Dr.Capt.Anthon Sihombing, M.Mar : Indonesia Harus Kembalikan Kejayaan Laut Melalui Poros Maritim Dunia -->

Iklan Semua Halaman

Dr.Capt.Anthon Sihombing, M.Mar : Indonesia Harus Kembalikan Kejayaan Laut Melalui Poros Maritim Dunia

Pulo Lasman Simanjuntak
28 September 2015
Jakarta,eMaritim.Com,- Ketua Umum Terpilih DPP.Ikatan Nakhoda Niaga Indonesia (INNI) periode 2015-2020, Dr.Capt.Anthon Sihombing , M.Mar, yang juga anggota Komisi V DPR RI mengatakan   Indonesia  harus mengembalikan kejayaan laut melalui poros maritim dunia dan sistem tol laut.

" Karena seluruh barang-barang atau 90 % melewati laut, dan 60 % - nya melalui Indonesia. Tapi, apa yang didapat oleh Indonesia? Kan tidak ada. Kita kalah dari Singapura, Philipina, dan Thailand. Karena itu sejalan dengan program kemaritiman pemerintahan Jokowi-JK, semua harus bertekad untuk mengembalikan kejayaan laut seperti pernah dilakukan oleh Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit," ujarnya dalam jumpa pers dengan para wartawan di ruang press room Gedung Nusantara III, DPR/MPRSenayan, Jakarta, Senin (28/9/2015).

“Dulu Presiden Soekarno kerjasama dengan banyak elemen masyarakat dan kemaritiman mengalami kemajuan. Tapi kini melenceng dan pelayaran tidak dibangun secara optimal. Sementara Menteri Kelautan Susi Pudjiastuti hanya fokus pada illegal fishing (pencurian ikan), maka kita harus tingkatkan peran nahkoda dan para nelayan agar mandiri, dan kita akan berjuang untuk kekuatan laut itu melalui INNI (Ikatan Nahkoda Niaga Indonesia),” tegasnya.

Hadir antara lain Sitepu, Capt Karim, Capt Suhendar Wijaya dan para nahkoda senior lainnya. Anton bertekad memajukan pelayaran termasuk nelayan rakyat, agar mereka bisa bekerja dengan baik, terlindungi karena banyak campur tangan dari luar yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.

“Langkah Susi Pudjiastuti hanya sebagai shock terapy saja, dan perannya harus terus ditingkatkan,” ujarnya.
Apalagi kini kata Anton, terjadi persaingan yang tidak sehat antara nahkoda dari Indonesia dan luar negeri. Di mana, gaji nakhoda Indonesia rendah tapi sebaliknya dari luar negeri gajinya cukup besar. Hal-hal seperti ini tidak boleh terjadi, sehingga harus ada solusi untuk menyelesaikan kesenjangan tersebut.
Sedangkan mengenai tol laut, adalah untuk meningkatkan angkutan kapal nasional dan internasional, karena barang yang dikirim melalui laut sebanyak 90 % dan 60%-nya melalui Indonesia.

 “Batubara kita saja masih diangkut oleh kapal asing dan seluruh ekspor kita juga dengan kapal asing. Sampai kapan? Itulah yang harus ditangani oleh pemerintahan Jokowi dan INNI akan memberikan masukan konstruktif pada pemerintah, dan akan membawa ke IMO di mana Indonesia sebagai negara kelautan terbesar dunia,” tambahnya.
Trend pembangunan dunia saat ini di darat dan meninggalkan laut, maka menurut Anton, sangat tepat jika Indonesia kembali ke laut. Di mana terdapat 570.000 (lima ratus tujuh puluh ribu) pelaut dan 6.000 bekerja di luar negeri, maka perlu pembangunan kelautan dan kalau tidak, kita bisa habis.

“Jadi, nahkoda itu harus kuat di tengah daya saing yang lemah sekarang ini. Kalau abad ke – 7 Sriwijaya, Majapahit ke – 11, maka abad ke – 21 nanti, Indonesia harus kuat,” tutur Setepu.
Indonesia Maritime And Ocean (IMO) Watch, tentu mendukung penuh rencana pemerintahan Jokowi-JK untuk mewujudkan tol laut. Sebab tol laut penting untuk menciptakan poros maritim yang mendukung kemajuan pelayaran nasional sehingga mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

 ”Tol laut harus segera direalisasikan. Kita juga mendukung penuh langkah-langkah Menteri Kordinator Kemaritiman Rizal Ramli , ” kata Dr.Capt. Anton Sihombing,M.Mar.
Membangun tol laut menurutnya, bukan pekerjaan yang mudah, sebab untuk mewujudkannya memerlukan waktu yang lama. Banyak hal yang harus dibenahi seperti model transportasi harus ditata dalam satu kesatuan sistem transportasi nasional yang terpadu. Pemerintah harus mampu menyediakan jasa transportasi yang seimbang dengan tingkat kebutuhan dan tersedianya pelayanan angkutan yang lebih baik.
Polistisi Golkar itu berpendapat , pembangunan kelautan harus diarahkan pada pola pembangunan berkelanjutan. Hal itu didasarkan pengelolaan sumber daya laut berbasis ekosistem yang meliputi aspek-aspek sumber daya manusia dan lembagaan, politik, ekonomi, lingkungan hidup, sosial budaya, pertahanan keamanan dan teknologi.(sorotnews.com/jitro kolondam/lasman simanjuntak)

Foto-foto : Jitro Kolondam/Lasman Simanjuntak/eMaritim.Com