Peserta Diskusi Sampaikan Permasalahan Klasik di Alur Pelayaran Sungai Mahakam -->

Iklan Semua Halaman

Peserta Diskusi Sampaikan Permasalahan Klasik di Alur Pelayaran Sungai Mahakam

Pulo Lasman Simanjuntak
01 Juli 2015
Samarinda, eMaritim.Com,-Para peserta dan undangan diskusi "Menuju Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia" yang diselenggarakan oleh media online eMaritim.Com dan Mice Organizer di Hotel Grand Sawit, Samarinda, Kalimantan Timur, Senin sore (29/6/2015) menyodorkan berbagai pertanyaan seputar permasalahan dan hambatan-hambatan yang masih dihadapi di Kota Samariinda sampai saat ini.

Misalnya, apa yang disampaikan oleh Mahrudin, salah seorang pengurus DPC INSA Samarinda yang mengatakan soal permasalahan klasik yaitu alur pelayaran di Sungai Mahakam."Idealnya alur pelayaran Sungai Mahakam ini dikeruk dua kali setahun karena sedimentasi sangat tinggi. Sekali setahun dikeruk, tiga atau empat bulan sudah sedimentasi lagi. bahkan di hulu kalau hujan deras terjadi banjir, sehingga kapal-kapal harus menunggu," katanya.

Seorang peserta lainnya juga menyinggung tentang tema diskusi"Menuju Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia"."Dengan poros maritim dunia ini, kita mau bertanya upaya apa yang akan dilakukan pemerintah untuk membangun kembali bisnis kayu, batu bara, sawit, dan industri-industri lainnya yang dapat dikembangkan sehingga dapat mempercepat pembangunan di Provinsi Kalimantan Timur," katanya.

Bahkan sebagian peserta yang merupakan pengusaha pelayaran  bidang angkutan laut (batu bara, cargo, dan offshore) ini banyak memberikan masukkan-masukkan yang positif kepada pemerintah termasuk di dalamnya soal regulasi, peraturan, dan perlindungan keamanan kepada pengusaha pelayaran di daerah.

" Sehingga kami tenang dan nyaman menjalankan usaha pelayaran di Samarinda ini," ujar Mahrudin, salah seorang pengurus DPC INSA Samarinda.

M.Hamzah dari PT.Barhind pada kesempatan diskusi Menuju Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia mengeluarkan uneg-uneg-nya soal pajak dan banyaknya  'pungutan' di sektor usaha pelayaran ini.

"Kita sebenarnya ingin tahu dan ingin menghitung berapa sebenarnya sih biaya-biaya yang harus dikeluarkan kapal di luar negeri.Di Singapura, misalnya, pajak apa saja yang dikenakan?," tanya.

"Di Muara Mahakam untuk pelabuhan ada konflik cukup besar yaitu ketidakjelasan pelaksana di pelabuhan antara PTB dan Pelindo carut marut.Pelabuhan tiga bersaudara atau PTB, tetapi yang pungut di Pelindo.Orang jadi malas investasi di pelabuhan.Perlu kepastian regulasi dari pemerintah,"pintanya.
(lasman simanjuntak)

Foto-foto : Lasman Simanjuntak/eMaritim.Com