Bali, eMaritim.com –
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan terus melakukan
upaya peningkatan keselamatan dan keamanan pelayaran dan kali ini melalui
peningkatan fungsi operasi dan efektifitas komunikasi Vessel Traffic Systems
(VTS). Bekerja sama dengan International Association of Marine Aids to
Navigation and Lighthouse Authorities (IALA), Ditjen Hubla menyelenggarakan Workshop on Common
Phraseology and Procedures for Vessel Traffic Service (VTS) Communications
selama 5 (lima) hari sejak tanggal 20 s.d. 24 Februari 2017 di Hotel Grand Inna
Kuta, Bali ini untuk meningkatkan fungsi operasi dan efektifitas komunikasi VTS
Indonesia.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memberikan apresiasi
atas terselenggaranya workshop dan meminta agar hasil dari workshop dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan keselamatan pelayaran di wilayah Indonesia.
Workshop dibuka oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut, A.
Tonny Budiono yang diwakili oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan
Laut, I Nyoman Sukayadnya. Dalam sambutannya, Tonny mengatakan bahwa workshop
ini merupakan tindak lanjut dari IALA VTS Symposium di Kuala Lumpur tahun 2016
yang lalu. Pada IALA VTS Symposium 2016 dimaksud disimpulkan, bahwa interaksi
dan komunikasi bukan merupakan hal yang unik bagi VTS, untuk itu diperlukan ide
dan gagasan dari sektor lain, seperti sektor penerbangan untuk dapat
menjembatani perkembangan dan peningkatan yang terjadi, serta untuk
mengharmonisasikan pedoman komunikasi dan fraseologi.
“Untuk itu,
dibutuhkan prosedur komunikasi VTS yang berdiri sendiri untuk memfasilitasi
transfer informasi yang jelas dan pasti,” jelas Tonny.
Workshop ini diselenggarakan dengan tujuan untuk
meningkatkan performa operasi dan efektifitas VTS dengan cara mengadopsi
fraseologi umum dan prosedur komunikasi VTS, sekaligus berfungsi sebagai wadah
untuk bertukar dan berbagi best practices, ide, serta pengetahuan di antara
para professional di bidang VTS dan sektor-sektor terkait.
Peserta workshop terdiri dari 48 (empat puluh delapan) orang
dari Anggota IALA, Otoritas VTS, petugas VTS, Profesional dalam bidang maritim
seperti pandu, Competent Maritime Authorities, stakeholder VTS, VTS Training
Organisation, ahli bahasa dalam sektor transportasi, serta Marine Accident
Investigator, yang berasal dari berbagai negara meliputi negara Indonesia,
Australia, Jepang, Belanda, Turki, Korea Selatan, India, Irlandia, Malaysia,
Singapura, Hongkong, Italia, dan Prancis.
Pada akhir sambutannya, Tonny juga menyampaikan harapannya
agar semua peserta workshop, yang berasal dari latar belakang dan berbicara
dengan Bahasa yang berbeda, dapat menghasilkan rekomendasi kepada IALA untuk
penyempurnaan dokumen-dokumen IALA terkait VTS Communication.
“Saya juga berharap, IALA bisa mendapatkan pengakuan lebih
dari masyarakat maritim, karena IALA memiliki peran penting dalam mengembangkan
rekomendasi teknis IMO,” tambah Tonny.
Sebagai informasi tambahan, International Association of
Marine Aids to Navigation and Lighthouse Authorities (IALA, sebelumnya dikenal
dengan nama International Association of Lighthouse Authorities) adalah sebuah
organisasi nirlaba yang didirikan pada tahun 1957 untuk mengumpulkan dan
menyediakan keahlian serta rekomendasi terkait navigasi pelayaran.
Organisasi yang berbasis di Saint-Germain-en-Laye, Prancis
ini mempertemukan perwakilan dari para penyedia jasa alat bantu navigasi
pelayanan dari sekitar 80 negara untuk melakukan koorinasi teknis, berbagi
informasi, dan bekerjasama untuk mengembangkan alat bantu navigasi di seluruh
dunia. Majelis Umum IALA bertemu setiap 4 tahun sekali.
24 Anggota Dewannya bertemu setiap dua kali dalam setahun
untuk mengawasi program-program yang sedang berlangsung.
IALA memiliki empat komite yang mengatur program-program
kerja yang ditetapkan selama periode empat tahun, yaitu ENAV, ARM, ENG dan VTS.
ENAV berkonsentrasi pada e-Navigation. ARM (Aids to Navigation Requirements and
Management) berkonsentrasi pada isu-isu manajemen yang dialami para anggota.
ENG (Engineering and Sustainability) berkonsentransi pada aspek teknik dari
semua alat bantu navigasi dan dampaknya pada lingkungan. Komite ini juga
bertanggung jawab mengawasi kegiatan-kegiatan IALA yang berhubungan dengan
pelestarian mercusuar dan peralatan bersejarah.
Sedangkan VTS (Vessel Traffic System) berkonsentrasi pada
semua masalah terkait dengan VTS.
Vessel Traffic System
(VTS) adalah sistem monitoring lalu-lintas pelayaran yang diterapkan oleh
pelabuhan, atau suatu manajemen armada perkapalan. Prinsip yang digunakan sama
seperti sistem yang dipakai oleh ATC (Air Traffic Control) pada dunia
penerbangan. Biasanya secara sederhana sistem VTS menggunakan radar, closed
circuit television (CCTV), frekuensi radio VHF, dan automatic indentification
system (AIS) untuk mengetahui/ mengikuti pergerakan kapal dan memberikan
informasi navigasi/cuaca di dalam suatu daerah pelayaran tertentu dan terbatas.
Hingga saat ini Direktorat Jenderal Perhubungan Laut
Kementerian Perhubungan sendiri telah memiliki 21 (dua puluh satu) Stasiun VTS
yang tersebar di seluruh Indonesia, yaitu di daerah Belawan. Batam, Teluk
Bayur, Palembang, Jakarta, Merak, Panjang, Semarang, Surabaya, Benoa, Lembar,
Pontianak, Banjarmasin, Batu Licin, Samarinda, Balikpapan, Makassar, Bitung,
Sorong, Dumai dan Bintuni.