Pertamina Siap Produksi BBM Pertalie -->

Iklan Semua Halaman

Pertamina Siap Produksi BBM Pertalie

Pulo Lasman Simanjuntak
03 Juni 2015
Cirebon, eMaritim.Com,- Meski sempat tertunda, PT Pertamina (Persero) terus mengupayakan realisasi pertalite. Kilang-kilang dalam negeri sudah siap memproduksi bahan bakar minyak (BBM) jenis baru itu. Setelah izin niaga sudah dikeluarkan Ditjen Migas Kementerian ESDM, BUMN energi itu bisa langsung mengeluarkan produk.

Vice President (VP) Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan, fasilitas produksi yang dimiliki perusahaan sudah bagus. Selain kilang, proses produksi pertalite yang merupakan hasil blending dari nafta dengan high octane mogas component (HOMC) juga bisa dilakukan di terminal BBM.

Total ada 119 terminal yang disebutnya punya kemampuan untuk memproduksi pertalite. Namun, hingga kini pihaknya masih mengkaji terminal BBM mana saja yang dirasa efisien untuk produksi. "Belum ditentukan di mana, yang pasti dibuat di dalam negeri," ujar Wianda di Pelabuhan Nelayan Nusantara Kejawanan, Cirebon, Jawa Barat, Senin (1/6/2015) seperti dikutip dari RiauPos.Co.
     
Sekalipun persiapan sudah matang, dia belum tahu pasti kapan bensin dengan nilai oktan 90 itu bisa keluar. Yang jelas, saat ini pihaknya masih menunggu izin niaga dari Ditjen Migas Kementerian ESDM.

"Izin spesifikasi sudah selesai, tinggal tunggu izin niaganya saja. Semoga tidak lama," jelasnya.
     
Setelah urusan izin beres, pihaknya fokus pada uji pasar dan mencari momen yang tepat untuk meluncurkan pertalite. Rencana menjadikan Jakarta sebagai lokasi pertama peluncuran produk dipastikan "Tidak berubah. Termasuk, komitmen Pertamina untuk tidak mengurangi pasokan premium di SPBU.

"Pasokannya tetap. Cuma ada penyesuaian dispenser di SPBU," terangnya. Dia berharap saat uji pasar nanti, pertalite dapat sambutan positif dari warga. Apalagi, produk tersebut cocok buat kendaraan di Indonesia karena memiliki kualitas yang lebih bagus dari premium.
     
Wajar jika Pertamina ngotot agar pertalite segera terealisasi. Selain untuk alternatif bahan bakar, pertalite juga dijadikan penahan migrasi pengguna pertamax ke premium. Apalagi, ketika disparitas harga produk RON 88 dan 92 cukup lebar seperti saat ini.
     
Seperti diberitakan sebelumnya, beda harga premium dan pertamax mencapai Rp1.900. Menurut Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang, angka itu tidak ideal. Harusnya, tidak jauh-jauh dari angka Rp1.000 supaya pengguna pertamax tidak kembali lagi ke premium.
     
Nah, kalau pertalite muncul dan dijual dengan harga lebih murah dari pertamax, diyakini bisa menekan migrasi itu. "Jadi, usaha Pertamina meningkatkan pengguna pertamax tidak percuma. "Dampaknya, 10-20 persen konsumsi premium berkurang," terangnya.
     
Menteri ESDM Sudirman Said mengatakan, pemerintah tidak mau ikut campur soal pertalite. Dia menyebut produk itu murni kegiatan bisnis badan usaha. Termasuk, membebaskan warga untuk memiliki bahan bakar mana yang sesuai kantong. "Biarkan itu jadi produk kompetitif," tuturnya.(juntak/siman/lasman)