Jakarta, eMaritim.com - Menteri Perhubungan, Budi Karya
Sumadi, berdialog dengan 591 peserta Diklat Pemberdayaan Masyarakat (DPM) dan
Padat Karya Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta pada Minggu (2/12) di
Kampus STIP Jakarta, Marunda.
Dalam dialognya Menhub memaparkan pembangunan yang sudah
dilakukan di sektor transportasi dan dampaknya terhadap perekonomian di
Indonesia. “Manfaat dari pembangunan bandara, pelabuhan, jalan tol silahkan
masyarakat yang menilai, jangan terpengaruh dengan informasi yang menyesatkan,”
jelas Budi.
Budi juga menerangkan tentang tujuan dan perkembangan
program tol laut, “tidak hanya pembangunan fisik, salah satu program Indonesia
sentris adalah tol laut, dimana program ini akan memberikan pemerataan akses
terhadap logistik di seluruh wilayah Indonesia,” jelas Budi.
Sementara untuk DPM Budi menitikberatkan program ini
terhadap pembentukan karakter SDM Indonesia, “selain keahlian teknis, yang
terpenting lagi adalah membentuk akhlak para peserta, tidak ada gunanya kita
pintar tapi tidak berakhlak yang baik,” tegas Budi.
Tidak hanya itu, Budi juga meminta kepada pihak STIP agar
lebih dekat dengan masyarakat sekitar, “saya minta STIP lebih dekat dengan
masyarakat sekitar, salah satunya dengan program padat karya, dan juga
pemberdayaan masyarakat (DPM), sehingga masyarakat sekitar juga merasakan
manfaat dari kehadiran STIP itu sendiri,” jelas Budi.
Budi juga menambahkan bahwa kedepan DPM akan terus
ditingkatkan, “kedepan kita lanjutkan, bahkan tahun depan Januari DPM sudah
dimulai,” pungkas Budi.
Ketua Presidium Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) yang
juga merupakan Guru Besar Transportasi Universitas Gajah Mada (UGM), Prof. Dr.
Ir. Agus Taufik Mulyono, M.T., IPU, mengungkapkan bahwa bandara Indonesia
memiliki landasan pacu yang baik, “bahkan runway kita lebih bagus dari aspek
keselamatan dibandingkan dengan yang dimiliki negara tetangga, termasuk
singapura sekalipun,” ungkap Agus.
Mengenai pembangunan jalan tol, Agus menekankan bahwa travel
time (waktu tempuh) sangat penting dalam perekonomian, “indonesia tadinya
membutuhkan rata-rata 2,9 jam per 100 km, dan kita harus bersyukur karena
sekarang telah terjadi penurunan travel time menjadi 2,2 jam per 100 km. Ini
merupakan dampak dari pembangunan ruas jalan termasuk jalan tol,” jelas Agus.
Mengenai tol laut, Agus menjelaskan bahwa program tersebut
membutuhkan waktu yg relatif lama. “Membangun tol laut bukan pekerjaan mudah,
dan tidak bisa dalam waktu yang singkat, tapi saat ini sudah bagus misalnya
dalam pemerataan harga bbm, ini g mudah tapi kita bisa dan patut bersyukur,”
jelasnya.
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan
(BPSDMP), Umiyatun Hayati Triastuti, mengungkapkan bahwa DPM bertujuan untuk
membekali masyarakat dengan keahlian teknis, sehingga bisa menjadi modal dalam
memperoleh pekerjaan atau meningkatkan kinerja bagi yang sudah bekerja. “DPM
adalah untuk memberikan skills kepada adik-adik sehingga memiliki peluang lebih
besar untuk bersaing di dunia kerja,” ungkap Hayati.
DPM STIP Jakarta diikuti oleh 191 prang peserta yang berasal
dari SMKN 4 Cilegon (32 orang), SMK Taruna Indonesia Jambi (36 orang), Dinas
Perhubungan Kepulauan Seribu (39 orang), Lembaga Kepelautan dan Perikanan
Indonesia (34 orang) dan SMKN Jakarta Raya (50 orang).
Sementara untuk program padat karya diikuti oleh 400 orang
warga kelurahan Marunda yang akan terlibat dalam pekerjaan pembersihan saluran
air, pengecatan kanstin, pengecatan pagar, pembersihan lantai, perapihan
pohon-pohon, pembersihan halaman, pembersihan sampah-sampah, pengecatan gedung,
pembersihan puing-puing, pengecatan pipa hydrant dan pembersihan dak gedung. (*)