Pelabuhan Kumai, Kalimantan Tengah, Miliki Peran Penting Pada Pelayaran Nasional -->

Iklan Semua Halaman

Pelabuhan Kumai, Kalimantan Tengah, Miliki Peran Penting Pada Pelayaran Nasional

Pulo Lasman Simanjuntak
05 Maret 2015
Kotawaringin, eMaritim.Com,-Bila dilihat dari lokasinya yang terletak di di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, siapa yang menyangka bila Pelabuhan Kumai memiliki peran yang besar dan kontribusi yang tidak sedikit pada pelayaran nasional.

Sebagai pelabuhan kelas IV, Pelabuhan Kumai mendukung sepenuhnya perekonomian baik lokal maupun nasional. Hasil alam seperti kelapa sawit yang dihasilkan di Kalimantan Tengah dikirim keluar Kumai hingga ke negara lain.

Kepala Satuan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Pelabuhan Kumai, Junaidi mengemukakan, sejak keberadaannya puluhan tahun lalu, tak berhenti aktifitasnya, baik sebagai pelabuhan penumpang maupun pelabuhan barang.

Kalteng berpotensi menghasilkan produk perkebunan kelapa sawit berupa CPO (Crude Palm Oil) maupun PKO (Palm Kernel Oil). Demikian juga dengan hasil hutan seperti kayu dan plywood, hasil hutan lain seperti rotan dan sebagainya dari Sukamara, Seruyan, bahkan dari Sampit. Serta hasil pertambangan daerah penyangga yakni bijih besi dari Lamandau dan hasil bumi lainnya yang masih dalam tahap eksplorasi.


"Pelabuhan ini memegang peranan penting pada pertumbuhan perekomian Kalteng. Banyak Sumber Daya Alam (SDA) yang dihasilkan di provinsi ini," ungkap Junaidi di Kumai belum lama ini seperti dikutip kembali dari www.dephub.go.id, Kamis siang (5/3/2015).

Selain itu, angkutan penumpang dari Pelabuhan Kumai, menurut Junaidi juga tak pernah sepi. Rata-rata kapasitas penumpang yang mencapai 1.000 tiap kapal dipenuhinya. Begitu juga dengan kapal ferry RORO (roll on roll off) juga banyak diminati.

Peran penting lainnya yang belum lama terjadi adalah pada saat terjadi peristiwa musibah pesawat Air Asia QZ 8501 yang ditemukan di Selat Karimata, Kalteng. Menurut Junaidi, Kumai salah satu pelabuhan yang turut sibuk dalam aktifitas penemuan dan evakuasi.

Selama masa pencarian yang tidak sebentar, Kumai yang sederhana dan tak terlalu ramai, menjadi pelabuhan yang banyak didatangi dari berbagai instansi dan tim SAR. Kumai juga dijadikan sebagai tempat singgah kapal-kapal pencari korban pesawat rute Surabaya-Singapura tersebut.

"16 kapal bersandar kala itu, untuk operasi pencarian korban," ungkap Junaidi.


Tak hanya pelabuhannya, peran Stasiun Radio Pantai (SROP) pada saat musibah pesawat AirAsia tersebut juga sangat besar, untuk memberikan informasi seputar keberadaan kapal dan lainnya.

SROP Kumai menyambungkan informasi kepada pihak-pihak terkait evakuasi dan pencarian selama operasi hingga banyak korban dan juga serpihan pesawat bisa ditemukan pada saat itu.
"Salah satu posko komunikasi, di dermaga Kumai dan bandara, diisi unsur gabungan yang saling terkait," tutur Junaidi.

Saat bangkai ekor pesawat ditemukan, lanjut Junaidi, sempat diletakkan di salah satu gudang di area Pelabuhan Kumai sebelum dibawa ke Jakarta dua minggu berselang.
Setelah intensitas pencarian korban berkurang dan berpindah ke wilayah perairan Sulawesi, secara otomatis menurut Junaidi, jumlah kapal juga mulai berkurang. Hingga akhir Februari, terdapat dua kapal milik Basarnas dan satu kapal Kepolisian yang tersisa bersandar di pelabuhan tersebut.

Utamakan Keselamatan

Junaidi menegaskan, dalam menjalani tugasnya sehari-hari yang dibantu oleh 29 personil. Pihaknya senantiasa mengutamakan keselamatan pelayaran dengan mengacu pada laporan cuaca dari Badan Meterologi dan Klimatologi Geofisika (BMKG) dan diterapkan pada seluruh pelayaran.

"Kami tidak ada toleransi dalam mengutamakan keselamatan. Kami tidak akan beri izin berlayar bila kondisi cuaca di laut tidak bersahabat," tutur Junaidi.

Pembaruan informasi BMKG, menurut Junaidi biasanya dilakukan satu minggu sekali dan dijadikan pedoman dalam membuat Maklumat Pelayaran. Tidak ada satu kapal pun yang dibiarkan melanggar bila terjadi cuaca ombak tinggi.

"Kami bertugas mengawasi dan memantau seluruh aktifitas di pelabuhan baik di dermaga penumpang maupun dermaga untuk peti kemas, yang semua itu dikelola oleh operator PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III," kata Junaidi.

