Laut Arafura (Papua) di Timur Perairan Indonesia Paling Rawan Illegal Fishing -->

Iklan Semua Halaman

Laut Arafura (Papua) di Timur Perairan Indonesia Paling Rawan Illegal Fishing

Pulo Lasman Simanjuntak
01 Februari 2015
Jakarta,eMaritim.Com,-Ada beberapa titik di wilayah perairan Indonesia yang rawan praktik pencurian ikan atau illegal fishing. Wilayah yang paling rawan adalah Laut Arafuru (Papua) di Timur perairan Indonesia.

Menurut data yang didapat dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Laut Arafura merupakan daerah penangkapan udang dan ikan khususnya ikan tuna terbesar dan terbaik di Indonesia. Namun, perairan ini rentan menjadi lokasi pencurian ikan dengan modus pemalsuan izin dan nomor kapal.

Selain dapat mencuri ikan, kapal juga diuntungkan karena dapat mengisi bahan bakar minyak bersubsidi dan perbekalan lainnya di Pelabuhan Perikanan Indonesia.

Berdasarkan pantauan Satelit Radarsat, jumlah kapal ikan yang beroperasi di Laut Arafura rata-rata mencapai 12.120 kapal per tahun dengan bobot kapal sebesar total 14,45 juta gross tonage (GT).

Jadi kerugian Negara akibat pencurian ikan di Perairan Arafuru setelah dianalisis dengan Satelit Radarsat, dalam setahun sebanyak 8.484 unit kapal diduga melakukan aktivitas illegal fishing.

Banyak kapal berukuran besar yang tidak sesuai izin operasi kapal ikan di Laut Arafura. Sebanyak 8.484 kapal itu mampu menampung bobot ikan sebanyak 2,02 juta ton ikan.

Walaupun tidak ada angka pasti, apabila digunakan rumus Badan Pangan Dunia (FAO) tahun 2001, dimana harga ikan per kg dipatok US$ 2 dan Sumber Daya Ikan (SDI) rata-rata negara berkembang sebesar 25%, maka prediksi kerugian per tahun negara Indonesia mencapai US$ 4,04 miliar atau sekitar Rp 40 triliun.

Sementara itu, apabila dikalkulasi sejak tahun 2001-2013, kerugian akibat pencurian ikan di Laut Arafura saja nilainya mencapai Rp 520 triliun.

Selain di Laut Arafuru, beberapa titik di wilayah perairan Indonesia yang rawan adanya tindakan pencurian ikan ilegal. Jadi potensi kerugian negara bisa jauh lebih besar hingga mencapai ratusan triliun rupiah.

Sebelumnya belum lama ini Dirjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Syahrin Abdurrahman kepada detikfinance.com menjelaskan selama ini kita jangkau paling utama adalah di Laut Arafura.

"Kemudian ada juga di Laut Utara Sulawesi, Barat Natuna (Kepulauan Riau) dan laut segitiga emas antara Thailand, Indonesia dan Malaysia," kata Dirjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) .(sonny listyanto)