Laksamana Malahayati, Batu Indah Yang Bercahaya -->

Iklan Semua Halaman

Laksamana Malahayati, Batu Indah Yang Bercahaya

Ananta Gultom
04 November 2017
Ah, Kawan, tak kau lihat itu, seorang wanita berdiri gagah di atas kapal, matanya menatap tajam, gurat wajahnya tegas, dia melihat garis lautan, memperhatikan musuh bergerak maju, dia terus menunggu, menanti waktu terbaiknya, jemarinya erat menggenggam rencong di pinggang.

Ribuan pasukannya menahan nafas, atmosfer peperangan pengap di udara. Burung camar bahkan gemetar terbang dekat-dekat. Wanita itu tetap terlihat tenang, hela nafasnya terkendali, karena dialah admiral, bukan sembarang admiral.

Dialah kapten, bukan sembarang kapten. Dialah nahkoda, bukan sembarang nahkoda.
Dialah: Laksamana Keumalahayati (Malahayati).

Hari itu, dia memimpin ribuan (tak kurang dari 2.000) inong balee (janda-janda negeri Aceh yang suaminya mati syahid). Hari itu, dia memimpin puluhan kapal.

Dialah Laksamana Malahayati, seorang komandan armada laut tak terbilang gagah berani, memimpin inong balee dalam pertempuran hidup mati melawan penjajah.

Hari itu, Laksamana Malahayati menikam Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di atas kapal. Sstt, ini bukan film aksi macam Pirates of Carribean, ini kisah nyata.

Dialah Laksamana Malahayati, Female Admiral, dari Acehnese Navy.

Tak terbayangkan bagaimana dia memimpin pasukannya menyerang kapal2 penjajah. Lihatlah pakaiannya yang ringkas, penutup kepala ringkas, kakinya gesit meniti papan-papan kapal, tangannya lincah menebaskan rencong.

Jika sejarah tidak keliru mencatat, dia adalah admiral perempuan pertama dalam pelayaran modern.

Dia lahir tahun 1585, ayahnya seorang Laksamana, kakeknya juga seorang Laksamana.

Darah pelaut mengalir deras. Selepas tamat di pesantren, dia belajar di Akademi Militer Kesultanan Aceh, dipersiapkan menjadi laksamana berikutnya.

Menyusul jatuhnya Malaka di tangan Portugal, tambahkan nafsu serakah Belanda dan Inggris yang juga ingin menguasai rempah2 tanah jajahan, Kesultanan Aceh memutuskan membangun armada laut yang tangguh untuk melindungi negeri mereka, dan Malahayati menemukan medan pengabdiannya.

Tak terhitung berapa kali pertarungan di atas laut yang dijalani Laksamana Malahayati. Hingga akhirnya maut menjemput. Pelaut adalah pelaut, lautan adalah tempatnya hidup dan mati.

Laksamana Malahayati gugur dalam pertempuran dengan penjajah Portugal di Teuluk Krueng Raya.

Terus terang, saya menulis banyak novel dengan setting kapal, dengan kisah peperangan di atas lautan.

Mulai dari novel “Rindu”, juga “Harga Sebuah Percaya”, dan “Yang Telah Lama Pergi”, tapi saya tetap kesulitan membayangkan kehidupan seorang Laksamana Malahayati, bagaimana psikis-nya, bagaimana kesehariannya, bagaimana dia mengendalikan ribuan pasukannya, bagaimana dia "menggerakkan" kapal-kapalnya.

 Karena ini bukan kisah fiksi. Ini kisah nyata. Hari ini, menjadi nahkoda kapal modern saja susah, apalagi 400 tahun lalu.

Dalam daftar Pahlawan Nasional yang akan diumumkan 10 November 2017 nanti, nama Laksamana Malahayati ada di antaranya, bersama Mahmud Marzuki dan Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.

 Sungguh, kita memerlukan kisah2 kepahlawanan ini. Sungguh kita harus mengenang mereka.

Bahkan bila perlu ratusan lagi nama-nama yang mungkin telah dilupakan generasi sekarang.

Negeri ini sungguh punya banyak sekali pejuang gagah berani yang melawan ketidakadilan.

 Negeri ini memiliki banyak sekali pejuang yang berani melawan penindasan, diskriminasi, kezaliman. Salah-satunya Laksamana Malahayati.

 Komandan “Inong Balee”. Kata siapa janda itu aib dan penuh cibiran? Kelar hidup lu jika sudah berurusan dengan Laksamana Malahayati dan pasukan janda-nya.

Lihatlah! Kapal-kapal kesultanan Aceh membuat sesak teluk--bahkan untuk berenang di celah-celahnya susah.

Lihatlah pasukannya berdiri gagah di atas kapal-kapal, bendera Kesultanan Aceh berkibar gagah.

Lihatlah, Laksamana Malahayati di sana, memimpin armadanya.

Sungguh itulah arti namanya: batu indah yang bercahaya.

**foto diambil dari website wikipedia
***silahkan share, tidak perlu ijin lagi. seharusnya kalian lebih semangat share yg beginian daripada quote2 galau dan baper di page ini. share kemana2. silahkan!

sumber: https://www.facebook.com/tereliyewriter/posts/1664183673632194