Diskusi Maritim CAASA Bahas SDM Maritim, Ternyata Ini Masalahnya -->

Iklan Semua Halaman

Diskusi Maritim CAASA Bahas SDM Maritim, Ternyata Ini Masalahnya

25 Agustus 2017
Taruna STIMar Sedang Fokus Terhadap Materi Diskusi Seminar CAASA

Jakarta, eMaritim.com – Hari ini pelaksanaan seminar maritim yang diadakan oleh Corps Alumni  AMI dan STIMar :”AMI” (CAASA) berlangsung kondusif, para pakar maritim dan regulator senantiasa berbagi informasi dan saling memberi masukan guna menciptaakan sumber daya manusia (SDM) maritim nasional yang lebih maju.

Seperti yang telah diagendakan sebelumnya pada 24 Agustus 2017 atau hari ini, Kamis CAASA mengadakan  seminar maritim dan latihan kepemimpinan kader muda maritim dengan megundang beberapa pakar maritim nasional dan perwakilan pemerintahan.

Dalam kegiatan itu CAASA mengambil tema ‘kebijakan dan regulasi serta tantangan terhadap sumber daya manusia yang profesional untuk suksesnya tol laut, poros maritim, dan pelayaran nasional Indonesia’.

Seminar Maritim CAASA
Menurut Ketua Umum CAASA Capt. Nurhadi mengatakan bahwa tujuan dari penyelenggaraan acara ini adalah guna menampung keluhan dan rencana kedepannya mengenai SDM Maritim Nasional agar dapat bersaing secara International dan sejahtera secara penghasilan.

Dirinya menambahkan terkait lembaga teknis mengenai SDM Maritim Nasional seperti perguruan tinggi negeri (PTN) maritim maupun swasta (PTS) memiliki peran yang cukup baik dalam meningkatkan kualitas SDM Maritim dalam hal ini perwira pelaut nasional.

Perlu adanya konektivitas antara alumni dengan siswa Fresh graduate yang ada di PTN atau PTS, karena akan memberikan semangat akibat adanya konektivitas dari senior ke junior.

Menurut capt Nurhadi meskipun para alumni yang sudah berlayar di mancanegara, dirinya menghimbau agar para alumni tetap mau menerima masukan dari para praktisi atau pakar maritim guna menciptakan kesuksesan SDM maritim Nasional di mata dunia dengan kualitas dan mutu yang tinggi.

Menurutnya kunci dari peningkatan mutu SDM Maritim Nasional terletak pada bahasa, tak hanya mengerti satu bahasa yakni bahasa Indonesia namun mengerti beberapa bahasa dari negara lain guna hubungan international yang akan menghasilkan konektivitas kerja antar negara, “terutama berbahasa Inggris yang perlu di tingkatkan, karena bahasa International yang diakui dunia,” ungkapnya kepada eMaritim.com di Gedung STIMar, Jakarta.
 
(kiri) Capt Albert Lapian Direktur STIMar (kanan) Sekjen CAASA, Capt. Heri Surosaputro
Berbeda dengan Nurhadi, Sekjen CAASA, Capt. Heri Surosaputro menyayangkan pembahasan yang didiskusikan para pakar maritim di acara ini tak sinkron karena kebanyakan dari para pakar maritim membahas mengenai infrastruktur dan sedikit membahas mengenai SDM Maritim Nasional dan masalah yang ada pada regulasi.

“Namun acara tersebut sangat baik, karena para pelaut dan taruna/i yang hadir jadi paham dan mengerti akan permasalahan yang ada pada dunia Kemaritiman Nasional yang cukup luas ini,” kata Capt. Heri.

Dalam pembahasan diskusi ini,  yang utama dan gencar sekali di bahas adalah mengenai regulasi IMO International terutama peraturan yang membahas mengenai sertifikat international untuk pelaut.

Dirinya berharap kepada Pemerintahan Indonesia terutama Kementerian Perhubungan khususnya Direktorat Jenderal Perhubungan Laut agar pelaut-pelaut nasional dibantu mengenai permasalahan sertifikasi, dimulai dari harga sertifikasi agar tak terlalu mahal dan juga waktu pembuatan sertifikatnya dipercepat. “karena pelaut tidak boleh lama didaratan, karena dia (pelaut) harus membawa sertifikat tersebut agar berlayar kembali ke laut,” tuturnya.
Ketua Umum Ikatan Korps Perwira Pelayaran Niaga Indonesia (IKPPNI), Capt. Dwiyono Suyono
Senada dengan Capt. Heri, Ketua Umum Ikatan Korps Perwira Pelayaran Niaga Indonesia (IKPPNI), Capt. Dwiyono Suyono mengatakan bahwa banyak keluhan dari praktisi maritim dengan sistem kepengurusan sertifikat pelaut yang ada masih terbilang kurang mendukung suksesnya pelaut Indonesia, karena pelaut di nasional menurutnya tak diakui di negaranya sendiri, akibat peraturan yang ada di Indonesia tak diperjelas untuk pelaut nasional.

“Kita dicetak oleh negara dengan ijazah (tanda kelulusan pendidikan pelaut) tetapi  ditempatkan rumpun ilmu aja gak jelas. Sementara 2/3 negara kita adalah wilayah maritim dan kekayaan ini letaknya di situ (kekayaan maritim) tetapi SDM-nya tidak diakui dalam skala nasional,” tegasnya. (hp)