Mengurai Benang Kusut ..! -->

Iklan Semua Halaman

Mengurai Benang Kusut ..!

Ananta Gultom
30 September 2016
Macet lagi.. Macet lagi...
Bagi Masyarakat perkotaan, kemacetan sudah menjadi pemandangan yang sudah biasa. Keluhan mengenai kemacetan, sikap arogansi maupun sumpah serapah kerap mewarnai hingar bingar kemacetan itu.

Berbagai upaya untuk mengatasi kemacetan sudah banyak dilakukan, dari penambahan ruas jalan, memperlebar jalan, contra flow, aturan 3 in 1, aturan genap ganjil, maupun dengan rekayasa lalulintas, namun hanya sedikit saja yang berhasil, selebihnya adalah kemacetan yang bertambah parah.

Kita masih belum melupakan kecelakaan di jalan Tol Jagorawi beberapa tahun yang lalu, yang menelan banyak korban karena kendaraannya dihentikan secara tiba tiba oleh petugas, hanya karena ingin memberikan prioritas kepada pejabat negara. Dan yang terakhir "Peristiwa "Brexit" yang menelan banyak korban karena kemacetan dijalan Tol.

Sebagai Masyarakat awam yang juga sering mengalami kemacetan di jalan, penulis mencoba untuk mencari dan menelaah, dimana pokok permasalahan yang sebenarnya sebagai penyebab kemacetan tersebut.

Suatu "Teory" yang mengatakan bahwa Kemacetan yang kerap terjadi di Ibukota dikarenakan jumlah kendaraan yang ada tidak sebanding lagi dengan jumlah ruas jalan yang ada. Hal inilah yang membuat saya tergelitik untuk mencari kebenaran mengenai "Teory" tersebut.

Kalau kita lihat di pabrik pengolahan makanan maupun minuman, yang memproduksi dalam skala besar, yang berjumlah ribuan bahkan jutaan kaleng atau botol, dengan jalur jalan yang hanya pas untuk kaleng atau botol itu saja. Dimana Kaleng atau botol tersebut dapat berjalan dengan cepat dan lancar.

Dari pemandangan di pabrik pengolahan ini dapat "ilmu" yang harus kita pelajari. Bahwa kaleng atau botol tersebut dapat berjalan dengan cepat dan lancar karena tidak ada kaleng atau botol yang ingin saling mendahului. Jumlah kaleng atau botol dapat diumpamakan sebagai jumlah kendaraan, sedangkan jalurnya sebagai ruas jalan. Jadi "Teory" yang mengatakan kemacetan terjadi karena jumlah kendaraan tidak sebanding dengan jumlah ruas jalan perlu dikaji ulang untuk mendapatkan  pembenarannya.

Alasan lain dari kemacetan adalah masing masing individu mengatakan bahwa mereka sangat "terburu buru" ingin cepat sampai ditujuan. Mereka memacu kendaraannya dengan cepat, menyerobot antrian, menerobos lampu rambu lalu lintas, bahkan mempertaruhkan nyawanya menerobos pintu perlintasan kereta api.

Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa mereka harus terburu buru ?

"Terburu buru" adalah masalah "waktu", jadi harus diatasi juga dengan waktu. Jadi jelasnya bahwa kita harus membuat rencana perjalanan dan mempersiapkannya dengan baik. Memperhitungkan waktu tempuh dengan segala kemungkinan yang ada agar kita tidak "terburu buru" di jalan.

Solusi yang harus kita ambil untuk mengatasi kemacetan ini adalah :
1.       Mempersiapkan rencana perjalanan.
Berangkatlah dengan waktu yang jauh lebih awal, sehingga kita tidak menjadi terburu buru. Dengan demikian, bila jalan itu macet karena hal lain seperti adanya kecelakaan lalu lintas dsb. kita akan mempunyai banyak pilihan atau alternative untuk mencari jalan lain.

2.       Membuang sifat Arogansi.
Semua orang mempunyai urusan dan kepentingan masing masing. Jangan menganggap bahwa urusan kita lebih penting dari urusan orang lain. 

3.       Teladan dari Pejabat Pemerintah.
Sebagai Pejabat Pemerintah, jangan merasa lebih penting urusannya dari urusan Rakyat. Bahwa Pejabat Pemerintah pernah disumpah untuk mendahulukan kepentingan Rakyatnya diatas kepentinan sendiri.  Pemberian prioritas kepada Pejabat penting hanya pada waktu negara dalam keadaan darurat perang.

4.       Tidak menyerobot antrian.
Memahami bahwa menyerobot antrian adalah pelanggaran Hak dan pelanggaran Etika.  Memberikan Hak orang lain yang sudah berada di depan untuk lewat terlebih dahulu.

Suatu Teory yang mungkin bisa diambil untuk mengatasi kemacetan lalu lintas adalah "Teory Mengurai Benang Kusut".
Apa itu Teory Mengurai Benang Kusut?
Kemacetan lalulintas ibarat sebuah Benang yang Kusut. Kalau Benang yang Kusut kita tarik kencang akan semakin Kusut, tapi kalau kita longgarkan maka akan gampang terurai. Dalam kemacetan lalu lintas sering kita dapati bahwa jarak antara kendaraan di depan atau di belakang sangat dekat sekali bahkan hampir bersentuhan. Dengan kondisi yang demikian kemacetan menjadi susah terurai. Sebaiknya antara kendaraan tersebut jarak yang memadai kira kira sepanjang kendaraan tersebut, sehingga mudah menguraikannya.

Selain melonggarkan jarak antara kendaraan, juga disertai "melonggarkan hati", kita memang punya urusan, orang lain juga punya urusan, masing masing kita punya urusan. Hati kita perlu dilonggarkan, kerelaan kita memberikan jalan kepada orang lain yang mungkin lebih terburu buru dari kita. Hilangkan perasaan bahwa urusan kita lebih penting dari urusan orang lain.

Semua orang pasti menginginkan kelancaran dalam perjalanannya. Kemacetan di jalan telah banyak merugikan perekonomian, menguras waktu dan tenaga kita. Semoga tulisan yang singkat ini dapat menjadi salah satu solusi dalam menghadapi kemacetan. Terima kasih..( Capt. Jumadi )