Jakarta, eMaritim.com - Banyaknya kapal yang
melakukan lay up dalam jangka waktu (hari) yang lama, pakar maritim Indonesia,
Ir. Sjaifudin Thahir, MSc. memberikan sedikit solusi dan wawasan sebelum
mempertimbangkan untuk melakukan keputusan kapal dilakukan lay up, adapun
pertimbangannya sebagai berikut;
pertama,
menurut Ir. Sjaifudin dalam melakukan lay up kapal sebaiknya situasi pasar
muatan saat itu (kondisi harga muatan) sesuai dengan jenis kapal dan perkiraan
berapa lama waktu kapal yang akan dilakukan lay up. kedua, pikirkan kembali berapa sebenarnya penghematan biaya
operasional per hari, bila dibandingkan dengan kemampuan produksi kapal dan
kondisi pasar cargo serta biaya pengaktifan kembali kapal. ketiga, sisa masa pakai kapal yang produktiif untuk beroperasi dan
nilai kapal.
Faktor-faktor pertimbangan tersebut tidak hanya
dapat membantu pemilik dalam membuat keputusan lay up, akan tetapi juga dalam
menyimpulkan sejauh mana kapal bila dilakukan lay-up. Ada dua jenis lay-up
kapal yaitu Hot Lay Up dan Cold Lay Up yang ditambahkan oleh Ir Sjaifudin.
Hot
Lay-Up sendiri mencakup periode lay-up biasanya relatif
lebih singkat, biasanya kurang dari 12 bulan. Untuk ini Crewing dapat
dipertahankan atau sedikit dikurangi, tentunya dengan permohonan kepada
pemerintah, dengan mesin tetap dapat beroperasi termasuk sistem dalam kapal
lainnya harus tetap terawat dengan baik.
Dalam hot lay-up pemilik memiliki manfaat dengan
mudah dan tanpa biaya yang signifikan. Namun jenis lay up ini biasanya
penurunan biaya operasional sehari-hari tidak banyak (saving tidak banyak).
Cold Lay-Up, lay up jinis ini cenderung bisa lebih
lama, seringkali bisa 12 bulan sampai beberapa tahun. Kapal dalam kondisi cold
lay-up kondisi mesin kapal dan sistem lain tidak dioperasikan, hanya generator
saja sebagai penyedia listrik ke peralatan kapal yang diperlukan. Crewing dapat
diminimalkan untuk “skeleton crew” atau diganti dengan hired lay-up crew,
mereka bekerja sesuai dengan jam tugas jaga, menjaga potensi kebakaran dan
kebocoran, serta menjaga mesin dan lambung kapal. Cold lay-up dapat mengurangi
biaya operasional secara signifikan tetapi harus ada upaya tambahan dan risiko
terutama yang berkaitan dengan pengaktifan kembali kapal.
Sebelum lay up harus dilakukan penilaian risiko
lay-up, mempersiapkan kapal lay up dan memberi tugas jaga pada ABK, tindakan
pencegahan lingkungan dan kapal dari tantangan yang mungkin akan dihadapi sbb:
Pertama, mencari lokasi di laut atau di sungai yang tepat
untuk pelaksanaan lay-up untuk kapal, prospek untuk pengaturan tambat kapal
yang aman, kapal terkena pengaruh cuaca, risiko tabrakan dengan kapal lain,
atau jangkar yang dapat menahan kapal bergeser dll
Kedua, meminimalkan resiko terjadinya kebakaran, kebocoran
dan keamanan kapal.
Ketiga, memperhatikan manual dan prosedur untuk
inspeksi dan pemeliharaan kapal.
Keempat, memperhatikan rencana tanggap darurat,
pengaturan evakuasi dan langkah-langkah anti-polusi.
Kelima, Menunjuk ABK yang cukup berpengalaman.
Keenam, berkonsultasi dengan konsultan yang memang
professional bidang lay-up dan menetapkan prosedur lay-up untuk memastikan
semua persyaratan layup berada di kapal untuk mengurangi kesulitan saat
pengaktifan kembali kapal pada masa yang akan datang.
Ketujuh, Selain itu, pemilik kapal harus
mempertimbangkan faktor-faktor komersial seperti biaya-biaya yang akan timbul
dan kesiapan melakukan operasi kembali, lokasi yang tepat guna charter
berikutnya dan aksesibilitas ke kapal saat lay-up.
Persiapan Lay-up untuk mobile offshore unit menuntut
dilakukan dengan benar untuk menghindari kerusakan peralatan kapal. Memerlukan
alat pengering udara dipertahankan dalam ruang internal, pelumasan peralatan
sensitif, pemeliharaan perangkat lunak, pengeringan dan pembersihan tangki,
pemeriksaan peralatan mesin, mempersiapkan daerah akomodasi dll. Disarankan
untuk berkonsultasi dengan knsultan atau badan klasifikasi mengenai hal ini.
Pengaktifan kembali kapal untuk beroperasi adalah
fase yang lebih menantang dari seluruh periode lay-up, dengan isu-isu kemungkinan
peralatan. Namun, jika langkah-langkah yang diambil pada saat lay-up telah
dikelola dengan baik, maka pengktifan kembali dan potensi komplikasi yang
mungkin terjadi selama proses pengaktifan akan diminimalisir. Faktor-faktor
lain yang mungkin akan mempengaruhi kompleksitas pengaktifan kapal adalah jenis
kapal dan usia kapal serta lamanya waktu kapal di lay-up.
Tantangan yang dihadapi selama fase pengaktifan
kembali kapal dapat lebih lama dari periode lay-up, tapi biasanya masalah yang
terjadi adalah:
1. Korosi akibat kelembaban dan
kurang pelumasan, termasuk pipa dan katup.
2. Mengkatifkan kembali mesin
induk yang tidak difungsikan dan kurangnya minyak pelumas.
3. Kegagalan dan kerusakan pada
regulator, elektronik dan peralatan kontrol lainnya.
4. Situasi pasar saat itu dan
perkiraan waktu di lay-up.
5. Kerusakan bunker di dalam
tangki yang berubah menjadi padat jika dibiarkan tanpa pengawasan dalam waktu
yang lama.
Kadang-kadang ini sering dilupakan bahwa ketika
pengaktifan kembali kapal pemilik harus memberitahukan dan berkonsultasi dengan
perusahaan asuransi, badan klasifikasi, pihak otoritas pelabuhan dan negara
bendera.
Oleh Ir. Sjaifuddin
Thahir, MSc.
Mobile : 0817188831