Singapura,eMaritim.Com,- Minyak mentah berjangka
menunjukkan kenaikan pada awal perdagangan Asia hari ini setelah total
selama sepekan mendapatkan dorongan lebih dari 15% dan beberapa
indikator menunjukkan minyak dunia masih akan menjaga tren positif.
Minyak jeni West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan sebesar
USD32,88 per barel pada pukul 7.53 PM.
Dilansir Reuters, Senin (29/2/2016) sampai sesi terakhir tercatat WTI membaik sampai 10 sen dibandingkan dari penutupan terakhir setelah pekan sebelumnya menguat lebih dari 15%. Sementara minyak mentah berjangka jenis Brent berada pada posisi USD35,15 per barel dengan penguatan 5 sen dari sesi di hari sebelumnya untuk menjaga penguatan.
Para analis memprediksi bahwa akan ada sinyal penguatan pada outlook pasar setelah terpuruk dalam 20 bulan terakhir dengan total kejatuhan mencapai 70%.
Dilansir Reuters, Senin (29/2/2016) sampai sesi terakhir tercatat WTI membaik sampai 10 sen dibandingkan dari penutupan terakhir setelah pekan sebelumnya menguat lebih dari 15%. Sementara minyak mentah berjangka jenis Brent berada pada posisi USD35,15 per barel dengan penguatan 5 sen dari sesi di hari sebelumnya untuk menjaga penguatan.
Para analis memprediksi bahwa akan ada sinyal penguatan pada outlook pasar setelah terpuruk dalam 20 bulan terakhir dengan total kejatuhan mencapai 70%.
"Rusia atau
Arab akan berencana melakukan pembekuan ketika pembicaraan untuk terus
mendukung pasar masih terus berlangsung, sedangkan di AS masih berupaya
mengurangi," jelas ANZ bank.
Data Baker Hughes menunjukkan rig minyak AS turun 13 sampai 400 di awal pekan ini. Pasar data juga menunjukkan tanda-tanda awal pergeseran sentimen. Kontrak minyak mentah WTI telah mengalami penurunan lebih dari 17% sejak pertengahan Februari lalu ke level terendah seperti tahun 2016.
Pada saat yang sama, spekulasi sektor keuangan menunjukkan akan mengalami kenaikan setelah pembekuan produksi global diyakini akan meningkatkan permintaan.
Data Baker Hughes menunjukkan rig minyak AS turun 13 sampai 400 di awal pekan ini. Pasar data juga menunjukkan tanda-tanda awal pergeseran sentimen. Kontrak minyak mentah WTI telah mengalami penurunan lebih dari 17% sejak pertengahan Februari lalu ke level terendah seperti tahun 2016.
Pada saat yang sama, spekulasi sektor keuangan menunjukkan akan mengalami kenaikan setelah pembekuan produksi global diyakini akan meningkatkan permintaan.
"Peningkatan spekulatif ada dalam laporan CFTC mencerminkan beberapa
pelaku pasar percaya bahwa minyak dalam jangka pendek akan menguat
setelah jatuh cukup dalam selema 20 bulan," tutup analis Manajemen
Risiko Caprock, Chris Jarvis.(sindonews.com/lasman simanjuntak)
Foto : Illustrasi/Google.Com
Foto : Illustrasi/Google.Com