Indonesia Miliki 17 Ribu Pulau dan Keindahan Bawah Laut yang Unik dan Menakjubkan -->

Iklan Semua Halaman

Indonesia Miliki 17 Ribu Pulau dan Keindahan Bawah Laut yang Unik dan Menakjubkan

Pulo Lasman Simanjuntak
29 Januari 2015
Jakarta,eMaritim.Com,- Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dan setiap pulaunya memiliki keindahan bawah laut yang unik dan menakjubkan, serta belum banyak yang di ekspose.

Terletak di pusat segitiga terumbu karang dunia (World Coral Triangle), Manado, ibukota Provinsi Sulawesi Utara misalnya, memiliki wilayah Kepulauan Sangihe dan Talaud yang berbatasan langsung dengan negara Filipina. Selain terkenal dengan wisata kulinernya, juga terkenal dengan taman bawah lautnya yang eksotis.

Ekosistem terumbu karang dan segala kehidupan eksotik di dalamnya menjadi salah satu kekayaan alam yang tak ternilai harganya. Karenanya sejak dahulu Manado menjadi daya tarik banyak wisatawan internasional untuk datang, terutama bagi para penyelam.

Salah satu potensi taman laut terindah di Manado, yakni Bunaken yang memiliki spesies tergolong langka dan terletak di sekitar 1,5 Km dari Kota Manado. Pada tahun 1975, Manado telah menjadi salah satu tujuan diving paling terkenal di Indonesia, sebagai lokasi pusat negara pertama menyelam, Nusantara Diving Centre (NDC).

Untuk membagikan keindahan pemandangan serta keunikan kehidupan bawah laut di Manado kepada khalayak, pasangan suami-istri dengan dua anak yang memiliki hobby menyelam, yakni Arief Yudo Wibowo dan Jilmi Astina Anif meluncurkan buku “The Underwater Realm Of Manado Bay From Diver’s Eyes”.

“Di tahun 1970-an banyak info tentang Lembeh ataupun Bunaken namun belum ada buku yang mengambil tentang titik selamnya. Untuk itulah dengan waktu selama dua tahun dan mengambil 378 foto dari 1.000 foto di 22 titik selam dua kabupaten kami menerbitkan buku ini,” ujar Jilmi pada peluncuran “The Underwater Realm Of Manado Bay From Diver’s Eyes” di Toko Buku Kinokuniya, Plaza Senayan, Jakarta Selatan, belum lama ini seperti dikutip dari  www.bisniswisata.co.id di Jakarta, Kamis (29/1/2015).

Menurut pasangan suami istri yang menekuni kursus fotografi di Nikon School Indonesia, buku ini juga terinspirasi dari dua pasangan suami-istri fotografer bawah laut yang memberikan insiprasi, yakni Burt Jones & Maurine Shimlock (USA) serta Stephen Wong dan Takako Uno (Hong Kong).

Buku The Underwater Realm Of Manado Bay From Diver’s Eyes
“Awalnya buku ini tidak ditujukan untuk dibukukan, baru setelah ada ide untuk membuat karya bersama kemudian foto-foto ini dikurasi oleh Hendra Tan dan di konsultasikan kepada Ahli Biologi Kelautan asal Manado Dr Pahlano Daud yang sama-sama peduli akan konservasi alam Teluk Manado, maka kami akhirnya memutuskan untuk menerbitkannya,” ujar Arief Yudo Wibowo.

Buku yang mendapatkan kata pengantar dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif saat itu Mari Elka Pangestu dan Sambutan dari Gubernur Sulawesi Utara, DR Sinyo H Sarundajang ini merupakan buku pertama foto dive trip karya anak bangsa dengan biaya sendiri yang menjadi panduan menyelam di Manado.

“Didalam buku ini tercetak portrait mengenai hubungan simbiosis yang ada diantara binatang, tingkah laku, dan momen yang tertangkap kamera. Tampil dalam pembatas ditiap kategori foto-foto wide angle berupa koloni terumbu karang hard coral dan soft coral serta foto tiang sekoci kapal besar di kedalaman 25 meter, dekat Desa Molas yang terkenal,” ungkap Arief yang telah meraih sertifikat Diver Master Scuba.

Pada bagian akhir buku ini menurut Arief dan Jilmi, mereka diingatkan kembali akan pentingnya konservasi karena teluk ini ternyata masih menyimpan potensi keanekaragaman hayati yang tak kalah menarik dengan Selat Lembeh maupun Taman Nasional Bunaken yang antara lain terdapat beragam ikan, belut laut, kepiting, kuda laut, udang, siput telanjang (nudi branch), keong, cumi-cumi, dan gurita.

Buku berbahasa inggris yang diterbitkan Photodivetrip Publishing ini didisain dalam format coffee-table book yang elegan berisi 140 halaman.

