Identitas ABK Kapal Taiwan Mulai Diketahui -->

Iklan Semua Halaman

Identitas ABK Kapal Taiwan Mulai Diketahui

Pulo Lasman Simanjuntak
18 Maret 2015
Jakarta,eMaritim.Com,-Kementerian Luar Negeri (Kemlu) masih terus mencari 21 warga negara Indonesia (WNI) anak buah kapal (ABK) penangkap ikan Taiwan Hsiang Fu Chun yang hilang kontak di Atlantik Selatan menuju Taiwan.

Identitas 2 dari 21 ABK sudah diketahui. Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengatakan pemerintah sudah mendapatkan nama lima perusahaan Indonesia yang merekrut anak buah kapal penangkap ikan Taiwan itu.


“Kami dari kemarin (9/3) sudah ada perkembangan. Namanama perusahaan itu sudah kami peroleh, kemudian kami sudah langsung mengontak agensi-agensi yang mempekerjakan ABK kita yang berjumlah 21 orang,” ujar Retno di Jakarta kemarin.

Kemlu melakukan pertemuan dengan lima perusahaan perekrut ABK dan terus berkoordinasi dengan perwakilan Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taipei. Selain itu, kata Retno, Kemlu sudah menghubungi Kedutaan Besar Indonesia di London, Inggris, dan Buenos Aires, Argentina, untuk mendapatkan lebih banyak informasi mengenai keberadaan terakhir Kapal Hsiang Fu Chun.

Kapal tersebut terindikasi berada sekitar 3.148 km dari Kepulauan Falkland yang merupakan bagian dari wilayah Inggris saat menghilang pada 26 Februari lalu. Pemilik kapal terlambat melaporkan hilangnya kapal tersebut karena mereka menduga adanya kerusakan mesin dan dapat diperbaiki. Selain 21 WNI, ada pula 2 warga Taiwan, 11 warga China, 13 warga Filipina, dan 2 warga Vietnam yang menjadi ABK di kapal tersebut.

“Karena wilayah Inggris dan Argentina dekat dengan Kepulauan Falkland. Jadi kita menyampaikan, kalau ada informasi mengenai keberadaan kapal tersebut, tolong segera disampaikan ke kami,” imbuh Menlu. “Sekaligus kami mencoba mendapatkan informasi sebanyak mungkin meliputi berbagai macam lini.” Sementara itu, hingga kemarin diketahui 2 dari 21 ABK berasal dari Tegal, Jawa Tengah.

“Sampai saat ini ada dua ABK dari Tegal, yaitu Aziz Musthofa dan Ahmad Sobirin. Tapi identitas lengkapnya kami belum mendapatkan. Bisa Tegal kabupaten atau kota,” papar Kabid Bidang Pelatihan dan Penempatan Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Tegal Widiantoro kepada KORAN SINDO kemarin.

Dia juga menegaskan pihaknya sudah berkoordinasi dengan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) dan Kemlu mengenai tenggelamnya Hsiang Fu Chun. Menurut Widiantoro, pada kasus Kapal Oryong 5013 yang tenggelam di Laut Bering, Rusia, pada awal Desember 2014, pihak BNP2TKI mengirimkan informasi identitas ABK.

“Sampai sekarang belum ada faks yang kami terima dari BNP2TKI. Mungkin menunggu dari Kemlu yang masih mencari data identitas ABK melaluiKBRI diTaiwan,” ujarnya.


 Lalu apa sebenarnya yang terjadi pada Hsiang Fu Chun? Kemungkinan besar kapal pembawa 49 orang tersebut tenggelam. Dugaan itu mengacu pada laporan dari pemilik kapal yang melakukan kontak terakhir dengan kru kapal.

Saat kontak terakhir itu, kru kapal menyatakan bahwa kapal tersebut mengalami kebocoran. Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kemlu Indonesia, Lalu Muhammad Iqbal, membenarkan laporan itu. Menurutnya, laporan itu juga diungkap saat pertemuan antara perwakilan Indonesia, pemilik kapal, dan Pemerintah Taiwan.

“Kemungkinan ada accident karena ketika lost contact tanggal 26 Februari jam 3 pagi, kapten kapal sempat mengontak bahwa telah terjadi kebocoran di mana di dek kapal terdapat genangan air,” katanya di Jakarta kemarin. Dalam laporan tersebut ABK berusaha untuk mengeringkan air. “Namun saat pemilik kapal kembali mencoba menghubungi pada pukul lima pagi, kapal itu sudah tidak dapat dihubungi,” imbuh Iqbal.

Sementara itu, Pemerintah Taiwan akan melibatkan kapalkapal nelayan untuk mencari Kapal Hsiang Fu Chun. Namun kapal nelayan meminta pemerintah menyubsidi mereka dalam upaya pencarian itu. Shi Jiao-min, Ketua Asosiasi Nelayan Taiwan, meminta pemerintah memberikan subsidi bagi kapal nelayan swasta yang membantu pencarian. Pasalnya, proses pencarian juga memerlukan bahan bakar dan menyita waktu nelayan.

“Banyak kapal nelayan yang berkontribusi terhadap upaya pencarian Hsiang Fu Chun yang hilang sejak 26 Februari lalu,” ungkap Shi seperti dikutip kantor berita Taiwan, Central News Agency. Salah satu kapal nelayan Taiwan yang berada di lokasi tenggelamnya kapal adalah Fu Kuo No 1. Kapal itu diminta Badan Perikanan Taiwan untuk melakukan pencarian. Taiwan juga meminta bantuan dari Pemerintah Inggris dan Argentina untuk mencari kapal itu.(pls)