Istimewa |
Kepala Badan
Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM KP) Zulficar
Mochtar mengatakan, keanggotaan Indonesia pada CCSBT merupakan bentuk
perhatian khusus pemerintah kepada pengelolaan tuna, bukan saja tuna Indonesia
namun tuna dunia. Hal tersebut disampaikan saat membuka kegiatan tersebut,
Senin (28/8).
“Ikan ini banyak
diminati, terus berkembang teknik penangkapannya selama beberapa tahun terakhir
sehingga perlu dipastikan agar dikelola secara berkelanjutan. Pada pertemuan
keilmuan ini akan direview total catch yang ada, total produksi
dan berbagai aspek terkait lainnya,” ungkap Zulficar.
Selain itu,
dalam kegiatan tersebut juga akan dilaporkan sejauh mana manajemen dan
compliance terhadap aturan yang telah disepakati oleh para anggota. Tuna
sebagai migratory species, lanjut Zulficar, tidak bisa dikelola oleh
Indonesia sendiri dan tidak bisa diputuskan sendiri. “Perlu bersama dengan
mitra lainnya yang juga bagian dari migrasi tuna dunia,” ujarnya.
Dalam
pengelolaan sumber daya tuna, pertemuan ilmiah seperti pertemuan ini memiliki
peran penting untuk memberikan saran ilmiah bagi para manajer untuk memastikan
sumber daya ikan dikelola dengan baik untuk memberikan kesejahteraan bagi semua
orang, industri dengan prinsip keadilan.
Kepala Pusat
Riset Perikanan – BRSDM KKP, Toni Ruchimat yang saat itu didaulat sebagai
pimpinan delegasi Indonesia menjelaskan, pertemuan ini merupakan bentuk
diplomasi keilmuan perikanan southtern bluefin tuna / tuna sirip biru selatan
dalam komunitas regional CCSBT. “Dalam mengambil keputusan, resolusi, CCSBT
tidak langsung begitu saja, ada mekanismenya, salah satunya berdasarkan hasil scientific
meeting ini, yang akan menjadi materi pada working group serta working
party. Melalui laporan riset pula masing-masing anggota akan menunjukkan
kepatuhan terhadap resolusi yang dihasilkan dari pertemuan sebelumnya,”
imbuhnya.
Pusat Riset
Perikanan sendiri, melalui Loka Riset Perikanan Tuna di Bali merupakan unit
kerja KKP yang melaksanakan riset pengelolaan tuna di Indonesia. Adapun kuota
tuna sirip biru selatan Indonesia sendiri disinyalir terus meningkat. Pada 2008
berjumlah 750 ton, pada 2017 terdapat 899 ton tuna. Keberadaan tuna ditaksir
terus meningkat menjadi 1.023 ton pada rentang tahun 2018 hingga 2020.
Executive
Secretary CCSBT Secretariat, Robert Kennedy menyampaikan dari pertemuan
keilmuan ini diharapkan dapat diperoleh bukti sains atas naik turunnya stok
tuna sirip biru selatan. “Walaupun spawning stock biomass masih
relatif rendah, tapi diharapkan akan didapatkan hasil riset yang menunjukkan
naiknya stock assessment tuna sirip biru selatan”, jelas Toni.
Toni
menambahkan, pada pertemuan ini juga akan menjadi agenda adalah metode baru
dalam riset stock assessment dari yang sebelumnya secara konvensional
memasang tag pada ikan, akan dikembangkan prosedur baru misalnya tagging dengan
memanfaatkan teknik genetik.
Pertemuan ini
rutin diselenggarakan setiap tahunnya secara bergiliran oleh anggota CCSBT
(Australia, the European Union, the Fishing Entity of Taiwan, Indonesia,
Japan, Republic of Korea, New Zealand dan South Africa). Selain
delapan anggota tersebut, Philippine bergabung sebagai cooperating
non-members comprise .
CCSBT
merupakan bagian Regional Fisheries Management Organizations (RFMO’s)
yang memiliki mandat untuk memastikan manajemen penangkapan tuna yang
berkelanjutan dan mengatur konservasi serta manajemen stok tuna. Indonesia juga
telah menjadi anggota dari 3 (tiga) RFMO’s lainnya, yaitu The Indian Ocean
Tuna Commission (IOTC) dan Western and Central Pacific
Fisheries Commission (WCPFC) dan Cooperating Non Member Inter
America Tropical Tuna Commission (IATTC) .
Bukan saja soal pengelolaan tuna,
dalam kegiatan tersebut juga dibahas tentang dukungan dunia dalam pemberantasan
Illegal Unreported and Unregulated Fishing (IUUF) .
“Indonesia juga mendorong, yang dibahas bukan hanya produksi tuna saja perlu
ada keberpihakan kepada nelayan kecil termasuk isu IUU Fishing perlu
diaddress , semangat itu kita masukan dalam agenda diskusi,” jelas Zulficar.
Diharapkan
pertemuan ini akan memberikan rekomendasi kepada Komisi CCSBT untuk
memastikan stok tuna sirip biru selatan dapat lestari, dikelola dan
dimanfaatkan secara optimal dengan memperhatikan aspek ekonomi dan sosial,
dengan menjunjung tinggi prinsip keadilan (fairness). Pada Oktober
2017 mendatang akan digelar 12th Meeting of the Compliance Committee
dan 24th Annual Meeting of the CCSBT sebagai lanjutan dari Pertemuan
ke-22 The Extended Scientific Committee of The Commission for the
Conservation of Southern Bluefin Tuna (CCSBT). (*)