Taruna STIMar Sedang Fokus Terhadap Materi Diskusi Seminar CAASA |
Jakarta, eMaritim.com – Hari ini pelaksanaan seminar
maritim yang diadakan oleh Corps Alumni
AMI dan STIMar :”AMI” (CAASA) berlangsung kondusif, para pakar maritim
dan regulator senantiasa berbagi informasi dan saling memberi masukan guna
menciptaakan sumber daya manusia (SDM) maritim nasional yang lebih maju.
Seperti yang telah diagendakan sebelumnya pada 24 Agustus 2017 atau hari
ini, Kamis CAASA mengadakan seminar
maritim dan latihan kepemimpinan kader muda maritim dengan megundang beberapa
pakar maritim nasional dan perwakilan pemerintahan.
Dalam kegiatan
itu CAASA mengambil tema ‘kebijakan dan regulasi serta tantangan terhadap
sumber daya manusia yang profesional untuk suksesnya tol laut, poros maritim,
dan pelayaran nasional Indonesia’.
Seminar Maritim CAASA |
Menurut Ketua
Umum CAASA Capt. Nurhadi mengatakan bahwa tujuan dari penyelenggaraan acara ini
adalah guna menampung keluhan dan rencana kedepannya mengenai SDM Maritim
Nasional agar dapat bersaing secara International dan sejahtera secara
penghasilan.
Dirinya menambahkan terkait lembaga teknis mengenai SDM Maritim Nasional seperti
perguruan tinggi negeri (PTN) maritim maupun swasta (PTS) memiliki peran yang
cukup baik dalam meningkatkan kualitas SDM Maritim dalam hal ini perwira pelaut
nasional.
Perlu adanya konektivitas antara alumni dengan siswa Fresh graduate yang ada di PTN atau PTS, karena akan memberikan semangat akibat adanya
konektivitas dari senior ke junior.
Menurut capt
Nurhadi meskipun para alumni yang sudah berlayar di mancanegara, dirinya
menghimbau agar para alumni tetap mau menerima masukan dari para praktisi atau
pakar maritim guna menciptakan kesuksesan SDM maritim Nasional di mata dunia
dengan kualitas dan mutu yang tinggi.
Menurutnya
kunci dari peningkatan mutu SDM Maritim Nasional terletak pada bahasa, tak
hanya mengerti satu bahasa yakni bahasa Indonesia namun mengerti beberapa
bahasa dari negara lain guna hubungan international yang akan menghasilkan
konektivitas kerja antar negara, “terutama berbahasa Inggris yang perlu di
tingkatkan, karena bahasa International yang diakui dunia,” ungkapnya kepada
eMaritim.com di Gedung STIMar, Jakarta.
Berbeda
dengan Nurhadi, Sekjen CAASA, Capt. Heri Surosaputro menyayangkan pembahasan
yang didiskusikan para pakar maritim di acara ini tak sinkron karena kebanyakan
dari para pakar maritim membahas mengenai infrastruktur dan sedikit membahas
mengenai SDM Maritim Nasional dan masalah yang ada pada regulasi.
“Namun
acara tersebut sangat baik, karena para pelaut dan taruna/i yang hadir jadi
paham dan mengerti akan permasalahan yang ada pada dunia Kemaritiman Nasional
yang cukup luas ini,” kata Capt. Heri.
Dalam pembahasan
diskusi ini, yang utama dan gencar
sekali di bahas adalah mengenai regulasi IMO International terutama peraturan
yang membahas mengenai sertifikat international untuk pelaut.
Dirinya berharap
kepada Pemerintahan Indonesia terutama Kementerian Perhubungan khususnya
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut agar pelaut-pelaut nasional dibantu
mengenai permasalahan sertifikasi, dimulai dari harga sertifikasi agar tak
terlalu mahal dan juga waktu pembuatan sertifikatnya dipercepat. “karena pelaut
tidak boleh lama didaratan, karena dia (pelaut) harus membawa sertifikat
tersebut agar berlayar kembali ke laut,” tuturnya.
Ketua Umum Ikatan Korps Perwira Pelayaran Niaga Indonesia (IKPPNI), Capt. Dwiyono Suyono |
Senada
dengan Capt. Heri, Ketua Umum Ikatan Korps Perwira Pelayaran Niaga Indonesia
(IKPPNI), Capt. Dwiyono Suyono mengatakan bahwa banyak keluhan dari praktisi maritim dengan sistem
kepengurusan sertifikat pelaut yang ada masih terbilang kurang mendukung
suksesnya pelaut Indonesia, karena pelaut di nasional menurutnya tak diakui di
negaranya sendiri, akibat peraturan yang ada di Indonesia tak diperjelas untuk
pelaut nasional.
“Kita dicetak oleh negara dengan ijazah (tanda
kelulusan pendidikan pelaut) tetapi ditempatkan rumpun ilmu aja gak
jelas. Sementara 2/3 negara kita adalah wilayah maritim dan kekayaan ini
letaknya di situ (kekayaan maritim) tetapi SDM-nya tidak diakui dalam skala
nasional,” tegasnya. (hp)