Bongkar Muat Pelra Masih Tradisional, Ini Yang Terjadi -->

Iklan Semua Halaman

Bongkar Muat Pelra Masih Tradisional, Ini Yang Terjadi

Reporter eMaritim.Com
13 April 2016

Gresik, eMaritim.com – Kinerja Pelabuhan di Indonesia dapat ditunjukkan dengan kualitas dari pelayanan pada kapal maupun barang, produktivitas bongkar muat juga turut andil dalam lamanya kapal di dermaga dan produktivitasnya, Sebaliknya apabila peralatan bongkar muat memadai serta didukung SDM yang professional, maka produktivitas bongkar muat akan tinggi, dengan sendirinya kapal akan cepat meninggalkan dermaga atau berthing time dapat diperkecil. Namun apa jadinya jika pelabuhan rakyat (pelra) pola operasi bongkar muatnya masih dilakukan secara tradisional?

Pada pelabuhan rakyat (pelra) pola operasi bongkar muat yang masih dilakukan secara tradisional oleh sejumlah buruh dengan membawa satu persatu muatan dari dan ke dalam truk pengangkut. Maka lamanya waktu untuk bongkar muat sulit untuk ditarget waktu penyelesaiannya. Hal tersebut berakibat pada penurunan produktivitas kapal pelra dan menyebabkan antrean sandar yang lama. Kurang lebih antara waktu 1 - 6 bulan untuk melakukan kegiatan bongkar muat. Hal tersebut berdampak penurunan kinerja pada antrean kapal dan kegiatan bongkar muat itu sendiri.

"Menunggu muatan barang bisa mencapai enam bulan apabila tonase barang belum terpenuhi, juga belum tersedianya barang yang dipesan oleh pemilik kapal, hal ini tentu saja menghambat arus kunjungan kapal, sehingga menyebabkan antrean menjadi lama", ujar Supervisor Operasi Pelayanan Kapal dan Barang Pelindo III Gresik, Edi Wartoko.

Jenis kapal pelra yang paling banyak digunakan ialah Kapal Phinisi yang mempunyai ukuran tonase berkisar antara 100 - 400 ton, bahkan ada juga yang sampai 500 ton. "Selain pemenuhan tonase, penyebab lainnya karena kapal pelra lebih banyak memuat barang campuran seperti sembako, semen atau barang pecah belah dan barang kelontong. Barang tersebut belum tentu tersedia saat itu juga", imbuhnya.

Dari sisi bongkar muat barang, pelra memang belum optimal karena bongkar muat juga dipengaruhi dengan cuaca dan ketersediaan truk sebagai angkutan barang. Meskipun ada sejumlah hambatan, muatan kapal pelra yang sandar di Pelabuhan Gresik meningkat. Tercatat pada triwulan I tahun 2015 lalu sandar 343 unit kapal pelra yang setara dengan bobot kapal sebesar 48.993 GT. Pada tahun 2016 meskipun jumlah kapal pelra yang sandar sedikit berkurang yakni sebanyak 313 unit, namun secara bobot kapal meningkat menjadi 54.338 GT atau ada kenaikan kurang lebih 10 persen dibanding pada tahun sebelumnya. Jadi kapal-kapal pelra yang sandar di Pelabuhan Gresik semakin besar.

Peningkatan tersebut didukung oleh faktor realisasi arus barang yang meningkat, pada bongkar muat bag cargo, curah cair non BBM, dan log meningkat sebesar 104 persen pada tahun 2016. Dengan penjabaran, pada triwulan I tahun 2016 sebesar 1.227.338 ton, 209.989 meter kubik, 298 ton/liter, sedangkan tahun 2015 lalu hanya mencapai 1.171.208 satuan ton, 166.565 meter kubik dan 51 satuan ton/liter.

 "Apalagi kalo menjelang bulan puasa, kunjungan kapal mengalami kenaikan untuk memenuhi kebutuhan pokok, yang tadinya kapal hanya berlayar 6 bulan sekali bisa menjadi 3 bulan sekali. Sedangkan kapal yang untuk di Bawean juga yang biasanya 2 minggu sekali menjadi 1 minggu sekali," tambah Edi. Kunjungan kapal pelra melonjak hanya pada waktu tertentu seperti menjelang puasa atau natal mayoritas pemenuhan kebutuhan sembako untuk daerah Kalimantan dan sekitarnya.

Menyikapi lamanya proses bongkar muat tersebut, Manager Operasi dan Komersial Pelindo III Gresik, Imran Rasidi, menyatakan bahwa untuk kegiatan bongkar muat di pelra memerlukan perencanaan yang baik. Selain itu juga perlu pengembangan fasilitas yang memadai, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk bongkar muat bisa lebih efisien. Perencanaan yang dimaksud yaitu seperti pengaturan pemenuhan barang.

"Sebaiknya kapal pelra sudah mempunyai data barang yang akan dimuat, sehingga itu akan mempengaruhi kegiatan muat. Namun kendala yang terjadi yaitu karena kebanyakan kapal pelra menunggu order barang dahulu, baru mengerjakan bongkar muat. Sehingga sukar menerapkan perencanaan. Namun Pelindo III terus melakukan berbagai pembenahan agar pelra dapat tetap mendukung arus logistik di Tanah Air ," jelasnya. (Pelindo III / Rhp) (SUmber Foto : Pelindo III)