Indonesia di Ambang Krisis Energi, Cadangan Minyak Bumi Diperkirakan akan Habis 11 Tahun Mendatang -->

Iklan Semua Halaman

Indonesia di Ambang Krisis Energi, Cadangan Minyak Bumi Diperkirakan akan Habis 11 Tahun Mendatang

Pulo Lasman Simanjuntak
06 Maret 2015
Jakarta,eMaritim.Com,-Indonesia di ambang krisis energi. Cadangan minyak bumi Indonesia diperkirakan akan habis dalam 11 tahun mendatang. Masalahnya, persoalan ini belum menjadi kesadaran bangsa Indonesia, terutama pemerintah.

 Akibatnya, belum ada langkah terobosan yang konkret, sistematis, dan terstruktur, baik untuk menghemat energi fosil maupun mengembangkan energi alternatif.

”Kenyataannya, sampai sekarang, melihat cadangan energi berbahan fosil sudah akan habis, gereget atau kemauan menemukan energi baru dan terbarukan belum kelihatan. Saya, kok, takut kita sudah di ambang pintu krisis energi kalau tidak segera diambil tindakan-tindakan,” kata Menteri Pertambangan dan Energi periode 1978-1988 Subroto saat berkunjung ke harian Kompas, di Jakarta, Rabu (4/3/2015).

Dalam kesempatan itu, Subroto didampingi Menteri Negara Lingkungan Hidup periode 1993-1998 Sarwono Kusumaatmadja dan Direktur Utama PT Energy Management Indonesia (Persero) Aris Yunanto.

Subroto berpendapat, minimnya gereget dalam mencari energi alternatif dan menghemat energi disebabkan belum ada kemauan politik dari pemerintah. Sejauh ini, rencana strategis soal ketahanan eneri nasional pun belum jelas.

Cadangan minyak Indonesia sekitar 3,7 miliar barrel. Produksi bahan bakar minyak dalam negeri saat ini rata-rata 800.000 barrel per hari. Dengan demikian tanpa adanya penemuan cadangan minyak baru, cadangan lama diperkirakan akan habis 11 tahun lagi.

Pada 1970-an, Indonesia menjadi negara produsen minyak dengan volume produksi 1,7 juta barrel per hari. Namun, pada 2014, produksi hanya 700.000-800.000 barrel per hari. Masalahnya, menemukan cadangan minyak baru dan energi yang tak terbarukan itu semakin sulit, apalagi dengan harga minyak dunia yang rendah saat ini.

"Jangan harap ada investasi baru untuk meningkatkan eksplorasi. Jadi, tak mungkin mencapai produksi di atas 1 juta barrel per hari seperti dulu," kata Subroto. (pulo lasman simanjuntak)