Menko Perekonomian : Pelabuhan Cimalaya Sangat Berbahaya untuk Industri Minyak dan Industri Kapal Itu Sendiri -->

Iklan Semua Halaman

Menko Perekonomian : Pelabuhan Cimalaya Sangat Berbahaya untuk Industri Minyak dan Industri Kapal Itu Sendiri

Pulo Lasman Simanjuntak
04 April 2015
 Jakarta, eMaritim.Com,-Pemerintah pada Kamis, 2 April lalu telah memutuskan pembatalan pembangunan Pelabuhan Cilamaya di Karawang. Hal ini disebabkan karena daerah tersebut merupakan wilayah operasi minyak dan gas bumi (migas) milik Pertamina Hulu Energi (PHE) Offshore North West Java (ONWJ).

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengungkapkan, pembatalan pembangunan yang digadang-gadang bakal menekan biaya distribusi tersebut karena akan mengancam industri migas dalam negeri.

"Pembatalan Pelabuhan Cilamaya kemarin itu karena tidak mungkin di lokasi sekarang. Sangat berbahaya untuk industri minyak dan industri kapal itu sendiri," ujar Sofyan di kantor Kementerian Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Sabtu (4/4/2015) seperti dikutip dari www.metrotvnews.com.
 
Meskipun demikian, pembangunan pelabuhan untuk menekan biaya distribusi itu tak sepenuhnya dibatalkan, melainkan hanya dipindah lokasi pembangunannya ke wilayah timur Cilamaya. Ia menyebut, daerah Subang dan Indramayu cocok untuk pembangunan pelabuhan pengganti Cilamaya.

"Itu sudah diidentisifikasi lokasinya. Ini yang akan dieksplorasi lebih lanjut," imbuh dia.

Menurut Sofyan, pembatalan kemarin tidak merugikan pihak siapa pun. Pasalnya, dana untuk melakukan kelayakan studi Pelabuhan Cilamaya tidak terlalu banyak karena belum masuk pada tahap detail engineering.

"Kalau lokasi baru ini sudah dilakukan studi kelayakan, begitu cocok langsung go (laksanankan). Namun belum tahu besaran dana studi kelayakannya," pungkas Sofyan.