Migas Kembali Picu Defisit Neraca Perdagangan -->

Iklan Semua Halaman

Migas Kembali Picu Defisit Neraca Perdagangan

Pulo Lasman Simanjuntak
04 Januari 2015
Jakarta, EMaritim.Com, BADAN Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi defisit neraca perdagangan sebesar US$425,7 juta pada November 2014, berbanding terbalik dengan neraca perdagangan pada bulan sebelumnya yang surplus sebesar US$0,02 miliar. Penyebabnya ialah surplus perdagangan nonmigas yang turun, sedangkan defisit neraca perdagangan migas membesar.

Sebelumnya, pada Oktober 2014, sektor nonmigas mengalami surplus sebesar US$1,13 miliar, sedangkan defisit neraca perdagangan migas sebesar US$1,11 miliar. Pada November 2014, defisit sektor migas membesar menjadi US$1,36 miliar, sedangkan surplus sektor nonmigas mengecil menjadi US$0,94 miliar.

''Ekspor nonmigas tidak menutup impor migas yang cukup besar. Lagi-lagi tidak bisa menutup defisit migas,'' ujar Kepala BPS Suryamin di Jakarta, Jumat (2/1/2015).

Bila diselisik lebih jauh, peningkatan impor migas, salah satunya, dipicu kenaikan impor minyak mentah dari 1,12 juta ton dengan nilai US$850 juta pada Oktober 2014 menjadi 1,34 juta ton dengan nilai US$949 juta pada November 2014.

Di sisi lain, kinerja ekspor nonmigas pada November 2014 mengalami penurunan 11,29%, menjadi US$13,62 miliar. Penurunan terbesar terjadi pada lemak dan minyak hewan/nabati sebesar 18,74% Suryamin menambahkan, secara kumulatif, neraca perdagangan sepanjang Januari hingga November 2014 tercatat defisit US$2,1 miliar. Defisit itu lebih rendah ketimbang periode yang sama pada 2013 yang mencapai US$5,6 miliar.

Deputi Bidang Statistik Harga dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo optimistis kinerja ekspor pada Desember akan lebih baik seiring dengan membaiknya permintaan dari Amerika Serikat dan Uni Eropa. Kondisi sebaliknya justru datang dari pasar Asia. Karena itu, pemerintah mesti menggenjot ekspor pada 2015.

''Saya kira Eropa dari sisi perdagangan kita masih bagus, tinggal bagaimana memperbaiki pasar kita di Asia. Kita nunggu apakah akan kembali tumbuh tinggi di Tiongkok dan India. Kemudian kita memperluas pasar-pasar ekspor,'' kata Sasmito.

Secara terpisah, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel mengatakan pihaknya akan mendorong ekspor produk premier (utama) nonmigas untuk mengatasi defisit neraca perdagangan selama satu tahun ke depan. “Kita akan kejar produk premier yang selama ini mendominasi dari produk nonmigas,“ cetus Rachmat seusai pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia di BEI Tower, Jakarta, Jumat (2/1).

Pemerintah mengusahakan produk manufaktur yang akan dinaikkan untuk mendorong investasi. Rachmat juga mengatakan pihaknya akan membantu industri-industri kecil menengah (IKM) untuk menghasilkan produk tersebut. (mediaindonesia.com/pulo lasman simanjuntak)