Dengan jumlah SDM yang terbatas bila dibandingkan beban kerja, menurut Junaidi, tak surut semangat personilnya untuk menjalankan kinerja yang sudah ditentukan.

"Kami berharap, bila sesuai dengan beban kerja yang ada, personil bisa ditambahkan minimal 16 orang lagi," tutur Junaidi.

Hal itu lantaran saat ini, rata-rata pekerjaan yang ada dikerjakan dengan beban dan tanggung jawab yang cukup besar.

Apalagi, ke depannya, Kumai juga diharapkan bisa terus berkembang dan memenuhi kebutuhan pelayaran masyarakat setempat khususnya dan masyarakat yang ingin datang ke Kalteng untuk berwisata.
"Di sini dua kali dalam setahun ada kapal layar asing yang datang untuk berlibur dan menikmati keindahan alam Kalteng," kata Junaidi.

Pantai pasir putih dan hutan dengan komunitas orang utan yang masih banyak menjadi daerah wisata paling digemari. Banyak wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang sengaja datang untuk menikmatinya.

Bagi yang akan datang ke Kumai menggunakan kapal laut, menurut Junaidi ada beberapa alternatif yang bisa dipilih. Dari Semarang (Jawa Tengah), Surabaya (Jawa Timur), atau Bawean.
Untuk rute Kumai-Surabaya dan sebaliknya, terdapat kapal KM Lauser, KM Darma Kencana, KM Kirana 3, KM Setya Kencana 3, KM Darma Kartika 3, KM Darma 3, dan KM Darma Ferry 2.
Sedangkan untuk rute Kumai-Semarang dan sebaliknya ada pilihan kapal KM Egon, KM Darma Kencana 2, dan KM Darma Ferry 8.
Pencapaian Pelabuhan Kumai

Berdasarkan data dari laman Pelindo III, diuraikan bahwa realisasi arus kunjungan kapal tahun 2014, mencapai 3.831 Unit dan 6.396.323 Grt, sedangkan bila dibandingkan RKAP Tahun 2014 adalah sebesar 3.774 unit dan 6.090.343 dalam Grt. Untuk kunjungan kapal, tercapai dalam unit sebesar 102 persen, sementara untuk Grt mencapai 105 persen.

Kondisi tersebut disebabkan, terjadinya peningkatan terutama pada kapal Petikemas dan Kapal kargo, selain juga terjadi peningkatan pada angkutan penumpang.

Realisasi arus barang sampai dengan tahun 2014 dalam ton sebesar 4.215.465 Ton dari anggaran tahun 2014 sebesar 3.719.029 Ton, 113 persen dari anggaran. Untuk satuan M3 realisasi mencapai 1.465.697 M3 dari anggaran tahun 2014 sebesar 427.035 M3 atau tercapai 343 persen dari anggaran.
Hal ini disebabkan meningkatnya arus barang dalam ton khususnya di TUKS PT. Korintiga yaitu Wood chip (bahan baku pulp). Sedangkan dalam M3 Kayu Log di TUKS Korintiga juga terjadi peningkatan.

Realisasi arus peti kemas sampai dengan tahun 2014 sebesar 21.820 Boks dan 22.126 TEUs dari anggaran tahun 2014 sebesar 18.466 Boks dan 18.566 TEUs atau tercapai 118 persen untuk boks dan 119 persen untuk Teus. Pemicunya, banyak pengguna jasa yang sebelumnya menggunakan Kapal Cargo beralih ke Petikemas.

Realisasi arus penumpang sampai dengan tahun 2014 ini sebesar 268.510 orang dari target yang ingin dicapai tahun 2014 sebesar 283.722 orang atau tercapai sebesar 95 persen. Hal ini disebabkan beberapa faktor diantaranya jadwal penerbangan yang semakin meningkat serta tiket pesawat yang terjangkau di Kabupaten Kotawaringin Barat.

Sementara, jumlah arus hewan sampai dengan akhir tahun 2014 sebanyak 2.878 ekor dari rencana target sebesar 403 ekor atau meningkat 714 persen.Penyebabnya, kedatangan sapi dari Australia di Pelabuhan Kawasan Bumiharjo yang sebelumnya tidak dianggarkan di Tahun 2014.

Rencana Masa Datang


Junaidi menambahkan, untuk pengembangan Pelabuhan Kumai memang belum bisa dipastikan kapan akan dilakukan, karena pertumbuhannya belum terlalu besar dan siginifikan dan masih cukup bila dilihat dari kapasitas dermaganya. 

Namun, pihaknya optimis, Kumai akan terus berkembang dan banyak dikunjungi seiring dengan semakin dikembangkannya wilayah Kalteng dan keberadaan sektor pariwisata yang terus ditingkatkan.

Kumai yang sudah memiliki kapal patroli sejak tahun 1990an, saat ini menurut Junaidi, pihaknya tengah mengajukan pembuatan kapal patrol baru yang akan mengoptimalkan kinerja pelabuhannya.
“Diprediksi, kapal patrol akan selesai pada tahun 2016 dan bisa dioperasikan,” tutur Junaidi.

Menurut Junaidi, pihaknya juga sangat bangga dengan seluruh personil yang telah bekerja keras untuk membuat Pelabuhan Kumai makin berkualitas pelayanannya dan terus memperbaiki segala kekurangan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. (pulo lasman simanjuntak)