Pokja IORA 2017 |
Jakarta, eMaritim.com – Pertemuan kemarin pada kelompok
kerja 2nd Indian Ocean Rim Association (IORA) Blue
Economy Ministerial Conference (BEC II) di Jakarta, Senin (8/5/2017). Membahas mengenai
implementasi konsep ekonomi biru.
Dibuka oleh
Deputi Koordinasi Bidang Kedautalan Maritim Kemenko Bidang Kemaritiman Arif
Havas Oegroseno, dialog dibagi menjadi lima sesi. Sesi tersebut antara lain
mengenai perikanan tangkap dan perikanan budidaya, wisata bahari, kerjasama
antar pelabuhan, kerjasama antar bea cukai dan penanganan sampah plastik di
laut. “Kita ingin membahas dari sisi practical saja dan tidak ingin BEC II hanya berawal dan berakhir pada kertas
dokumen yang hanya ditumpuk tanpa ada implementasi,” ujarnya kepada media di
sela-sela sesi kelompok kerja.
Dalam dialog kelompok kerja ini, Pemerintah
Indonesia mengundang beberapa praktisi dari Prakarsa Segitiga Karang untuk
Terumbu Karang, Perikanan dan Ketahanan Pangan (CTI-CFF), BRI, Bank Exim
Indonesia, Pelindo dan beberapa peneliti mengenai plastic tar road.
"Pertama
kami mengundang BRI untuk menyampaikan paparan program kemitraan di bidang
perikanan, tambak udang, perikanan tangkap, dan bagaimana mekanismenya membantu
nelayan kecil," ujar Havas di Hotel Pullman, Jakarta, Kemarin.
Diapun menyebutkan bahwa paparan mengenai
pembiayaan oleh BRI ini cukup mendapatkan respon yang positif dari
negara-negara anggota Indian Ocean Rim Association (IORA).
"Tadi
banyak mendapat tanggapan positif dari negara-negara delegasi IORA. Dari Afrika
Selatan, Oman, Mozambik, Madagaskar mereka menyambut positif sekali karena
model dari fisheries & aquaculture itu mereka tidak ada,” tutur Havas.
Menurutnya, ada
kekhawatiran mengenai bagaimana nelayan kecil yang tidak punya modal tetapi
dapat memperoleh pinjaman dari bank. “Ternyata salah satu caranya adalah dengan
kemitraan dengan perusahaan swasta dengan nelayan kecil, nah perusahaan swasta
itulah yang memperoleh pembiayaan dari bank kemudian melakukan pendampingan
atau kerjasama dengan nelayan,” bebernya.
Skema seperti
ini, tambahnya, belum ada di beberapa negara IORA.
Lebih lanjut, mengutip penjelasan Kepala Divisi Agribisnis
BRI, Havas menjelaskan, para nelayan kecil cukup telah terbantukan atas langkah
yang dilakukan Bank Rakyat Indonesia (BRI) memberikan kredit 50 ribu kepada
nelayan dengan mengucurkan dana sekitar 14 triliun. Rata-rata per orang
mendapatkan US$ 2.500.
Kemudian tentang terumbu karang, Havas mengatakan bahwa saat
ini masalah terumbu karang sedang jadi perhatian negara-negara kawasan. “Jadi
banyak dari negara-negara Samudera Hindia mengalami kerusakan, sehingga kami
bisa menawarkan restorasi terumbu karang," ucapnya. Oleh karena itu,
Direktur CTI-CFF Widi Agoes Pratikto, membagikan pengalaman Indonesia dalam
restorasi terumbu karang.
"Selanjutnya wisata bahari, yang kami undang adalah pelaku bisnis
dan World Bank. Setelah sesi mengenai wisata bahari, pokja membahas mengenai
jaringan pelabuhan. “Tujuan kita adalah agar bisa menjalin komunikasi dan
membangun jaringan antar pelabuhan agar kita bisa memperluas pasar ekspor,”
tambahnya.
Dalam
kesempatan yang sama, Sekjen IORA KV. Bhagirath optimis, forum 2nd IORA Blue
Economy Ministerial Conference dapat menghasilkan keputusan dalam bentuk proyek
selain tukar menukar pengalaman. “Banyak potensi yang bisa dikembangkan di
kawasan Samudera Hindia namun belum banyak dilakukan,” ujarnya. Menurutnya,
setelah pertemuan ini, akan segera digelar pertemuan lanjutan pada Bulan Juli
mendatang di Indonesia.
BEC II atau 2nd
IORA Blue Economy Ministerial Conference merupakan tindak lanjut dari dari
penyelenggaraan IORA Leader’s Summit pada tanggal 5-7 Maret 2017 di Jakarta.
Kemenko Maritim menyelenggarakan the Second IORA Ministerial Blue Economy
Conference (BEC) 2 yang berlangsung sejak tanggal 8-10 Mei 2017 di Jakarta.
(**)
Sumber : Kemenko Bidang Kemaritiman