Ke-24 pelabuhan tersebut meliputi lima pelabuhan sebagai hub (pengumpul)
yaitu Pelabuhan Belawan/Kuala Tanjung, Pelabuhan Tanjung Priok/Kalibaru,
Pelabuhan Tanjung Perak,Pelabuhan Makassar, dan Pelabuhan Bitung.
Sedangkan 19 pelabuhan sebagai feeder (pengumpan) bagi pelabuhan hub Ke-19 pelabuhan feeder
tersebut adalah Pelabuhan Malahayati, Batam, Jambi (Talang Duku), Palembang,
Panjang, Teluk Bayur, Tanjung Emas, Pontianak, Banjarmasin, Sampit, Balikpapan/Kanangau,
Samarinda/Palaran, Tanau/Kupang, Pantoloan, Ternate, Kendari, Sorong, Ambon dan
Jayapura.
Dirjen Perhubungan Laut Kemenhub Bobby R. Mamahit
mengatakan, pembangunan Poros Maritim Nasional atau Tol Laut bertujuan untuk
membuka akses pelayaran petikemas regional dengan membuat suatu pelabuhan besar
berskala hub internasional yang dapat melayani kapal-kapal niaga besar di atas
3.000 TEUs atau sekelas dengan kapal Panamax 6.000 TEUs.
"Konsep Tol Laut bukan membuat jalan tol di atas laut.
Namun merupakan jalur distribusi logistik menggunakan kapal laut dari ujung
Pulau Sumatera hingga ujung Papua," ungkap Bobby dalam lokakarya Wartawan
Perhubungan "Menata Transportasi, Meningkatkan Daya Saing" di Aula
Pemerintahan Kabupaten Belitung, Tanjungpandan, Jumat (22/5/2015) seperti dikutip dari www.dephub.go.id.
Bobby memaparkan, poros maritim Indonesia merupakan bagian poros
maritim dunia. Untuk mewujudkannya, maka di wilayah Indonesia harus terdapat
pusat-pusat kegiatan maritim dan kelautan berkelas dunia yang melayani dan mengakomodasi
kegiatan kemaritiman ke seluruh dunia.
"Kegiatan maritim domestik harus menjadi penggerak
ekonomi dan pembangunan utama," kata Bobby.
Pada prinsipnya, pembangunan Tol Laut atau Pendulum Nusantara
merupakan penataan rute tetap (linier), terhadap rute yang sudah ada. Untuk
mencapai keberhasilannya, diperlukan langkah-langkah antara lain;
mengefisienkan sistem transportasi maritim Indonesia, kelembagaan
regulasi dan pendanaan serta dukungan lintas sektoral. (pulo lasman simanjuntak)