Jakarta ,eMaritim.Com,- Menko
Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli menyiapkan tujuh langkah guna menekan masa tunggu bongkar muat (dweling time)
di pelabuhan Tanjung Priok. Pembenahan meliputi perbaikan arus barang, sistem
teknologi informasi, sampai memberantas banyak mafia yang selama ini ‘bermain’
di sana.
“Saya dan tim
sudah mempelajari masalah yang terjadi di Pelabuhan Tanjung Priok. Masalahnya
memang cukup rumit. Terlalu banyak pihak yang berkepentingan. Insya Allah pekan depan kami mulai
benahi. Dengan izin Allah dan kerja keras kita semua, Tanjung Priok bisa kita
benahi hingga menjadi pelabuhan internasional yang efisien dan berdaya saing tinggi,”
papar Rizal Ramli kepada wartawan, usai menerima kunjungan Menteri Perencanaan
dan Investasi Strategis Timor Leste, Xanana Gusmao, di kediamannya, Ahad
(23/8/2015).
Kepada wartawan
dia menjelaskan, langkah pembenahan itu pertama, memperbanyak jalur hijau bagi
barang-barang ekspor impor yang telah memenuhi syarat dan ketentuan yang
berlaku. Sedangkan jalur merah bagi barang yang dicurigai bermasalah, akan
ditekan sampai pada tingkat paling minimal. Untuk keperluan ini, kementeriannya
akan menjalin koordinasi dengan Ditjen Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan.
Kedua,
meningkatkan biaya denda bagi kontainer yang telah melewati masa simpan di
pelabuhan. Selama ini tarif denda yang berlaku sangat rendah, yaitu hanya
Rp27.500/hari/kontainer 20 feet.
Akibatnya, sebagian pengusaha lebih suka ‘menyimpan’ barangnya di pelabuhan
daripada membayar sewa gudang di luar pelabuhan yang jauh lebih mahal.
“Ketiga, kami
akan membangun jalur rel kereta api sampai ke lokasi loading dan uploading
peti kemas. Di negara-negara maju, akses jalur rel kereta api memang sampai ke
pelabuhan. Dengan akses kereta api ke pelabuhan, maka arus barang akan lebih
cepat dan murah serta mengurangi beban jalan dan kemacetan lalu lintas,” ujar
Rizal Ramli.
Menko mengakui
bahwa rencana tersebut akan berbenturan dengan banyak pihak yang selama ini
mengambil keuntungan. Tapi untuk kepentingan yang lebih besar, dia bertekad
merealisasikan rencana ini. Sebab kalau kondisi sekarang dibiarkan berlanjut,
maka Tanjung Priok akan terus didera persoalan yang sama dengan keruwetan dan
kerumitan yang makin ekskalatif.
Keempat,
meningkatkan sistem teknologi informasi dalam pengelolaan terminal peti kemas.
Dengan begitu, pengusaha dapat dengan mudah mengetahui posisi peti kemas secara
detil dan akurat. Data ini sangat membantu dalam proses penanganan dan relokasi
peti kemas dengan cepat dan murah.
Kelima, sudah
saatnya Tanjung Priok menambah kapasitas crane.
Jumlah yang ada saat ini sudah tidak memadai, sehingga kurang memberi daya
dukung. Yang keenam, menyederhanakan peraturan dan perizinan yang berlaku di
pelabuhan. Untuk itu, Rizal Ramli akan menjalin koordinasi dengan pihak-pihak
terkait, seperti Kementerian Perdagangan, PT Pelindo II, Kementerian Pertanian,
Badan Karantina, Ditjen Bea & Cukai, Kepolisian, TNI Angkatan Laut, dan
lainnya.
“Yang tidak kalah
pentingnya, kami juga akan memberantas mafia yang selama ini ‘bermain’ di
pelabuhan. Mereka inilah yang secara langsung maupun tidak langsung telah
membuat Tanjung Priok menjadi pelabuhan yang lamban, tidak efisien, dan
berbiaya tinggi,” ungkap Rizal Ramli.
Dia juga
menyatakan tidak gentar jika harus berhadapan dengan backing para mafia tersebut. “Saya sadar betul risikonya pasti ada.
Saya siap menghadapi siapa pun mereka. Itulah sebabnya saya menggandeng KSAL bahkan
Panglima TNI untuk memberantas para mafia. Di atas semua itu, saya bekerja
untuk kepentingan bangsa agar perekonomian kita tumbuh dengan baik. Agar rakyat
bisa lebih sejahtera. Saya yakin Allah akan membantu saya,”ujar Rizal Ramli.
Panjangnya dwelling
time di Pelabuhan Tanjung Priok telah membuat Presiden Joko Widodo kecewa.
Pada sidang Kabinet pekan
silam, Presiden telah meminta Menko Maritim dan Sumber Daya untuk membenahi dweling time di pelabuhan Tanjung Priok.
Jokowi menargetkan dweling time maksimal
hanya empat hari sampai akhir Oktober 2015 dari sekitar 6 hari saat ini. Di
Singapura, hanya memerlukan satu hari. Sedangkan di Malaysia, 2-3 hari saja.
Dengan
serangkaian gebrakan yang dilakukannya, Rizal Ramli yakin dia dan aparatnya
mampu membenahi Tanjung Priok sebelum tenggat waktu yang ditetapkan Presiden.(siaran pers menko kemaritiman dan sumber daya/eykel lasflorest/ pulo lasman simanjuntak)