Jakarta ,eMaritim.Com,-Presiden Joko Widodo akhirnya mengangkat Rizal Ramli sebagai Menko Maritim dan Sumber Daya. Ekonom senior itu dikenal sering mengeluarkan kebijakan terobosan yang terbukti mampu menyelesaikan berbagai persoalan ekonomi dengan cepat dan tepat. Itulah sebabnya Rizal Ramli juga dijuluki Mr. Breakthrough.
Rizal Ramli
resmi kembali masuk lingkar kekuasaan melalui Keputusan Presiden (Keppres) RI nomor 79/P tahun 2015 tentang Pergantian
Beberapa Menteri Kabinet Kerja periode 2014-2019. Jokowi yakin pendiri lembaga think tank ECONIT tersebut dapat
mewujudkan mimpi Presiden tentang Poros Maritim. Dengan Poros Maritim,
diharapkan perekonomian akan kembali menggeliat setelah dalam beberapa waktu
terakhir terus menurun.
Bagi Rizal
Ramli, menjadi pembantu Presiden bukanlah suatu hal baru. Pada era Presiden
Abdurrahman Wahid (Gus Dur), sejumlah jabatan penting dan strategis pernah
disandangnya. Dia, antara lain pernah menjadi Kepala Badan Urusan Logistik
(Bulog) pada periode April-Agustus 2000, Menko Perekonomian (Agustus 2000-Juni
2001), dan Menteri Keuangan (Juni 2001- Agustus 2001).
Rekam jejak
doktor ekonomi lulusan Boston Univesity, Amerika Serikat, di bidang ekonomi
makro dan mikro tampak dengan cemerlang. Dia juga dikenal sering mengambil
kebijakan terobosan, baik ketika berada di dalam maupun di luar lingkar kekuasaan.
Sebagai Menko Perekonomian, misalnya, dia memimpin Delegasi RI pada
sidang Consultative Group for Indonesia (CGI), di Tokyo, Jepang. Saat itu, untuk
pertama kalinya, Mafia
Berkeley–julukan kelompok ekonom UI yang dikomandani Widjojo Nitisastro– tidak
disertakan dalam forum Sidang CGI Meski tanpa disertai Widjojo, tim ekonomi
yang dipimpin Rizal Ramli berhasil mendapat komitmen bantuan alias utang luar
negeri baru sebesar US$4,8 miliar plus hibah US$500 juta lebih.
Prestasi
gemilang ini belum pernah dicapai tim-tim ekonomi Indonesia sebelumnya. Bahkan
fakta itu sekailgus mematahkan mitos, bahwa tanpa tim Widjojo dan Tim Mafia
Berkeley, Indonesia akan menelan kegagalan dalam forum-forum internasional.
Ketika menjadi Menko Perekonomian, Rizal Ramli yang dikenal kritis sejak
mahasiswa itu juga berhasil menyusun letter
of intent (LoI) secara mandiri. Untuk pertama kalinya, LoI disusun
berdasarkan kebutuhan pemerintah dan bangsa Indonesia, tanpa didikte oleh International Monetary Fund (IMF). Bukan
rahasia lagi, bahwa IMF sering dititipi berbagai kepentingan bisnis dari para
kapitalis asing.
Kendati menjabat dalam periode singkat (2000-2001) di pemerintahan,
sejumlah keputusan terobosan penting dan strategis telah diambilnya. Beberapa
di antaranya adalah, merivisi APBN 2001 dengan
tempo supercepat, yaitu hanya dua hari. Rizal Ramli juga berhasil
meningkatkan efisiensi Bulog dan merampingkan 119 rekening off budget menjadi hanya 9 rekening.
Tangan dingin anggota tim panel ahli ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa
bersama tiga peraih nobel ekonomi itu juga berhasil menyelamatkan PT Industri
Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dari
kebangkrutan. Hebatnya lagi, operasi penyelamatan tersebut tanpa sedikit pun
menyuntikkan dana pemerintah.
Rizal Ramli juga tercatat berhasil menyelamatkan Bank Internasional
Indonesia (BII) tanpa pemerintah harus mengeluarkan serupiah pun dana
penyelematan. Dia juga sukses menggaet dana lebih dari Rp5 triliun dari PT
Telkom dan PT Indosat tanpa harus menjual selembar juga saham kedua BUMN tersebut.
Selain itu, sebagai Komisaris Utama PT Semen Gresik Group, Rizal berhasil
mendongkrak peringkat perusahaan itu menjadi tujuh BUMN yang paling
menguntungkan. Di sisi kinerja keuangan, laba bersih Semen Gresik melonjak dari
Rp.1,3 triliun menjadi Rp.1,8 triliun dalam waktu singkat.
Dengan serangkaian prestasi gemilang tersebut, tidak mengherankan bila
Presiden Jokowi yakin Rizal Ramli mampu membantunya dalam mengakselerasi
pertumbuhan ekonomi. Dari sini
diharapkan kesejahteraan sebagain besar rakyat Indonesia bisa
ditingkatkan khususnya terkait bidang maritim dan sumber daya.(press release humas kemenko bidang maritim dan sumber daya/lasman simanjuntak)