Jakarta,eMaritim.Com,- Indonesia merupakan negara
kepulauan yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dan setiap pulaunya
memiliki keindahan bawah laut yang unik dan menakjubkan, serta belum
banyak yang di ekspose.
Terletak di pusat segitiga terumbu karang dunia (World Coral Triangle),
Manado, ibukota Provinsi Sulawesi Utara misalnya, memiliki wilayah Kepulauan
Sangihe dan Talaud yang berbatasan langsung dengan negara Filipina.
Selain terkenal dengan wisata kulinernya, juga terkenal dengan taman
bawah lautnya yang eksotis.
Ekosistem terumbu karang dan segala kehidupan eksotik di dalamnya
menjadi salah satu kekayaan alam yang tak ternilai harganya. Karenanya
sejak dahulu Manado menjadi daya tarik banyak wisatawan internasional
untuk datang, terutama bagi para penyelam.
Salah satu potensi taman laut terindah di Manado, yakni Bunaken yang
memiliki spesies tergolong langka dan terletak di sekitar 1,5 Km dari
Kota Manado. Pada tahun 1975, Manado telah menjadi salah satu tujuan diving paling terkenal di Indonesia, sebagai lokasi pusat negara pertama menyelam, Nusantara Diving Centre (NDC).
Untuk membagikan keindahan pemandangan serta keunikan kehidupan bawah
laut di Manado kepada khalayak, pasangan suami-istri dengan dua anak
yang memiliki hobby menyelam, yakni Arief Yudo Wibowo dan Jilmi Astina
Anif meluncurkan buku “The Underwater Realm Of Manado Bay From Diver’s
Eyes”.
“Di tahun 1970-an banyak info tentang Lembeh ataupun Bunaken namun
belum ada buku yang mengambil tentang titik selamnya. Untuk itulah
dengan waktu selama dua tahun dan mengambil 378 foto dari 1.000 foto di
22 titik selam dua kabupaten kami menerbitkan buku ini,” ujar Jilmi pada
peluncuran “The Underwater Realm Of Manado Bay From Diver’s Eyes” di
Toko Buku Kinokuniya, Plaza Senayan, Jakarta Selatan, belum lama ini seperti dikutip dari www.bisniswisata.co.id di Jakarta, Kamis (29/1/2015).
Menurut pasangan suami istri yang menekuni kursus fotografi di Nikon
School Indonesia, buku ini juga terinspirasi dari dua pasangan
suami-istri fotografer bawah laut yang memberikan insiprasi, yakni Burt
Jones & Maurine Shimlock (USA) serta Stephen Wong dan Takako Uno
(Hong Kong).
Buku The Underwater Realm Of Manado Bay From Diver’s Eyes
“Awalnya buku ini tidak ditujukan untuk dibukukan, baru setelah ada
ide untuk membuat karya bersama kemudian foto-foto ini dikurasi oleh
Hendra Tan dan di konsultasikan kepada Ahli Biologi Kelautan asal Manado
Dr Pahlano Daud yang sama-sama peduli akan konservasi alam Teluk
Manado, maka kami akhirnya memutuskan untuk menerbitkannya,” ujar Arief
Yudo Wibowo.
Buku yang mendapatkan kata pengantar dari Menteri Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif saat itu Mari Elka Pangestu dan Sambutan dari Gubernur
Sulawesi Utara, DR Sinyo H Sarundajang ini merupakan buku pertama foto dive trip karya anak bangsa dengan biaya sendiri yang menjadi panduan menyelam di Manado.
“Didalam buku ini tercetak portrait mengenai hubungan simbiosis yang
ada diantara binatang, tingkah laku, dan momen yang tertangkap kamera.
Tampil dalam pembatas ditiap kategori foto-foto wide angle berupa koloni terumbu karang hard coral dan soft coral
serta foto tiang sekoci kapal besar di kedalaman 25 meter, dekat Desa
Molas yang terkenal,” ungkap Arief yang telah meraih sertifikat Diver
Master Scuba.
Pada bagian akhir buku ini menurut Arief dan Jilmi, mereka diingatkan
kembali akan pentingnya konservasi karena teluk ini ternyata masih
menyimpan potensi keanekaragaman hayati yang tak kalah menarik dengan
Selat Lembeh maupun Taman Nasional Bunaken yang antara lain terdapat
beragam ikan, belut laut, kepiting, kuda laut, udang, siput telanjang (nudi branch), keong, cumi-cumi, dan gurita.
Buku berbahasa inggris yang diterbitkan Photodivetrip Publishing ini didisain dalam format coffee-table book yang elegan berisi 140 halaman.
Disain sampulnya yang unik seperti mengajak pembacanya untuk
menyelami alam bawah laut di teluk Manado yang misterius dan sangat
disayangkan karena semakin terancam akibat perkembangan kota dan
aktivitas manusia.
