Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi |
Kapal tersebut memiliki bobot besar yaitu 3.000 DWT,
sehingga diharapkan mampu mengatasi segala kondisi cuaca untuk menjamin
kepastian jadwal kapal.
Kapal yang mengangkut logistik berupa kebutuhan bahan
pokok-dan alat berat untuk bongkar muat barang, forklift dan alat bantu lainnya
diperkirakan tiba di Natuna pada 29 Oktober 2016 dan akan beroperasi dengan
frekuensi kedatangan kapal setiap 14 hari atau 2 kali dalam sebulan dengan rute
Jakarta – Natuna – Tarempa – Jakarta. Model Tol Laut Logistik ini secara
bertahap akan diterapkan ke wilayah lain.
Tol Laut Logistik merupakan program yang digagas Kemenhub
dengan skema kerjasama sinergi BUMN yang menyediakan sarana dan prasarana
transportasi serta bahan komoditas yang diangkut. PT Pelabuhan Indonesia II
dengan anak perusahaan PT. MTI (Multi Terminal Indonesia, PT Pelni dengan anak
Perusahaan PT Pelni Logistik dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI)
membentuk satu konsorsium dengan menggunakan metode mendekatkan gudang ke
masyarakat.
Konsorsium tersebut akan menyediakan sarana dan prasarana
transportasi untuk mengirim barang kebutuhan pokok sampai ke gudang di Natuna. Distributor di
Natuna dapat menjual barang kebutuhan pokok tersebut kepada masyarakat dengan
batas harga maksimal 10% dari harga di Jakarta. Sementara, PT Perikanan
Nusantara akan menyediakan muatan balik
bagi kapal kembali ke Jakarta.
Sebelumnya, Menhub Budi bersama dengan Pelindo II, PT.
Pelni, Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) dan Perikanan Nusantara (Perinus)
bertemu membahas rencana operasi Tol Laut Logistik di Natuna pada Jumat (21/10)
lalu. Model tol laut logistik tersebut diyakini dapat menjadi solusi untuk
menekan disparitas harga-harga barang di daerah atau pulau terluar, terdalam,
terdepan seperti di pulau Natuna.
“Ini sebuah terobosan besar. Tol Laut Logistik Natuna ini
akan berupaya menekan disparitas harga sehingga masyarakat di Natuna bisa
mendapatkan kebutuhan pokok dengan harga terjangkau,” jelas Menhub Budi.
Lebih lanjut, Menhub Budi mengatakan indikator keberhasilan
dari model tol laut logistik di Natuna ini yaitu, secara jangka pendek,
diharapkan dapat menurunkan waktu bongkar muat yang sebelumnya bisa mencapai 10
hari, menurunkan harga barang, dan menjamin ketersediaan stok bahan kebutuhan
pokok.
Sementara jangka panjangnya diharapkan dapat menekan
disparitas harga barang sehingga harga di Natuna tidak jauh berbeda dengan
harga di pulau Jawa, tumbuhnya sektor ekonomi lokal berorientasi pasar di
sekitar pulau Natuna, dan meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat
di Natuna.