Menko Maritim dan Sumber Daya Rakor Soal Pengelolaan ESDM -->

Iklan Semua Halaman

Menko Maritim dan Sumber Daya Rakor Soal Pengelolaan ESDM

Pulo Lasman Simanjuntak
11 Mei 2016
Jakarta,eMaritim.Com,-Menko Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli, siang ini mengumpulkan sejumlah pejabat di kantornya untuk rapat koordinasi (rakor) soal pengelolaan energi dan sumber daya mineral (ESDM).

Rakor dihadiri oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas Sofyan Djalil, Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi, Kepala BPH Migas Andy Sommeng, perwakilan dari berbagai kementerian dan lembaga pemerintahan, dan tokoh-tokoh masyarakat Maluku.

Rizal mengungkapkan, selama ini sumber daya alam Indonesia digali dari tanah lalu diekspor mentah-mentah tanpa ada nilai tambah. Pola pengelolaan kekayaan alam yang hanya 'sedot-ekspor' ini harus diubah.

"Tadi kita rapat, ada Pak Sofyan Djalil, Kepala BPH Migas, Kepala SKK Migas, ada dari Kemenperin, Kementerian LHK, Kemenhub, dan tokoh-tokoh Maluku. Mindset kita selama ini sedot ekspor, tidak dibangun industri hilirnya, ridak ada nilai tambahnya. Ini perubahan paradigma pengelolaan sumber daya alam, dari sedot ekspor jadi kita kembangkan industri bernilai tambah," ujar Rizal usai rakor di Kantornya, Jakarta, Rabu (11/5/2016).

Di pertambangan misalnya, bauksit digali dari dalam tanah lalu diekspor mentah-mentah, padahal bisa diolah menjadi aluminium. Gas bumi yang harusnya bisa diolah menjadi pupuk, petrokimia, dan sebagainya juga diekspor mentah-mentah.

Akibatnya, Indonesia tetap menjadi negara berkembang ketika negara-negara yang setara dengan Indonesia di tahun 1960-an seperti Korea Selatan, China, Taiwan, sudah melesat menjadi negara maju.

Menurut Rizal, Indonesia perlu mengubah paradigma pengelolaan sumber daya alam bila ingin maju. Itulah alasan mengapa dirinya ngotot kilang Masela harus dibangun di darat, tujuannya supaya ada pembangunan industri, ada nilai tambah yang tercipta untuk rakyat.

Polemik Masela beberapa waktu lalu bukan hanya soal perdebatan apakah kilang LNG sebaiknya dibangun di darat atau di laut, tapi lebih dari itu, yang diperdebatkan sebenarnya adalah paradigma pengelolaan sumber daya alam di sektor ESDM.

Keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar kilang Masela dibangun di darat, harus dijadikan tonggak perubahan paradigma pengelolaan sumber daya alam, dari hanya ekspor mentah ke pembangunan industri bernilai tambah.

"Pada dasarnya banyak terjadi kesalahpahaman bahwa polemik Masela hanya soal perbedaan darat dan laut, sebetulnya bukan begitu," tutupnya.(**/berita/detikfinance.com/foto/humas menko kemaritiman)
Editor  : Pulo Lasman Simanjuntak)