Istimewa |
Pasukan Filipina menyelamatkan
seorang sandera Vietnam tersebut pada Minggu (20/8/2017) di pulau Basilan, Mindanao
selatan, yang menjadi markas kelompok penculikan Abu Sayyaf.
Pembebasan sandera Vietnam itu
terjadi setelah operasi intensif dilakukan terhadap kelompok militan Abu
Sayyaf, seperti dilaporkan kantor berita Perancis, AFP.
"Sandera bisa dibebaskan dari
militan dalam operasi militer. Pasukan kami menyelamatkannya dengan bantuan
tokoh lokal," kata juru bicara militer, Kapten Jo-Ann Petinglay, seperti
dikutip kompas.com.
Petinglay menambahkan, pihaknuya
telah melakukan operasi rutin untuk melawan kelompok Abus Sayyaf ini dengan
melibatkan serangan udara.
“Kelompok tersebut mendapat tekanan
lanjutan," tuturnya.
Pelaut Vietnam itu bersama lima
awak lainnya diculik pada November 2016 dari sebuah kapal kargo Vietnam yang
berlayar kurang dari 20 kilometer dari Basilan. Militan memenggal dua pelaut
Vietnam lainnya pada bulan lalu. Pemenggalan itu mendorong Presiden Rodrigo
Duterte untuk mengancam akan membalasnya dengan tindakan lebih kejam. Presiden Duterte
sering menggunakan bahasa yang ekstrem setiap kali jika ia sedang berbicara
tentang pemberantasan kelompok militan Islam tersebut.
Abu Sayyaf, yang didirikan pada
1990-an atas dukungan Al Qaeda, kini terpecah menjadi beberapa faksi dengan
beberapa terus terlibat dalam penculikan dan kejahatan lainnya. Satu faksi Abu
Sayyaf, yakni kelompok Maute, telah berjanji setia kepada kelompok Negara Islam
di Irak dan Suriah, dan melancarkan serangan ke Marawi, Mindanao, pada Mei
2017.
Abu Sayyaf telah memenggal banyak
warga asing setelah negara asal korban tidak merespons permintaan uang tebusan.
Jurgen Kantner (70) dari Jerman
dipancung pada Februari 2017 setelah permintaan uang tebusan dari para penculik
yakni sebesar 30 juta peso atau 600.000 dollar AS tidak dipenuhi.
Tahun lalu, kelompok tersebut
memancung dua sandera Kanada. Saat ini gerilyawan Abu Sayyaf masih menahan 18
sandera, termasuk 14 orang asing, kata Petinglay. (*)