Sampai Hari Ini ,Ribuan Nelayan Masih Takut Melaut Lantaran Cuaca Buruk di Lautan -->

Iklan Semua Halaman

Sampai Hari Ini ,Ribuan Nelayan Masih Takut Melaut Lantaran Cuaca Buruk di Lautan

Pulo Lasman Simanjuntak
30 Januari 2015
Jakarta,eMaritim.Com,-Ribuan nelayan di Kota dan Kabupaten Tegal terpaksa menganggur akibat cuaca buruk di Laut Jawa sejak akhir pekan lalu. "Sekitar 200 kapal nelayan asal Tegal yang telanjur melaut juga terpaksa berlindung di pulau-pulau kecil di perairan Kalimantan," kata Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Tegal Mahmud Effendy, Selasa, 13 Januari 2015.

Adapun ratusan kapal nelayan di Pelabuhan Perikanan Pantai Tegalsari memutuskan tidak melaut sejak Ahad, 11 Januari 2015. Mengantisipasi cuaca buruk, HNSI mengajukan permohonan bantuan beras paceklik sebanyak 75 ton kepada Pemerintah Kota Tegal pada 26 Desember 2014. Beras bantuan gratis itu diajukan untuk 5.000 keluarga nelayan dengan jatah 15 kilogram per satu keluarga. "Tapi sampai sekarang belum ada respons," ujar Mahmud.

Berdasarkan laporan khusus (lapsus) yang dihimpun wartawan eMaritim.Com  dari berbagai sumber di Jakarta,sampai Jumat pagi (30/1/2015),


di Pantai Desa Munjungagung, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal, hanya sekitar 20 kapal dari 124 kapal nelayan yang nekat melaut pada Selasa pagi, 13 Januari 2015. "Tapi hanya dua kapal yang bisa melelang hasil tangkapannya dengan nilai total sekitar Rp 6 juta," kata Kepala Tempat Pelelangan Ikan Larangan, Kuswoyo. Sedangkan 18 kapal lain rata-rata hanya mendapat ikan 10-20 kilogram.

Kuswoyo mengatakan seluruh kapal di Pantai Munjungagung berukuran di bawah 10 gross tonnage (GT). Sejak Ahad lalu, kapal-kapal kecil tersebut kewalahan menghadapi gelombang setinggi dua-tiga meter di perairan berjarak sekitar tiga mil dari pantai. Dalam cuaca normal, nilai lelang ikan di TPI Larangan bisa mencapai Rp 26 juta per hari.

Salah seorang nelayan di Desa Munjungagung, Ranito, 38 tahun, mengatakan 20 kapal berangkat melaut sekitar pukul 05.00. "Saat itu cuaca masih bersahabat," katanya. Baru dua jam berselang, angin kencang datang disertai gelombang tinggi. "Kalau tetap nekat, kapal kami bisa terbalik," kata Ranito.

Nelayan lain, Daiman, 45 tahun, justru tidak mendapat ikan sama sekali. "Kapal kami berawak delapan orang. Pemilik kapal memberi uang lelah Rp 10.000 per orang," kata Daiman. Prakirawan Stasiun Meteorologi Tegal, Hendy Andrianto, mengatakan cuaca buruk di Laut Jawa diprediksi berlangsung hingga pekan depan. "Puncaknya diperkirakan pada 18 Januari dengan ketinggian gelombang mencapai 3,5 meter," kata Hendy.




 Cuaca buruk memaksa nelayan di Kabupaten Karawang, Jawa Barat berhenti beraktivitas. Akibatnya masyarakat di wilayah pesisir itu rawan daya beli karena mereka tidak memiliki penghasilan.
Ketua Rukun Nelayan (RN) Kampung Pasir Putih, Desa Sukajaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Sahari, mengatakan, sudah sepekan nelayan di wilayahnya tak melaut. Padahal, biasanya mereka melaut dengan mencari ikan ke Pulau Kalimantan dan Sumatera. "Tetapi, sejak sepekan ini mereka menganggur," ujarnya, Ahad (4/1/2015).

Dengan kondisi ini, lanjutnya, nelayan harus kehilangan jutaan rupiah. Karena, jika mereka melaut penghasilan kotornya bisa mencapai Rp 10 juta ke atas. Tapi, sekarang mereka tak punya penghasilan sama sekali. Sehingga, ancaman rawan daya beli menghantui keluarga mereka.

Menurut Sahari, cuaca buruk di lautan menghambat aktivitas nelayan. Cuaca buruk itu, menyebabkan gelombang tinggi antara empat sampai lima meter. Tak hanya itu, angin di lautan juga cukup kencang. "Biasanya, masa paceklik yang dihadapi nelayan cukup lama, sampai dua bulan lebih," ujarnya.

Nelayan yang tergabung dalam kelompok Nelayan Al-Ikhlas di Kampung Pancian, Kelurahan Bancaran, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, tidak melaut seiring dengan kondisi cuaca yang buruk.

Angin kencang dan ombak besar yang menimpa perairan ujung barat Pulau Garam Madura, menghantui para nelayan untuk melaut. Mereka hanya memperbaiki perahunya yang ditambatkan ditempat aman. Kondisi ini cukup mencekik nelayan.

“Beberapa hari, nelayan sudah tidak melaut. Semuanya tidak bekerja,”kata Moh Arif, salah seorang nelayan di Bangkalan, Kamis (29/1/2015).

Menurut Arif, nelayan yang masih bisa melaut adalah nelayan yang menggunakan kapal-kapal besar, namun untuk nelayan yang menggunakan perahu sudah tidak bisa melaut.

Kalaupun memaksa untuk melaut, hasil tangkapan ikan tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan.

“Kalau kondisi angin kencang, ikan juga tidak ada. Jadi,  hasilnya tidak sebending dengan biaya operasional,” keluhnya.(sonny listyanto/lasman simanjuntak)