Jakarta,eMaritim.Com,-PT Total E&P Indonesie
berhasil menemukan potensi sumber gas dari lapangan raksasa Northwest Tunu 3D
(NWT 3D) di Blok Mahakam yang berpotensi dengan kandungan gas sebesar 700 juta
kaki kubik.
Potensi gas itu diyakini dapat mendukung seluruh lapangan
yang masih dipakai Total.
"Kami baru selesai melakukan survei seismik 3
dimensi di Lapangan Tunu. Ini bukan pekerjaan mudah. Banyak waktu, tenaga, dan
uang untuk melakukan seismik ini, hanya untuk mencari potensi minyak atau gas
bumi di bawah tanah," kata President & General Manager Total E&P
Indonesie, Hardy Pramono di kantornya, belum lama ini sepperti dikutip dari www.migasreview.com.
Oktober 2014 lalu perusahaan menyelesaikan survei seismik
3D di Lapangan Tunu yang telah berlangsung sejak April 2012 atau memakan waktu
18 bulan lamanya.
Hardy mengatakan, kegiatan tersebut dilaksanakan untuk
menentukan dan mencari lokasi reservoir yang menjadi target pengeboran dan
lokasi sumur, di zona Northwest Tunu.
"Untuk menyelesaikan seismik di Lapangan Tunu ini
sangat susah karena berada di lokasi yang mencakup medan rawa-rawa di atas
lumpur, melibatkan 1.500 orang pegawai, dengan peralatan dalam jumlah besar,
seperti teknologi peledakan mutakhir dan lainnya," kata Hardy.
Vice President Geoscience & Reservoir Total E&P
Indonesie Noor Syarifuddin menambahkan, Lapangan Tunu termasuk kategori
lapangan raksasa, karena selain durasinya yang panjang, kegiatan survei seismik
tersebut mencakup suatu hamparan wilayah yang cukup luas dengan panjang sekitar
75 km dan lebar 20 km sampai laut lepas.
"Pada saat itu kami tidak menyadari telah menemukan
lapangan raksasa dengan panjang 75 km lebar 20 km sampai laut lepas. Awalnya
menemukan lapangan Tunu reservoirnya kecil-kecil namun jumlahnya ribuan sumur.
Setelah itu mulai terlihat sumurnya saling berhubungan dan hidrokarbonnya saling
berkaitan. Lahirnya tidak seketika tapi bertahap dengan potensi kandungan gas sebanyak
700 juta kaki kubik,"ungkap Noor.
Apalagi, tambah Noor, Lapangan Tunu berada di 3 desa
dengan penduduk 20 ribu jiwa yang 80 persennya bermatapencaharian nelayan. Ini menjadi
salah satu kesulitan lagi dalam pencarian hidrokarbon. Pihaknya kini harus
aktif melakukan sosialisasi kepada masyarakat setempat, dengan kompensasi yang
diberikan Rp 3 juta/hektare tambak ikan atau udang yang areanya digunakan untuk
survei seismik 3 D.
"Tidak hanya tambak. Ketika proses seismik di laut
atau sungai, pasti di bawahnya ada rumpon-rumpon milik nelayan. Itu juga harus
diberikan kompensasi. Susahnya, ketika dilakukan perhitungan kompensasi, jumlah
penduduk dan nelayannya seketika meningkat pesat karena penduduk dari daerah
lain ikut masuk," ungkap Noor.
Begitu ada kegiatan di Lapangan Tunu, seperti seismik, salah
sedikit dapat mengganggu kegiatan produksi sehari-hari karena berada posisi
dekat dengan penduduk.
"Ketika kegiatan seismik dilakukan, semua kegiatan
harus dihentikan dan nelayan tidak boleh melintas. Ini terkait faktor
keselamatan karena kami melakukan peledakan (bom) di beberapa daerah yang
dilakukan seismik," tukas Noor.(pulo lasman simanjuntak)
Teks Foto : Vice President Geosciences & Reservoir (GSR) Noor Syarifuddin saat menjelaskan proses PT Total E&P Indonesie berhasil menemukan potensi sumber gas dari lapangan raksasa Northwest Tunu 3D (NWT 3D) Blok Mahakam, di kantor TOTAL Jakarta, belum lama ini. (Fachry Latief/ MigasReview.com/eMaritim.Com)
Teks Foto : Vice President Geosciences & Reservoir (GSR) Noor Syarifuddin saat menjelaskan proses PT Total E&P Indonesie berhasil menemukan potensi sumber gas dari lapangan raksasa Northwest Tunu 3D (NWT 3D) Blok Mahakam, di kantor TOTAL Jakarta, belum lama ini. (Fachry Latief/ MigasReview.com/eMaritim.Com)