Foto Ilustrasi | eMaritim.com |
Berdasarkan
keterangan Sekretaris Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Karawang,
Wanosuki, peristiwa itu berawal saat korban bersama anaknya, Diki (12) sedang
mencari ikan di laut yang berjarak satu mil dari pantai, Sabtu 3 Desember 2016.
Saat itu
ombak setinggi tiga meter menabrak perahu yang ditumpangi keduanya hingga
terbalik. Korban bersama anaknya berusaha menyelamatkan diri dengan mencari
pelampung untuk berenang ke pantai. Namun, hanya Diki yang berhasil meraih
pelampung. Karena pelampung hanya satu, korban minta anaknya segera pulang.
Diki
akhirnya berusaha untuk berenang ke pantai. Namun, karena tidak kuat, dia
pingsan di atas pelampung. Untungnya ada perahu nelayan yang melihat Diki
hingga langsung ditolong dan dinaikkan ke atas perahu.
Nelayan itu
tidak berani mencari Nurjaman karena badai yang mencapai ketinggian 3 meter.
"Sejak Sabtu sore itu memang cuaca buruk dan badai mencapai 3 meter hingga
banyak nelayan yang kembali pulang karena takut," ujar Wanosuki, Senin
(5/12/2016).
Setelah Diki
berhasil diselamatkan, pihak keluarga masih menunggu kabar Nurjaman. Namun,
setelah ditunggu korban belum juga pulang ke rumah. Esok harinya pihak keluarga
tetap menunggu kedatangan korban, namun hingga Minggu sore belum juga ada
kabar.
"Pihak
keluarga baru mendapat kabar korban ditemukan tewas di pinggir pantai
Cemarajaya pada Minggu malam. Kita sudah evakuasi korban dan juga mengurus
proses pemakamannya," katanya.
Wanosuki
mengatakan, memasuki bulan Desember ini cuaca buruk terjadi di laut Karawang
hingga menyulitkan nelayan untuk mencari ikan. Akibatnya, nelayan kesulitan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya setiap hari.
"Makanya
banyak nelayan yang nekat melaut karena kebutuhan ekonomi. Mereka berani
mempertaruhkan hidupnya di laut untuk mencari ikan," tukasnya.
Sumber: Okezone.com