Wilayah
kerja Muara Bakau terdiri dari dua lapangan yang telah discovery yaitu
Lapangan Jangkrik dan Lapangan Jangkrik North
East. Kedua lapangan ini terletak di lepas pantai laut Selat Makassar
kurang lebih 70 kilometer timur laut Delta Mahakam dengan dengan kedalaman
sekitar 450 hingga 500 meter di bawah permukaan laut. Lapangan Jangkrik akan
berproduksi sebesar 300 juta kaki kubik per hari, sedangkan Jangkrik North East
produksinya sebanyak 150 juta kaki kubik per hari.
Kepala
Humas, SKK Migas Rudianto Rimbono dalam siaran pers, menjelaskan, pengembangan gas Lapangan Jangkrik diawali
dengan ditemukannya sumur JKK-1 pada
tahun 2009, kemudian dilanjutkan sumur JKK-2 dan JKK-3
tahun 2010, sedangkan Lapangan Jangkrik North
East dimulai sejak penemuan sumur
JNE-1 dan JNE-2 tahun 2011. Rencana pengembangan lapangan (plan of development) I Lapangan Jangkrik
disetujui oleh Menteri ESDM pada tanggal 29 November 2011. Sedangkan POD II
Lapangan
Jangkrik North East diperoleh
persetujuan dari Kepala SKK Migas pada tanggal 31 Januari 2013.
“Total
investasi kedua lapangan tersebut sebesar US$ 4 miliar,” katanya. Rinciannya,
investasi Lapangan Jangkrik sebesar US$ 2,8 milliar, ditambah Lapangan Jangkrik
North East sebesar US$ 1,2 miliar.
Proyek
Muara Bakau mencakup tiga pekerjaan utama saat ini yaitu EPCI (engineering, procurement, construction, and
instalation/rekayasa, pengadaan, konstruksi, dan instalasi) 1-unit
produksi terapung (Floating Production Unit/FPU), EPCI 2-Instalasi
fasilitas penerima (Receiving Facility Installation/RFI) dan sistem
produksi lepas pantai (Subsea Production System/SPS). FPU sebagai sarana
fasiltas produksi lepas pantai digunakan untuk melakukan prosesan
secara terintegrasi antara lapangan Jangkrik dan
Jangkrik North East agar lebih
optimal. Fasiltas lapangan komplek Jangkrik didesain untuk masa operasi 20
tahun dengan kapasitas 450 juta kaki kubik per hari dan 1.500 barel kondensat
per hari.
Rudianto
mengatakan, selain dua lapangan yang sudah dikembangkan, Muara Bakau memiliki
potensi migas di prospek Katak Biru. “Kami mengharapkan ENI menggiatkan
kegiatan di prospek tersebut dengan harapan menemukan cadangan yang komersial,
sehingga dapat menjaga kesinambungan produksi di masa mendatang,” katanya.
Vice President Government Affairs and Communication ENI
Indonesia, Vincent Soetedja, mengatakan pengembangan Lapangan Jangkrik dan
Jangkrik North East merupakan proyek fast track. Berkat dukungan Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan SKK Migas, proses persetujuan POD
dari mulai penemuan cadangan hanya memakan waktu sekitar 2 tahun dan
pelaksanaan proyek ditargetkan selesai dalam waktu kurang lebih 4 tahun. “Ini
menunjukkan komitmen Indonesia untuk menjadi benchmark kelas dunia dalam pengembangan proyek gas laut dalam
untuk keberlanjutan produksi migas di Indonesia,\" katanya.
Kontrak
Kerja Sama Muara Bakau ditandatangani tanggal 30 Desember 2002 dengan operator ENI
Muara Bakau B.V. (55%) yang berpartner dengan GDF Suez Exploration Indonesia
B.V. (45%).(dbs/lasman simanjuntak)
|