Anjloknya Harga Minyak 30 Dolar AS Per Barel , Industri Migas Bakal Kurangi Jumlah Karyawan -->

Iklan Semua Halaman

Anjloknya Harga Minyak 30 Dolar AS Per Barel , Industri Migas Bakal Kurangi Jumlah Karyawan

Pulo Lasman Simanjuntak
29 Januari 2016
Jakarta,eMaritim.Com, Anjloknya harga minyak dunia di bawah 30 dolar AS per barel dan melemahnya perekonomian China, makin memperberat kondisi perekonomian nasional.

Sejumlah industri migas, manufaktur dan otomotif dipastikan bakal mengurangi jumlah karyawan sebagai opsi untuk menyelamatkan perusahaan.

Opsi penyelamatan ini pun akan dipakai oleh pemerintah yang harus menanggung gaji pegawai, pensiunan dan bidang lainnya yang dibiayai oleh negara.

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro berencana menurunkan asumsi harga minyak Indonesia dari 50 dolar AS per barel menjadi 30 dolar AS hingga 40 dolar AS per barel dalam Rancangan APBN Perubahan 2016.

”Iya, kita lihatlah nanti apakah ke 30 atau 40 (dolar AS per barel),” katanya saat ditemui di Gedung Dhanapala, Jakarta, Rabu (28/1/2016).

Pendapatan negara dari sektor migas meliputi pajak penghasilan (PPh) migas, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) migas, dan PNBP lainnya dari kegiatan hulu migas. Turunnya pendapatan negara tersebut juga bisa berdampak pada belanja pemerintah.

Bambang memastikan pemerintah akan mengajukan Rancangan APBN-P 2016 ke DPR dengan target pembahasan akan selesai pada kuartal pertama 2016. Perubahan postur pendapatan negara juga menunggu pengesahan Rancangan Undang-Undang Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) yang diyakini akan menambah pundi-pundi penerimaan negara dari dalam dan luar negeri. Total pendapatan negara dalam APBN 2016 ditargetkan sebesar RP 1.822,5 triliun dengan belanja sebesar Rp 2.095,7 triliun.

Adapun dalam asumsi makro APBN, penurunan harga minyak dunia akan berimbas pada perubahan asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) dan lifting minyak dan gas (migas). Dalam APBN 2016, ICP diasumsikan sebesar 50 dolar AS per barel, sedangkan lifting migas 830 ribu barel per hari.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Haryadi Sukamdani mengungkapkan bukan hanya industri dalam sektor migas yang terkena dampaknya.

”Industri lain pun mengalami hal serupa,” kata Haryadi yang dihubungi Suara Karya, kemarin.

Oleh karena itu, kata dia, banyak perusahaan yang melakukan efisiensi dan menghitung ulang biaya produksi, biaya operasional dan biaya lainnya. ”Termasuk juga efisiensi karyawan,” tuturnya.

Dengan penurunan harga minyak ini, Indonesia yang masih mengadalkan sebagian besar pendapatan negara dari minyak dikhawatirkan bakal ikut mengalami krisis keuangan.

Dalam kesempatan terpisah, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengkhawatirkan kondisi perekonomian China di 2016. Setidaknya ada tiga hal yang dimungkinkan mampu memberikan pengaruh terhadap kondisi global.


Pertama, adalah perlambatan ekonomi China. Pada 2015, ekonominya hanya tumbuh 6,9 persen dan diperkirakan tahun ini akan turun ke level 6,3 persen. Dalam kurun lima tahun ke depan, rata-rata pertumbuhan ekonomi China 6,5 persen.

”China memang ada perlambatan karena memang di bidang manufaktur itu ada perlambatan,” ujarnya di Istana Negara, Jakarta, kemarin.

Kedua, adalah China kemungkinan melanjutkan kebijakan devaluasi yuan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Efeknya, menurut Agus, bisa terjadi pada pasar keuangan global dan nilai tukar pada negara-negara berkembang, termasuk rupiah.

”Yuan yang mungkin terus terdepresiasi, dan kondisi itu, bisa ke perdagangan, financial dan confident. Apalagi dengan kondisi harga komoditas yang turus turun, itu berdampak ke capital flow yang ada di dunia, tetapi kndisi secara finansial juga bisa kena. Karena depresiasi yuan itu berdampak ke depresiasi ke mata uang di negara berkembang lainnya,” paparnya.

Ketiga, dari sisi perdagangan. Indonesia yang merupakan mitra utama dagang China akan terkena dampak, terutama dari sisi ekspor Indonesia.

”Banyak negara itu kepercayaan ekonominya berhubungan dengan China, kalau terkoreksi, itu khawatirnya ekonomi di negara lain juga terpengaruh,” kata Agus.(suara karya online/lasman simanjuntak)
Foto : Ilustrasi/ Google.Com