Defisit Pertamina 212,3 Juta Dollar AS karena Penurunan Harga Minyak Mentah Dunia -->

Iklan Semua Halaman

Defisit Pertamina 212,3 Juta Dollar AS karena Penurunan Harga Minyak Mentah Dunia

Pulo Lasman Simanjuntak
10 April 2015

Jakarta,eMaritim.Com,-Defisit PT Pertamina (Persero) sebanyak 212,3 juta dolar Amerika Serikat (AS) karena penurunan harga minyak mentah dunia. Apalagi, kerugian yang terjadi hanya dalam kurun waktu dua bulan. Sehingga, bukan merupakan performa kinerja keuangan secara keseluruhan di tahun 2015.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Sutjipto mengatakan, defisit selama Januari-Februari 2015 sebanyak 212,3 juta dolar AS tidak bisa dijadikan ukuran kinerja perusahaan secara keseluruhan sepanjang 2015.

”Tidak bisa menyebutkan kerugian hanya dalam satu dua bulan. Kerugian itu lebih karena faktor harga minyak yang sedang turun sehingga mengakibatkan adanya beban persediaan (stok),” kata Dwi, di Jakarta, Rabu (9/4/2015) seperti ditulis HU.Suara Karya.

Menurut Dwi, kerugian tersebut lebih karena adanya persediaan yang merupakan stok pada Oktober 2014 yang ketika itu masih tinggi. ”Jadi ketika harga sudah stabil maka beban terhadap inventori akan otomatis hilang. Karena itu tidak bisa melihat posisi dua bulan itu menjadi kesimpulan, karena masalah harga,” ujarnya.

Sebelumnya pada Selasa malam (7/4) di depan Komisi VI DPR, Pertamina memaparkan kerugian bersih sebesar 212,3 juta dolar AS pada Januari-Februari yang dipicu merosotnya pendapatan pada bisnis hilir.

Angka tersebut meleset dari laba yang ditargetkan periode Januari-Februari 2015 sebesar 280 juta dolar AS dalam Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) 2015. ”Penyebab utama kerugian karena rugi bisnis hilir yang mencapai 368 juta dolar AS,” ujarnya.

Untuk mengatasi permasalahan kerugian tersebut, mantan Dirut PT Semen Indonesia (Persero) Tbk itu mengatakan, Pertamina segera memasang strategi dengan melakukan efisiensi pengadaan, pengolahan dan distribusi.

”Efisiensi menjadi fokus, bagaimana melakukan restrukruturisasi pembelian impor dari yang tadinya melalui Petral (Pertamina Energy Trading Limited), langsung ke Pertamina Integrated Supply Chain (ISC),” ujarnya.

Menurut catatan, ISC Pertamina mulai melakukan tender pengadaan minyak mentah pada pertengahan Januari 2015 untuk untuk pemenuhan kebutuhan hingga April 2015. ”Jadi, dengan pengalihan lewat ISC tersebut dalam dua bulan Pertamina bisa mendapatkan efisiensi sekitar 22 juta dolar AS,” katanya.

Di sisi efisiensi pengolahan, Pertamina sedang melakukan review pengadaan minyak mentah dengan mengidentifikasi kilang-kilang yang tidak efisien. ”Kalau yang pengadaan crude-nya tidak efisien kilang itu tidak perlu operasikan secara optimum. Seperti kilang Plaju, Palembang dan kilang Kasim, Papua, produksinya diturunkan,” katanya. (siman/juntak/pulo)