SKK Migas Catat 32 Blok Produksi Minyak dan Gas Bumi akan Habis Kontrak -->

Iklan Semua Halaman

SKK Migas Catat 32 Blok Produksi Minyak dan Gas Bumi akan Habis Kontrak

Pulo Lasman Simanjuntak
13 Januari 2015





Jakarta,eMaritim.Com,-Satuan Kerja Khusus Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat sebanyak 32 blok produksi minyak dan gas bumi akan habis kontraknya dalam periode 10 tahun ke depan atau 2015-2024.

Penasihat Ahli Kepala SKK Migas, Haposan Napitupulu di Jakarta, belum lama ini, mengatakan secara akumulasi, produksi 32 blok tersebut mencakup 72,5 persen dari produksi migas nasional.

"Keputusan pengelolaan lanjut blok produksi yang akan berakhir itu harus disegerakan untuk menghindari penurunan produksi," katanya dalam bahan presentasi yang diperoleh, seperti disiarkan www.harian nasional.com.

Menurut dia, pada 2015, kontrak blok yang berakhir ada satu yakni Gebang dengan operator JOB Pertamina-EMP. Produksi blok tersebut mencakup 0,004 persen dari produksi nasional.

Pada 2016, tidak terdapat blok habis kontrak. Lalu, pada 2017, empat blok habis kontrak yakni ONWJ (Pertamina), Attaka (Inpex), Lematang (Medco), dan Mahakam (Total) dengan persentase produksi terhadap nasional menjadi 12,2 persen. Tahun berikutnya, terdapat delapan blok dengan akumulasi produksi 22,9 persen.

Kedelapan blok tersebut adalah Blok B (Exxon), East Kalimantan (Chevron), NSO Extension (Exxon), Ogan Komering (JOB Pertamina-Talisman), South East Sumatera (CNOOC), Tengah (Total), Tuban (JOB Pertamina-PetroChina East) dan Sanga-Sanga (Vico).

Selanjutnya pada 2019, ada empat blok habis yakni Pendopo Raja (JOB Pertamina-Golden Spike), Seram (Citic Resourses), Jambi Merang (JOB Pertamina-Talisman) dan Bula (Kalrez). Total akumulasi produksi blok habis sampai 2019 sebesar 23,7 persen.

Untuk 2020, terdapat lima blok yakni Brantas (Lapindo Brantas), Jambi B (Conoco), Kepala Burung (PetroChina), Makassar Strait (Chevron), dan Salawati (JOB Pertamina-PetroChina) dengan akumulasi produksi 25,8 persen.

Sedangkan pada 2021, tiga blok habis kontrak yakni Rokan (Chevron), Selat Panjang (Petro Selat), dan Bentu Segat (EMP).

Untuk 2022, terdapat empat blok yakni Coastal Plain Pekanbaru (BOB Bumi Siak Pusaka), Sengkang (Energi Equity), Tarakan (Medco), dan Tungkal (MontD'Or Oil) dengan akumulasi produksi 67,5 persen.

Pada 2023, tiga blok produksi habis kontrak yakni Rimau (Medco), Koridor (Conoco), dan Jabung (PetroChina) dengan total 72,5 persen. Untuk 2024, tidak terdapat blok habis kontrak.

Dari 32 blok tersebut, pemerintah sudah memutus kontrak dua blok yakni Gebang dan ONWJ. Blok Gebang diputuskan dikelola EMP dan ONWJ dilanjutkan Pertamina.


Target Produksi Minyak 2015

 
 

Sementara itu Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menghitung target produksi minyak pada tahun depan (tahun 2015-red)  paling realistis 845.000 barel per hari, lebih rendah dibandingkan asumsi pada Anggaran Pendapatan Belanja Negara 2015 sebesar 900.000 barel per hari.

Kepala Bagian Hubungan Kemasyarakatan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Rudianto Rimbono mengatakan target realistis tersebut setelah menghitung ulang proyeksi kontraktor kontrak kerja sama.

“Kami baru saja rapat dengan K3S pekan lalu, angka yang keluar target realistis 835.000-845.000 barel per hari,” jelasnya di Surabaya, belum lama ini seperti disiarkan bisnis.com.

Menurutnya, angka yang diperoleh dari kontraktor tersebut sudah memperhitungkan penurunan alami 20%. Oleh karena itu bila asumsi yang digunakan tetap 900.000 barel per hari maka perlu kerja keras.
“Harus kerja keras dan sangat kreatif untuk menemukan cadangan,” tambahnya.

Sementara itu, pada tahun depan, SKK mencatat ada sekitar 1.300 sumur yang akan dibor. Jumah tersebut sebagian besar dari di kawasan Riau dan sekitarnya.

“Ini untuk meningkatkan replacement ratio minyak di kisaran 60% di empat-lima tahun ini. Memang ratio untuk minyak ini lebih rendah dibandingkan dengan gas yang bisa di kisaran 90%,” tegasnya.

(sonnylistyanto/lasman simanjuntak)