Mess Pelaut CAAIP Jalan Melati Tanjung Priok mengadakan syukuran. -->

Iklan Semua Halaman

Mess Pelaut CAAIP Jalan Melati Tanjung Priok mengadakan syukuran.

07 Maret 2017
Jakarta 7 Maret 2017, eMaritim.com

Mess Pelaut Corps Alumni Akademi Ilmu Pelayaran yang bertempat di Jalan Melati Tanjung Priok mengadakan syukuran 1 tahun berdirinya mess tersebut.

Dihadiri oleh puluhan anggotanya yang selama ini rutin berkumpul di tempat tersebut, mess di Jalan Melati tersebut juga mencerminkan bagaimana keadaan pelaut di Indonesia selama ini. 

Mulai dari anggota yang berusia diatas 60 tahun sampai yang berusia 20 tahunan biasa berbagi informasi dan bertukar pengalaman serta pembelajaran di tempat tersebut. 

Dalam acara syukuran yang berlangsung sederhana itu, ketua mess Melati Captain Siswadi M.Mar mengharapkan kepedulian anggota dan juga Pemerintah atas nasib pelaut pelaut yang selama ini tidak mendapat perhatian yang pantas.

Ketua Forum Komunikasi Maritim Indonesia H James Talakua yang hadir di acara tersebut memberikan masukan kepada eMaritim.com bahwa sampai sekarang pun pelaut masih sulit mendapatkan hak yang wajar di negara ini. 

Lebih jauh dia mengatakan lewat sambungan telepon: " Sebagai penghasil devisa yang besar bagi negara Indonesia, pelaut masih saja kesulitan jika berurusan dengan perbankan. Jika mereka ingin memiliki rumah, kredit KPR saja susah didapat karena sifat pekerjaan mereka yang sebagian besar adalah karyawan kontrak. 

Apalagi kredit modal usaha untuk mempersiapkan hari tua mereka. Disinilah letak kesenjangan perhatian pemerintah kepada pelaut. 

Di saat Tol laut dan Poros Maritim dijadikan primadona pembangunan Indonesia, masih saja sulit buat pelaut memiliki hal yang sangat mendasar yaitu rumah".

Sesuatu yang ironis dan luput dari pengamatan pemerintah, di saat industri perkapalan melemah pemerintah masih saja meneriakkan kita kekurangan pelaut. 

Kalau ditengok data perkapalan akan mudah terlihat bahwa sekitar 40 persen kapal di Indonesia dalam posisi menganggur. 

Bisa dibayangkan berapa banyak pelaut yang menggantungkan hidupnya dari kapal kapal itu. Ini berbanding terbalik dengan keadaan di sekolah sekolah pelayaran, dimana penerimaan siswa masih tetap pada kuota maksimal.(jan)