Dominasi Peti Kemas Domestik di Pelabuhan Tanjung Perak -->

Iklan Semua Halaman

Dominasi Peti Kemas Domestik di Pelabuhan Tanjung Perak

Pulo Lasman Simanjuntak
07 Januari 2016
Surabaya,eMaritim.Com,-Arus peti kemas sepanjang tahun 2015 di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, mencapai 3,12 juta twenty-foot equivalent units (TEUs) atau setara 2,61 juta boks. Angka tersebut meningkat tipis sebesar 0,5% dibanding realisasi 2014, yakni 3,10 juta TEUs atau setara 2,60 juta boks.

Data tersebut dipaparkan oleh Kepala Humas PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) atau Pelindo III, Edi Priyanto, dari Surabaya, Rabu (6/1/2016).

“Jumlah peti kemas yang melalui Pelabuhan Tanjung Perak tersebut masih didominasi oleh peti kemas antar pulau atau yang lebih dikenal sebagai peti kemas domestik dengan persentase hingga 59% apabila dibandingkan dengan jenis peti kemas internasional,” kata Edi Priyanto.

Hal tersebut menunjukkan pengangkutan peti kemas domestik masih bagus. Kondisi perekonomian dan pasar sejumlah negara yang mengalami kelesuan pertumbuhan ekonomi menyebabkan pengangkutan peti kemas sedang mengalami penurunan permintaan, khususnya pasar utama seperti negara di Eropa, Afrika, dan Amerika Utara mengalami penurunan permintaan. Problem ekonomi luar negeri memperlambat demand untuk volume peti kemas, sehingga menyebabkan terjadinya pertumbuhan yang kecil tahun ini.

Peningkatan arus peti kemas domestik salah satunya disebabkan adanya peningkatan jumlah rute pelayaran peti kemas domestik. Hal itu tak lepas dari dukungan perseroan terhadap perusahaan pelayaran yang membuka rute baru di wilayah timur Indonesia.

Edi kemudian mengungkapkan, bahwa untuk meningkatkan kinerja bongkar muat peti kemas pada pelabuhan-pelabuhan yang dikelolanya, Pelindo III juga mendatangkan peralatan bongkar muat pada tahun 2015 lalu. 

"Untuk fasilitas di Pelabuhan Banjarmasin, Kalimantan Selatan, ditambah dengan empat unit Ship To Shore (STS) Crane baru. Terminal Peti Kemas Semarang di Pelabuhan Tanjung Emas, Jawa Tengah, juga telah ditambah dua unit STS Crane”, jelasnya.

Sebelumnya pada bulan September tahun lalu, Pelindo III telah mendatangkan tambahan peralatan bongkar muat berupa dua unit unit Grab Ship Unloader (GSU) di Terminal Teluk Lamong dan dua unit STS Crane untuk Terminal Nilam, Pelabuhan Tanjung Perak.

BUMN operator pelabuhan tersebut juga melakukan strategi relokasi peralatan yakni dengan perpindahan peralatan antar pelabuhan yang membutuhkan. “Satu unit STS Crane dari Terminal Nilam, Pelabuhan Tanjung Perak telah direlokasi ke Pelabuhan Tenau Kupang, NTT. Serta di Pulau Kalimantan, ada dua STS Crane dari Pelabuhan Banjarmasin direlokasi ke Pelabuhan Bagendang, Sampit”, tambahnya. 

Strategi relokasi peratalan dapat memastikan pelabuhan cabang untuk mengimbangi kinerja pelabuhan utama, sehingga dapat mendukung kegiatan perekonomian daerah setempat, ujar Edi.

Tak hanya peralatan bongkar muat peti kemas jenis container crane yang disiapkan untuk mengantisipasi sekaligus meningkatkan kinerja bongkar muat petikemas. Pelindo III juga melakukan pengadaan fixed crane yaitu sebanyak dua unit fixed crane di Pelabuhan Batulicin Kotabaru dan dua unit di Pelabuhan Lembar NTB. Selain itu, penempatan empat unit fixed crane dilakukan di Pelabuhan Gresik.

“Bentuk dukungan Pelindo III di antaranya adalah pemberian privilege terhadap perusahaan pelayaran untuk melakukan ekspansi rute yang baru dirintis serta jaminan kemudahan dalam hal pelayanan dan penyediaan fasilitas. Salah satu bentuk peningkatan pelayanan yang menjadi inovasi Pelindo III adalah Windows System on Schedule,” jelas Edi.

Penerapan sistem windows pelayanan peti kemas di pelabuhan juga terus dilakukan. Contohnya pada November 2015 lalu telah dibuka rute baru dengan sistem windows yang menghubungkan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dengan Pelabuhan Makassar. Dengan sistem konektivitas ini, kapal yang hendak masuk ke kedua pelabuhan tersebut sudah memiliki kepastian jadwal dan lokasi untuk bertambat dan bongkar muat barang.

Terdapat dua kapal rute Surabaya-Makasar dan Makasar-Surabaya. Selanjutnya direncanakan, rute baru sistem windows akan terkoneksi dengan Pelabuhan Belawan yang dikelola Pelindo I dan Pelabuhan Bitung yang dikelola Pelindo IV dan Pelabuhan Tanjung Priok yang dikelola Pelindo II.

Integrasi sistem layanan peti kemas tersebut akan membuat operasional kapal pengangkut peti kemas lebih efisien. Karena jadwal kapal bisa on schedule. Terlebih saat ini kegiatan bongkar muat peti kemas domestik baik di Pelabuhan Surabaya dan Makasar terbilang cukup tinggi. Penerapan windows connectivity waktu yang dibutuhkan kapal untuk menempuh perjalanan antar pelabuhan akan menjadi lebih cepat dan hal ini mampu menekan biaya logistik.

Sistem ini ditargetkan akan mampu menurunkan turn arraound voyage (TRV) dari semula sekitar delapan hari menjadi enam hari. TRV adalah waktu yang dibutuhkan kapal untuk menempuh perjalanan dari pelabuhan pertama menuju pelabuhan kedua dan kembali ke pelabuhan pertama, pungkas Edi.(press release/www.pelindo.co.id/lasman simanjuntak)