Indonesia Tempat Paling Rawan terhadap Pembajakan Kapal di Seluruh Dunia -->

Iklan Semua Halaman

Indonesia Tempat Paling Rawan terhadap Pembajakan Kapal di Seluruh Dunia

Pulo Lasman Simanjuntak
04 Februari 2015
Jakarta,eMaritim.Com,- Indonesia merupakan tempat paling rawan terhadap pembajakan kapal di seluruh dunia pada 2014. Dalam hal kawasan, perairan Asia merupakan laut sasaran utama para pembajak.

Laporan akhir tahun Biro Maritim International seperti dikutip dari Varia.id, Rabu malam (4/2/2014) menyebutkan, Indonesia mendominasi laporan tentang pembajakan dan upaya pembajak. Pada 2014, organisasi sayap Kamar Dagang Internasional itu mencatat, terdapat 100 insiden pembajakan terjadi di perairan Indonesia.

Jumlah itu hanya sedikit membaik ketimbang tahun sebelumnya dengan 106 insiden. Pada 2014, bajak laut Indonesia sebagian besar menyasar kapal yang tengah berlabuh. Angkanya mencapai 75 persen dari seluruh serangan.

Biro itu menyebutkan, Pulau Bintan di Kepulauan Riau merupakan daerah paling rawan pembajakan. Biro yang merupakan anggota pengamat dari Kepolisian Internasional (Interpol) mencatat, ada 35 laporan pembajakan masuk dari perairan itu.

Setelahnya, laut di sekitar Karimun Besar dan Karimun Kecil menduduki peringkat paling rawan kedua di Indonesia dengan 18 insiden. Setelah Indonesia, Bangladesh menduduki peringkat kedua dengan 21 pembajakan dan percobaan pembajakan di pelabuhan Chittagong.



Banyak dan ganas
Biro Maritim Internasional menyebutkan, pembajakan di Asia menunjukan tren peningkatan dalam jumlah dan kekerasan. Lautan Asia merupakan tempat 75 persen dari 245 insiden pembajakan terjadi.
Pada 2013, Asia menyumbang 60 persen dari seluruh insiden. Selain itu, pembajakan pada 2013 sebagian besar merupakan pencurian yang relatif kecil dibanding Afrika Barat dan Somalia.

Di kawasan ini, bajak laut paling banyak menyerang kapal berbendera Singapura dan Hongkong. Sebanyak 32 kapal berbendera Singapura dan 16 kapal berbendera Hongkong menjadi sasaran serangan bajak laut.

Pada 2014, terjadi peningkatan 22 persen insiden pembajakan ketimbang tahun sebelumnya. Biro Maritim Internasional mencatat, sebanyak 183 insiden pembajak terjadi pada 2014. Sebelumnya, terjadi 150 insiden pembajakan.

Serangan bajak laut pada 2014 merupakan yang terbanyak sejak 2006.

 “Fakta itu jelas, kenaikan 22 persen itu signifikan dan mencemaskan,” kata manajer kawasan Asia perusahaan tanker Internantok, Tim Wilkins.

Sepanjang 2014, bajak laut di Asia merupakan yang paling berhasil menguasai kapal. Dari 21 kapal yang berhasil dibajak, 15 di antaranya terjadi di Asia. Desember tahun lalu, seorang mekanik tewas setelah ditembak oleh bajak laut yang menguasai kapal tanker di dekat Singapura.

Jumlah kapal yang berhasil dikuasai perompak pada 2014 meningkat hampir dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya. Pada 2013, bajak laut hanya berhasil menguasai 12 kapal. Di seluruh dunia, kapal bermuatan minyak mentah merupakan yang paling rawan. Sebanyak 10 dari 245 kapal yang terlibat insiden membawa muatan itu.(pulo lasman simanjuntak)





Pembajakan global
Biro Maritim Internasional mencatat, peningkatan insiden pembajakan di lautan Asia mengakibatkan lonjakan jumlah serangan bajak laut di dunia. “Peningkatan jumlah pembajakan terjadi karena ada lonjakan serangan terhadap tanker yang berlabuh di Asia Tenggara,” kata direktur biro itu, Pottengal Mukundan.
Pottengal menambahkan, bajak laut menyerang kapal bermuatan kargo dan energi. “Banyak yang khususnya mengincar mesin kapal, gas dan minyak untuk kembali dijual,” kata Pottengal. Menurutnya, penyerangan umumnya dilakukan bersama-sama menggunakan senjata.
Biro Maritim Internasional memperingatkan, bajak laut semakin menggunakan kekerasan dalam serang mereka. Laporan itu menyebut, perompak di Asia Tenggara menggunakan senjata tajam seperti golok. Sementara bajak laut Nigeria sangat terencana dan tidak pernah ragu menggunakan kekerasan. Akibat penggunaan kekerasan, 4 awak kapal tewas, 13 terluka, 3 sandera dan 442 tawanan sepanjang 2014.
Pengamat menyarankan negara-negara di Asia tidak menyertakan tentara pada kapal-kapal yang melewati Selat Malaka dan sekitarnya. Manajer pengembangan konsultan keamanan laut Dryad Maritime, Mark Thomas, mengatakan, langkah itu akan memicu peningkatan kekerasan.
“Penggunaan penjaga melawan bajak laut dan pencuri kapal serta kargo di sekitar Singapura dapat memancing para penjahat semakin menggunakan kekerasan,” katanya.
Badan Kesepakatan Kerjasama Kawasan Melawan Pembajakan dan Perampokan Bersenjata(ReCAAP) menyarankan agar negara-negara Asia meningkatkan patroli di kawasan rawan untuk mengurangi pencurian kapal. Wakil Direktur ReCAAP Nicholas Teo mengusulkan agar patroli dilakukan sepanjang Selat Malaka hingga laut China Selatan.