Mengenal lebih jauh Pelabuhan Bintuni. -->

Iklan Semua Halaman

Mengenal lebih jauh Pelabuhan Bintuni.

21 April 2017
Bintuni 21 April 2017, eMaritim.com

Kota Bintuni yang terletak di Kabupaten Teluk Bintuni Papua Barat masih memiliki banyak potensi yang bisa ditingkatkan lagi. Dalam kunjungan khusus eMaritim ke daerah yang memiliki sumber Gas dan Minyak besar tersebut,  diketahui bahwa dari sekitar 8-10 kapal yang masuk dalam sebulan kesana rata rata hanya mengangkut muatan balik seperempat dari kapasitas ruang muat kapal yang datang. 

Dalam wawancara dengan KUPP Bintuni Capt.Leonard N Siahaan S.Sit.M.Mar di kantor syahbandar disebutkan bahwa umumnya kapal yang datang membawa kebutuhan masyarakat disana dan juga bahan bakar dari Sorong. Sementara kegiatan di Pelabuhan Perusahaan Minyak British Petroleum hanya khusus kapal pengangkut gas dan kondensate saja. 

"Kami memiliki pelabuhan dengan panjang dermaga 70 meter yang dipakai kapal-kapal sekelas 1500 GT, kapal kapal tersebut datang dari Surabaya, Makassar dan Sorong dengan kedalaman sampai 12 meter pada pasang tertinggi dan lebar alur 100 meter,  sayang nya muatan dari sini masih belum banyak".

Secara terpisah Obed Manufandu,  pengusaha pelayaran lokal mengatakan: "Muatan ke pelabuhan Bintuni sebelumnya hanya bisa lewat Sorong atau Fakfak, tetapi semenjak 2003 kapal cargo dari Surabaya bisa masuk langsung ke Pelabuhan yang terletak di sungai Wasian" . Hal tersebut disampaikan Obed yang mulai bekerja di Bintuni tahun 1992 sebagaj Kepala PT Pelni cabang Bintuni. 

"Kami umumnya hidup dari usaha keagenan saja disini, perusahaan saya PT Fajar Lintasirja Lines dan Papua Maritim Pratama Lines hanya mengageni kapal cargo di pelabuban Bintuni,  sementara untuk kapal kapal yang beroperasi di BP semua di ageni oleh Samudra Indonesia dan PTK (Pertamina Trans kontinental). Sayang sekali keberadaan BP bukan menjadi faktor dominan dalam mengangkat kehidupan masyarakat lokal. Kalau hanya soal keagenan kapal kami tidak diberikan peluang bagaimana mau berkembang?". 

Muatan balik dari Bintuni masih di dominasi oleh kayu dan hasil laut, selebihnya masih harus menunggu bantuan pemerintah pusat atau daerah.(zah)