Dialog dengan Pesrta DPM dan STIP, Menhub : Pembentukan Akhlak Sangat Penting -->

Iklan Semua Halaman

Dialog dengan Pesrta DPM dan STIP, Menhub : Pembentukan Akhlak Sangat Penting

03 Desember 2018
Jakarta, eMaritim.com - Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, berdialog dengan 591 peserta Diklat Pemberdayaan Masyarakat (DPM) dan Padat Karya Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta pada Minggu (2/12) di Kampus STIP Jakarta, Marunda.

Dalam dialognya Menhub memaparkan pembangunan yang sudah dilakukan di sektor transportasi dan dampaknya terhadap perekonomian di Indonesia. “Manfaat dari pembangunan bandara, pelabuhan, jalan tol silahkan masyarakat yang menilai, jangan terpengaruh dengan informasi yang menyesatkan,” jelas Budi.

Budi juga menerangkan tentang tujuan dan perkembangan program tol laut, “tidak hanya pembangunan fisik, salah satu program Indonesia sentris adalah tol laut, dimana program ini akan memberikan pemerataan akses terhadap logistik di seluruh wilayah Indonesia,” jelas Budi.

Sementara untuk DPM Budi menitikberatkan program ini terhadap pembentukan karakter SDM Indonesia, “selain keahlian teknis, yang terpenting lagi adalah membentuk akhlak para peserta, tidak ada gunanya kita pintar tapi tidak berakhlak yang baik,” tegas Budi.

Tidak hanya itu, Budi juga meminta kepada pihak STIP agar lebih dekat dengan masyarakat sekitar, “saya minta STIP lebih dekat dengan masyarakat sekitar, salah satunya dengan program padat karya, dan juga pemberdayaan masyarakat (DPM), sehingga masyarakat sekitar juga merasakan manfaat dari kehadiran STIP itu sendiri,” jelas Budi.

Budi juga menambahkan bahwa kedepan DPM akan terus ditingkatkan, “kedepan kita lanjutkan, bahkan tahun depan Januari DPM sudah dimulai,” pungkas Budi.

Ketua Presidium Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) yang juga merupakan Guru Besar Transportasi Universitas Gajah Mada (UGM), Prof. Dr. Ir. Agus Taufik Mulyono, M.T., IPU, mengungkapkan bahwa bandara Indonesia memiliki landasan pacu yang baik, “bahkan runway kita lebih bagus dari aspek keselamatan dibandingkan dengan yang dimiliki negara tetangga, termasuk singapura sekalipun,” ungkap Agus.

Mengenai pembangunan jalan tol, Agus menekankan bahwa travel time (waktu tempuh) sangat penting dalam perekonomian, “indonesia tadinya membutuhkan rata-rata 2,9 jam per 100 km, dan kita harus bersyukur karena sekarang telah terjadi penurunan travel time menjadi 2,2 jam per 100 km. Ini merupakan dampak dari pembangunan ruas jalan termasuk jalan tol,” jelas Agus.

Mengenai tol laut, Agus menjelaskan bahwa program tersebut membutuhkan waktu yg relatif lama. “Membangun tol laut bukan pekerjaan mudah, dan tidak bisa dalam waktu yang singkat, tapi saat ini sudah bagus misalnya dalam pemerataan harga bbm, ini g mudah tapi kita bisa dan patut bersyukur,” jelasnya.

Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan (BPSDMP), Umiyatun Hayati Triastuti, mengungkapkan bahwa DPM bertujuan untuk membekali masyarakat dengan keahlian teknis, sehingga bisa menjadi modal dalam memperoleh pekerjaan atau meningkatkan kinerja bagi yang sudah bekerja. “DPM adalah untuk memberikan skills kepada adik-adik sehingga memiliki peluang lebih besar untuk bersaing di dunia kerja,” ungkap Hayati.

DPM STIP Jakarta diikuti oleh 191 prang peserta yang berasal dari SMKN 4 Cilegon (32 orang), SMK Taruna Indonesia Jambi (36 orang), Dinas Perhubungan Kepulauan Seribu (39 orang), Lembaga Kepelautan dan Perikanan Indonesia (34 orang) dan SMKN Jakarta Raya (50 orang).

Sementara untuk program padat karya diikuti oleh 400 orang warga kelurahan Marunda yang akan terlibat dalam pekerjaan pembersihan saluran air, pengecatan kanstin, pengecatan pagar, pembersihan lantai, perapihan pohon-pohon, pembersihan halaman, pembersihan sampah-sampah, pengecatan gedung, pembersihan puing-puing, pengecatan pipa hydrant dan pembersihan dak gedung. (*)