Disain sampulnya yang unik seperti mengajak pembacanya untuk menyelami alam bawah laut di teluk Manado yang misterius dan sangat disayangkan karena semakin terancam akibat perkembangan kota dan aktivitas manusia.

“Di bagian utara Teluk Manado ada kapal karam Molas, terletak di tepat di tengah-tengah Malalayang-Kalasey daerah ini menawarkan dengan situs menyelam seperti Underwater Area Parkir di mana Anda dapat menemukan koleksi sepeda motor yang digunakan yang telah dibuat menjadi sebuah karang buatan,” ungkap Arief yang bekerja sebagai Managing Director Majalah Scuba Diver Australia, edisi Indonesia.

Tidak hanya itu saja ada Mandarin Spot di mana para penyelam juga dapat melihat kawin mandarinfish pada sore hari.

“Di sebelah selatan Teluk Manado, di Minahasa Divers ‘rumah karang, ada Tateli, yakni sebuah situs menyelam dengan terumbu karang yang sehat penuh GlassFish. Lebih jauh ke selatan, situs-situs seperti Buloh dan Poopoh terdapat rumah bagi ribuan nudibranch,” ujar Jilmi yang mengaku sebelumnya memiliki hobby hiking dan beralih 180 derajat ke scuba diving.

Arief yang pernah meraih juara 1 Makro-2 Asian Underwater Federation pada 2013, mengatakan, “Selain memiliki terumbu karang digantung di sepanjang garis pantai yang didominasi oleh pasir hitam, pantai Manado, dan terutama daerah Malalayang, merupakan tujuan favorit bagi fotografer bawah air untuk fotografi makro, wilayah ini sebanding Selat Lembeh”.

“Selain snorkeling dan scuba diving, menurutnya Manado menawarkan jet ski dan parasailing, dan segala macam kegiatan pantai, terutama di Malalayang dan Kalasey,” jelas Jilmi yang telah memiliki sertifikat Open Water dengan Nextrip menyelam dan advanced pada 2010.

Pantai Malalayang itu sendiri menurutnya merupakan situs bersejarah bagi industri diving sebagai lokasi di mana 2.486 orang menyelam secara bersamaan pada tahun 2009, menetapkan rekor dunia.
Malalayang dan Kalasey adalah satu-satunya pantai untuk rekreasi masyarakat, dan terumbu karang dan biota yang hidup di lepas pantai mereka telah menjadi lokasi favorit bagi penyelam lokal maupun internasional.

Sedangkan tempat menyelam di Manado Bay, menurut perempuan yang pernah menaklukkan semua puncak gunung di Jawa, Bali, dan Lombok ini area terkonsentrasi di sepanjang pantai Malalayang-Kalasey, selatan kota Manado, sekitar empat kilometer dari pusat kota, atau hanya 15 menit berkendara.

Keindahan bawah laut Manado dengan biota-biotanya, seperti lion fish yang dikelilingi ikan-ikan kecil di kedalaman 7 meter. (Foto. Jilmi Astina Anif)
“Spesies yang ditemukan di sini adalah beragam dan luar biasa, dan termasuk varietyies dari lionfish, clownfish, ikan kodok, kuda laut, dragonet, ikan mandarin, lebah udang, gurita mimic, dan biru-cincin gurita,” ungkapnya.

“Kami berharap semoga dengan munculnya buku karya orang Indonesia, fotografer Indonesia, dan untuk Indonesia ini, akan ada bibit-bibit baru yang muncul mencintai fotografer serta dapat menjadi bentuk kontribusi kecil kami terhadap pariwisata selam Indonesia dan Manado pada khususnya,” ujar Jilmi dan Arief.

Sementara pada kesempatan yang sama kurator dan editor foto, Hendra Tan mengatakan, “Saya tertarik untuk membantu Jilmi dan Arief mengkurasi foto-foto di buku ini karena skill dan teknik foto yang dihasilkan oleh mereka berdua sangat menarik meskipun buku ini bukanlah yang pertama tentang kehidupan di bawah air”.

“Foto yang dihasilkan begitu memukau dari segala aspek. serta, saya melihat mereka mengerjakannya dengan segenap hati dan rela bekerja keras demi tercetaknya buku ini,” ungkapnya.
Hendra Tan. menambahkan, “Teluk Manado memiliki keragaman biota yang belum banyak dikenal oleh penyelam nasional maupun internasional. Karena itu, mengenai pemilihan Teluk Manado sebagai tempat mengumpulkan foto-foto di buku ini sangatlah indah”.

“Dengan diterbitkannya buku yang memiliki pengetahuan tentang biota laut yang ada di Teluk Manado, saya sangat berharap buku ini bisa menjadi salah satu panduan bagi para penyelam dan semoga dapat menambah daftar atau memperbaharui isi pustaka para penyelam di seluruh dunia,” tutupnya. (pulo lasman simanjuntak)