Tol Laut Belum Tentu Kurangi Disparitas Harga -->

Iklan Semua Halaman

Tol Laut Belum Tentu Kurangi Disparitas Harga

Pulo Lasman Simanjuntak
12 April 2016
Ternate,eMaritim.Com,-Kepala Dinas Perdagangan (Disperindag) Maluku Utara (Malut) Asrul Gailea, tidak menjamin jika keberadaan tol laut mampu mengurangi disparitas harga.

Sebab, ada beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya tingginya ongkos bongkar muat di pelabuhan dan banyak spekulan yang bermain harga. "Belum lagi jalur distribusi yang panjang," kata Asrul.

Selain itu, menurutnya, kecepatan kapal tol laut juga sangat menentukan harga. Jika lama maka kebutuhan pokok tersebut bisa rusak sehingga distributor akan memilih mengirim barangnya dengan transportasi yang cepat.

Akibatnya, harga di pasar tidak akan berubah. Selain itu, lamanya waktu pengiriman juga mempengaruhi stok. Semakin lama, maka stok di pasaran akan sedikit sehingga harga melonjak.

 "Diharapkan kecepatan kapal tol laut 20 knot karena merupakan kapal barang bukan kapal penumpang," katanya.

Dia juga menekankan ukuran kapal. Kapal tol laut menurutnya harus berukuran sekitar 2.000 DWT. Kalau kapal berukuran 1.000 DWT maka tidak akan efektif, karena terlalu kecil.

"Sementara kapal tol berlabuh di beberapa pelabuhan. Sehingga barang-barang yang dimuat juga terbatas,"ujarnya. Kepala Pelni Cabang Ternate Ahmad Sadikin saat dikonfirmasi beberapa waktu lalu mengaku, belum mengetahui spesifikasi kapal tol laut.

Sedangkan pengamat ekonomi Universitas Khairun Ternate, Dr. Mukhtar Adam menilai, Makassar tidak tepat dijadikan sebagai pusat distibusi barang dan jasa dalam program tol laut ini.

 "Kapal tol laut memasok barang dari Makassar ke Malut. Padahal, selama ini barang-barang kebutuhan di Malut dari Surabaya, karena di sanalah pusat industri, distribusi barang dan jasa," tandasnya.

Jika dilakukan lewat Makassar maka akan menjadi tidak efektif dan tidak efesien. Menurutnya, suplier utama yang memasok barang ke Malut berasal dari Surabaya bukan Makassar. Selain itu, dia menegaskan agar pemerintah tidak membiarkan permainan oligopoli dan monopoli di  pasar, sehingga harga barang menjadi tinggi.

 "Bukan hanya tol laut yang menjadi variabel berkurangnya disparitas harga, ada variabel-variabel lain. Selama ini pemerintah kota maupun provinsi cenderung membiarkan praktek oligopoli dan monopolistik sehingga harga di pasar menjadi tinggi," pungkasnya.(malutpos.com/indopos.com/lasman simanjuntak)