Jakarta,eMaritim.Com,-Seiring terbenamnya mentari-senja
datang- dan mulailah turun malam yang sungguh menyenangkan penulis
ketika berkunjung seorang diri ke tepian sungai terpanjang di Indonesia
yaitu Sungai Mahakam yang 'membelah' Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan
Timur, Senin malam (29/6/2015).
Tiupan angin lembut menyeruak rambut pada sore jelang malam tersebut.Penulis mulai berjalan se orang diri menyusuri tepian Sungai Mahakam yang sejak pagihari hingga sore tadi lalu lintas air ( kapal ) tak henti-hentinya bergerak dari hulu ke hilir .
Rona langit jingga di tepian Sungai Mahakam membuat batin terus menggumam.. ya Allah.....puji dan syukur atas udara segar dan nikmat hidup yang Engkau berikan. Lama tertegun disitu.
Tiupan angin lembut menyeruak rambut pada sore jelang malam tersebut.Penulis mulai berjalan se orang diri menyusuri tepian Sungai Mahakam yang sejak pagihari hingga sore tadi lalu lintas air ( kapal ) tak henti-hentinya bergerak dari hulu ke hilir .
Rona langit jingga di tepian Sungai Mahakam membuat batin terus menggumam.. ya Allah.....puji dan syukur atas udara segar dan nikmat hidup yang Engkau berikan. Lama tertegun disitu.
Ah..mata penulis
tiba-tiba tertuju pada benda-benda berbentuk binatang dan bercahaya. Wow, lampion-lampion indah menghiasi tepian Sungai Mahakam dikala sang surya
sudah tak bersinar lagi.
Ada lampion Panda, Kangguru,dan masih banyak lagi, semua menarik dan lucu! Sungguh kontras dan membuat semarak di keremangan senja di tepian Sungai Mahakam yang selalu "berair' itu.
Ada lampion Panda, Kangguru,dan masih banyak lagi, semua menarik dan lucu! Sungguh kontras dan membuat semarak di keremangan senja di tepian Sungai Mahakam yang selalu "berair' itu.
Pandangan penulis lalu
berpaling pada gelak tawa dan canda riang anak-anak yang bermain dekat ayunan tak jauh dari
lampion-lampion tadi. Ada yang asyik duduk dan ada pula yang
mendorong ayunan itu . Ada pula yang berkejar-kejaran.
Gelak tawa dan binar mata bocah-bocah itu sungguh seperti mengingatkan penulis pada masa kanak-kanak yang indah dan penuh kenangan. Dan, itu terjadi lagi suatu senja yang tak terlupakan takkala menyusuri tepian Sungai Mahakam, Samarinda, provinsi Kalimantan Timur.
Gelak tawa dan binar mata bocah-bocah itu sungguh seperti mengingatkan penulis pada masa kanak-kanak yang indah dan penuh kenangan. Dan, itu terjadi lagi suatu senja yang tak terlupakan takkala menyusuri tepian Sungai Mahakam, Samarinda, provinsi Kalimantan Timur.
Tak lama kemudian beberapa pedagang makanan 'ringan' sudah siap menjajakan dagangannya. Ada
satu yang unik dan mengejutkan bagi penulis yakni kerak telor Betawi-jajanan khas Jakarta-
bisa sampai begitu jauh hadir di tepian Sungai Mahakam kota Samarinda ini.
Luar biasa kekayaan kuliner nusantara kita. Tak jauh dari situ ada pula segerombolan lelaki berkerumun
sambil berjongkok. Penulis mencoba mendekat pada mereka. Rupanya-lagi-lagi bisnis yang sedang ngetrend- batu-batu akik dalam ikatan cincin menjadi daya tarik yang luar biasa di semua
lapisan masyarakat kita saat ini.Semua asyik menerawang batu-batu akik itu
bergiliran seraya diskusi seru bak perbincangan serius di sebuah seminar.
Sudah
jauh kaki penulis melangkah menyusuri tepian Sungai Mahakam. Lelah.
Penulis pun beralih ke seberang jalan. Di sepanjang jalan itu berdiri
toko-toko
penjual amplang- sering disebut kuku macan- sejenis kerupuk terbuat dari
tepung dan ikan- penganan khas Samarinda berjajar sebelah menyebelah.
Ada pula kue kemiri dan keripik yang bisa dibeli sebagai
oleh-oleh khas dari Kota Samarinda.
Puas
memilih penganan itu dan membelinya, penulis pun lantas melenggang
keluar toko
menuju penginapan. Dalam hati tersenyum, sungguh mengesankan,suatu
senja tak terlupakan menyusuri Sungai Mahakam di Kota Samarinda, Provinsi
Kalimantan Timur.. (rina darmawan)
sumber foto : www.google.com