Pada perdagangan hari ini sampai pukul 9:07 WIB,
harga minyak West Texas Intermediate (WTI) terkoreksi 1,18% menjadi
US$56,04 per barel, sedangkan harga minyak Brent turun 1,31% menjadi
US$63,14 per barel.
Sebelumnya, pada awal pekan harga minyak WTI berada di kisaran US$50, sedangkan harga minyak Brent berada di kisaran US$55.
Ric
Spooner, analis CMC Markets, mengatakan pasar saat ini akan menunggu
perkembangan penurunan produksi minyak Amerika Serikat (AS) selanjutnya
pada pekan depan.
“Tapi, pasokan AS yang terus
meningkat bisa jadi penahan penguatan harga minyak lebih lanjut ke
depannya,” ujarnya seperti dilansir Bloomberg pada Jumat (17/4/2015).
Ariana
Nur Akbar, analis PT Monex Investindo Futures, mengatakan kondisi
pasokan yang melimpah sudah mencapai titik jenuh. Permintaan dari
Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Asia juga tumbuh yang membuat pasar
berspekulasi pasokan minyak global siap menyusut.
“Lalu,
pergerakan di bursa saham Asia juga positif yang diindikasi karena
faktor positifnya harga komoditi energi. Jadi, khusus untuk harga minyak
WTI kemungkinan bisa melesat ke level US$60 sampai US$65 pada akhir
bulan ini,” ujarnya kepada Bisnis.
Adapun, harga
minyak juga mendapatkan dukungan dari data Energy Information
Adminitration (EIA). Kemarin, data EIA menunjukkan penurunan produksi
minyak AS sebesar 0,21% menjadi 9,38 juta barel per hari, sedangkan
pasokan minyak AS masih terus meningkat sebesar 0,26% menjadi 483,7 juta
barel.
- Harga minyak Mencatat Kenaikan
Sementara itu tribunnews.com melaporkan untuk hari keenam berturut-turut pada Kamis (16/4/2015) waktu setempat (Jumat pagi WIB), di tengah sinyal bahwa produksi AS mengalami pengurangan.
Minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei, patokan AS, menguat 32 sen menjadi ditutup pada 56,71 dollar AS per barrel di New York Stock Exchange, tertinggi baru sejak Desember.
Patokan global, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Juni, naik 66 sen menjadi menetap di 63,95 dollar AS per barrel pada hari pertama perdagangan kontrak Juni di London.
Pasar minyak telah dibuka melemah karena investor melakukan aksi ambil untung dari kenaikan Rabu, termasuk lonjakan hampir enam persen di WTI.
Untuk James Williams dari WTRG Economics, laporan Departemen Energi AS (DoE) pada Rabu yang menunjukkan produksi minyak mentah sedikit berkurang 20.000 barrel per hari dalam pekan yang berakhir 10 April, penurunan kedua dalam tiga minggu, telah membuat investor berharap penuh bahwa pasokan akan mulai berkurang.
DoE juga secara tak terduga melaporkan kenaikan terkecil dalam persediaan minyak mentah AS 1,29 juta barrel sejauh tahun ini.
"Kami akhirnya melihat sekalipun dalam data mingguan dampak dari harga yang lebih rendah dalam produksi AS, dan saya pikir itu sangat mendukung harga minyak mentah," kata Williams.
(pulo lasman simanjuntak)
- Harga minyak Mencatat Kenaikan
Sementara itu tribunnews.com melaporkan untuk hari keenam berturut-turut pada Kamis (16/4/2015) waktu setempat (Jumat pagi WIB), di tengah sinyal bahwa produksi AS mengalami pengurangan.
Minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei, patokan AS, menguat 32 sen menjadi ditutup pada 56,71 dollar AS per barrel di New York Stock Exchange, tertinggi baru sejak Desember.
Patokan global, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Juni, naik 66 sen menjadi menetap di 63,95 dollar AS per barrel pada hari pertama perdagangan kontrak Juni di London.
Pasar minyak telah dibuka melemah karena investor melakukan aksi ambil untung dari kenaikan Rabu, termasuk lonjakan hampir enam persen di WTI.
Untuk James Williams dari WTRG Economics, laporan Departemen Energi AS (DoE) pada Rabu yang menunjukkan produksi minyak mentah sedikit berkurang 20.000 barrel per hari dalam pekan yang berakhir 10 April, penurunan kedua dalam tiga minggu, telah membuat investor berharap penuh bahwa pasokan akan mulai berkurang.
DoE juga secara tak terduga melaporkan kenaikan terkecil dalam persediaan minyak mentah AS 1,29 juta barrel sejauh tahun ini.
"Kami akhirnya melihat sekalipun dalam data mingguan dampak dari harga yang lebih rendah dalam produksi AS, dan saya pikir itu sangat mendukung harga minyak mentah," kata Williams.
(pulo lasman simanjuntak)