“Di bagian utara Teluk Manado ada kapal karam Molas, terletak di
tepat di tengah-tengah Malalayang-Kalasey daerah ini menawarkan dengan
situs menyelam seperti Underwater Area Parkir di mana Anda dapat
menemukan koleksi sepeda motor yang digunakan yang telah dibuat menjadi
sebuah karang buatan,” ungkap Arief yang bekerja sebagai Managing
Director Majalah Scuba Diver Australia, edisi Indonesia.
Tidak hanya itu saja ada Mandarin Spot di mana para penyelam juga dapat melihat kawin mandarinfish pada sore hari.
“Di sebelah selatan Teluk Manado, di Minahasa Divers ‘rumah karang,
ada Tateli, yakni sebuah situs menyelam dengan terumbu karang yang sehat
penuh GlassFish. Lebih jauh ke selatan, situs-situs seperti Buloh dan
Poopoh terdapat rumah bagi ribuan nudibranch,” ujar Jilmi yang mengaku
sebelumnya memiliki hobby hiking dan beralih 180 derajat ke scuba
diving.
Arief yang pernah meraih juara 1 Makro-2 Asian Underwater Federation
pada 2013, mengatakan, “Selain memiliki terumbu karang digantung di
sepanjang garis pantai yang didominasi oleh pasir hitam, pantai Manado,
dan terutama daerah Malalayang, merupakan tujuan favorit bagi fotografer
bawah air untuk fotografi makro, wilayah ini sebanding Selat Lembeh”.
“Selain snorkeling dan scuba diving, menurutnya Manado menawarkan jet ski dan parasailing,
dan segala macam kegiatan pantai, terutama di Malalayang dan Kalasey,”
jelas Jilmi yang telah memiliki sertifikat Open Water dengan Nextrip
menyelam dan advanced pada 2010.
Pantai Malalayang itu sendiri menurutnya merupakan situs bersejarah
bagi industri diving sebagai lokasi di mana 2.486 orang menyelam secara
bersamaan pada tahun 2009, menetapkan rekor dunia.
Malalayang dan Kalasey adalah satu-satunya pantai untuk rekreasi
masyarakat, dan terumbu karang dan biota yang hidup di lepas pantai
mereka telah menjadi lokasi favorit bagi penyelam lokal maupun
internasional.
Sedangkan tempat menyelam di Manado Bay, menurut perempuan yang
pernah menaklukkan semua puncak gunung di Jawa, Bali, dan Lombok ini
area terkonsentrasi di sepanjang pantai Malalayang-Kalasey, selatan kota
Manado, sekitar empat kilometer dari pusat kota, atau hanya 15 menit
berkendara.
Keindahan
bawah laut Manado dengan biota-biotanya, seperti lion fish yang
dikelilingi ikan-ikan kecil di kedalaman 7 meter. (Foto. Jilmi Astina
Anif)
“Spesies yang ditemukan di sini adalah beragam dan luar biasa, dan termasuk varietyies dari lionfish, clownfish, ikan kodok, kuda laut, dragonet, ikan mandarin, lebah udang, gurita mimic, dan biru-cincin gurita,” ungkapnya.
“Kami berharap semoga dengan munculnya buku karya orang Indonesia,
fotografer Indonesia, dan untuk Indonesia ini, akan ada bibit-bibit baru
yang muncul mencintai fotografer serta dapat menjadi bentuk kontribusi
kecil kami terhadap pariwisata selam Indonesia dan Manado pada
khususnya,” ujar Jilmi dan Arief.
Sementara pada kesempatan yang sama kurator dan editor foto, Hendra
Tan mengatakan, “Saya tertarik untuk membantu Jilmi dan Arief mengkurasi
foto-foto di buku ini karena skill dan teknik foto yang
dihasilkan oleh mereka berdua sangat menarik meskipun buku ini bukanlah
yang pertama tentang kehidupan di bawah air”.
“Foto yang dihasilkan begitu memukau dari segala aspek. serta, saya
melihat mereka mengerjakannya dengan segenap hati dan rela bekerja keras
demi tercetaknya buku ini,” ungkapnya.
Hendra Tan. menambahkan, “Teluk Manado memiliki keragaman biota yang
belum banyak dikenal oleh penyelam nasional maupun internasional. Karena
itu, mengenai pemilihan Teluk Manado sebagai tempat mengumpulkan
foto-foto di buku ini sangatlah indah”.
“Dengan diterbitkannya buku yang memiliki pengetahuan tentang biota
laut yang ada di Teluk Manado, saya sangat berharap buku ini bisa
menjadi salah satu panduan bagi para penyelam dan semoga dapat menambah
daftar atau memperbaharui isi pustaka para penyelam di seluruh dunia,”
tutupnya. (pulo lasman simanjuntak)