteri ESDM Sudirman Said di Jakarta, Kamis (22/1) seperti dikutip dari swarakalibata.com di Jakarta, Minggu malam (25/1/2015).
Potensi turunnya angka produksi migas nasional sendiri kian menguat setelah Kementerian ESDM mencatat terdapat 17 blok migas yang akan habis kontraknya hingga 2019 mendatang. Selain itu, pemerintah juga berencana menterminasi 41 wilayah kerja yang tak kunjung digarap oleh KKKS tahun ini.
Hal itulah yang menjadi alasan Sudirman untuk melakukan evaluasi dan memastikan komitmen semua KKKS.
Potensi turunnya angka produksi migas nasional sendiri kian menguat setelah Kementerian ESDM mencatat terdapat 17 blok migas yang akan habis kontraknya hingga 2019 mendatang. Selain itu, pemerintah juga berencana menterminasi 41 wilayah kerja yang tak kunjung digarap oleh KKKS tahun ini.
Hal itulah yang menjadi alasan Sudirman untuk melakukan evaluasi dan memastikan komitmen semua KKKS.
"Sikap kita jelas, seluruh KKKS di review. Review-nya
sendiri mulai dari yang menjelang habis (kontrak) yang nantinya akan kita
putuskan mau dilanjutkan atau tidak. Kalau tidak memenuhi komitmen dan tidak
memenuhi rencana-rencana, akan kita akhiri," tambah Sudirman, seperti dikutip dari CNN Indonesia.
Namun kekhawatiran Sudirman akan potensi merosotnya kinerja KKKS sepanjang 2015 sebenarnya sudah terlihat dengan mengusulkan perubahan target lifting minyak dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2015.
Lifting yang awalnya di target 900 ribu barel per hari (BPH) dalam APBN 2015, diusulkan oleh Kementerian ESDM untuk dapat dditurunkan menjadi 849 ribu BPH.
Namun kekhawatiran Sudirman akan potensi merosotnya kinerja KKKS sepanjang 2015 sebenarnya sudah terlihat dengan mengusulkan perubahan target lifting minyak dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2015.
Lifting yang awalnya di target 900 ribu barel per hari (BPH) dalam APBN 2015, diusulkan oleh Kementerian ESDM untuk dapat dditurunkan menjadi 849 ribu BPH.
"Angka ini didapat setelah Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha
Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melakukan prognosa atas produksi minyak di
2015. Angka ini sudah menghitung proyek yang onstream tahun
ini berikut penurunan produksi di beberapa sumur," ujar Pelaksana tugas
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi I Nyoman Wiratmaja.
Wiratmaja menerangkan, kontribusi produksi terbesar tahun ini diharapkan datang
dari lapangan minyak yang dikelola oleh PT Chevron Pasific Indonesia sebesar
280 ribu BPH, PT Pertamina EP sekitar 128.390 BPH, Mobil Cepu berkisar 99.642
BPH, Total E&P Indonesie 62.679 (pulo lasman simanjuntak)