Pengajar SDM Maritim di Indonesia Masih Minim -->

Iklan Semua Halaman

Pengajar SDM Maritim di Indonesia Masih Minim

10 Agustus 2017


Jakarta, eMaritim.com - Sumber Daya Manusia (SDM) Maritim nasional masih dianggap jauh dari bayangan kualitas yang baik, disaat Indonesia merupakan negara dengan historis kemaritimannya yang kuat di masa lampau, dan Indonesia merupakan negara dengan 2/3 wilyahnya dikelilingi laut, kini pendidikan Maritim Indonesia masih dianggap jauh dari harapan karena krisis pengajar S-2 (Magister) dan S-3 (Doktor) di bidang maritim..

Ketua Ikatan Korps Perwira Pelayaran Niaga Indonesia (IKPPNI) Capt. Dwiyono Suyono, mengatakan bahwa peran Pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan SDM Maritim Nasional masih terbilang kurang mumpuni dalam penerapannya.

Tak hanya itu bahwa dalam peningkatan SDM maritim dibutuhkan banyak universitas bidang maritim di Indonesia, namun menurut Capt. Dwiyono tingkat pendidikan S-2 dan S-3 di bidang Maritim nasional masih sangat minim, padahal dalam mendidik Taruna dan Taruni di universitas pelayaran dibutuhkan banyak pengajar yang berpendidikan S-2 dan S-3. Bukan hanya lulusan S-1 atau D-4 saja yang dianggap SDM-nya dapat mensukseskan maritim nasional. Akan tetapi S-2 dan S-3 sangat diperlukan dalam menciptakan lulusan S-1 atau D-4 yang dapat bersaing di mancanegara.

IKPPNI sendiri mengharapkan kepada Pemerintah agar memperhatikan kekurangan pengajar dibidang maritim, “karena untuk mensukseskan program tol laut dan poros maritim perlu adanya SDM yang bergelut dibidang maritim dan mumpuni dalam penerapannya,” ungkap Capt Dwiyono.

“Ini merupakan tugas ristekdikti dalam menangani krisis pengajar S-2 (Magister) dan S-3 (Doktor) di bidang Kemaritiman”, Kata Capt Dwiyono kepada eMaritim.com.



SDM Maritim dan Kesuksesan Tol Laut

Seperti  diketahui program tol laut yang digagas dua tahun lalu oleh Presden Joko Widodo membutuhkan SDM Maritim atau pelaut yang dapat mensukseskan programnya. Bukan hanya kesuksesan dalam berbisnis menggunakan tol lautnya akan tetapi keselamatan kerja juga penting untuk diperhatikan.

 “salah satu yang menunjang produktivitas disektor kegiatan apapun termasuk kegiatan tol laut adalah keselamatan kerja,” ungkapnya.

Menurutnya dalam mencapai kesuksesan program tol laut, dan menudukung produktivitas tol laut yang tinggi, perlu adanya diskusi terhadap para tenaga ahli di bidang pelayaran dalam rencana mencapai program tol laut yang sukses.“Kami (IKPPNI) sudah dididik menjadi tenaga ahli untuk menjadi manajemen tenaga kerja dibidang maritim, jadi disitulah untuk mencapai kesuksesan tol laut,” tutupnya.



SDM Maritim Masih Minim

Menurut pemberitaan Koran Sindo tanggal 27 Maret 2015 bahwa Negara Indonesia memiliki potensi kekayaan laut yang cukup besar yang bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat. Hanya, potensi tersebut masih belum dibarengi dengan kesiapan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten untuk memberdayakan sektor maritim tersebut.

Data sensus penduduk 2010 menyebutkan, jumlah penduduk Indonesia ada 237.556.363 orang. Dari jumlah tersebut, hanya 2.313.006 orang yang menggeluti bidang maritim. ”Atau hanya 1% dari total penduduk yang bergiat di bidang maritim. Ini berbanding jauh dengan luas lautan 74,26% dari total luas wilayah Indonesia,” kata Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Laksamana TNI Ade Supandi ketika memberikan kuliah umum dengan tema ”Kebudayaan Maritim dari Perspektif Angkatan Laut” di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI), Depok, kemarin.

Menurut KSAL salah satu penyebab minimnya SDM bidang maritim yaitu ada paradigma bahwa profesi pelaut sebagai bidang yang sulit. Artinya, banyak tantangan untuk bekerja di laut. ”Itu yang menjadi kendala orang enggan bekerja di bidang kemaritiman,” katanya.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, potensi maritim merupakan urat nadi kehidupan masyarakat yang berdiam di sebuah wilayah di mana luas laut lebih besar dibanding daratan.

Wilayah Indonesia sendiri 2/3 bagiannya merupakan lautan sehingga sangat perlu untuk dijaga dan dikelola dengan baik. ”Untuk itu diperlukan lagi pelaku bidang maritim untuk mengelola potensi laut Indonesia,” imbau KASAL. Menurut dia, ada ironi terhadap kondisi kurangnya SDM bidang maritim Indonesia. Bagaimana tidak, dari jumlah 2,3 juta penduduk yang bergelut di bidang maritim, itu sudah termasuk prajurit TNI AL yang jumlahnya ada 70.000.

”Ironis sebagai negara maritim, tapi pelaku yang bergelut di bidang maritim hanya 1%. Mudah-mudahan UI termasuk di dalam penggelut maritim dan peduli maritim,” harapnya. KSAL menegaskan mengenai pentingnya penguatan budaya maritim. Pembangunan maritim yang berkesinambungan tidak akan tercapai tanpa ada budaya maritim. Untuk itu, diperlukan strategi membangun budaya maritim bangsa yaitu kebudayaan ideal untuk beradaptasi dengan karakter laut.

Wakil Rektor UI bidang Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Bambang Wibawarta mengatakan, akan mendukung majunya dunia kemaritiman Indonesia. Untuk menyokong SDM bidang itu, tentu harus diisi dengan orang-orang berkompeten. Saat ini UI sudah memiliki kajian-kajian bidang maritim. Namun, untuk membuka program studi (prodi) maritim masih dalam wacana.

”Kalau kajian maritim sudah ada. Sebagai program studi, itu yang belum ada karena keterbatasan sumber daya manusia. Tapi, yang penting kesadaran telah muncul di masyarakat,” katanya. (hp/*)