Istimewa |
Surabaya, eMaritim.com –
Meningkatkan teknologi dan sumber daya kemaritiman, serta menunjang potensi
laut yang hanya dikelola 10 persen, Badan Keamanan Laut (Bakamla) bekerjasama
dengan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya di bidang Keamanan
dan Keselamatan Maritim, Pendidikan, Pelatihan, Penelitian, dan Pengabdian
Kepada Masyarakat, yang ditandai dengan penandatangan Memorandum of
Understanding (MoU) oleh Deputi Informasi Hukum dan Kerjasama Bakamla, Abdul
Ghofur, dan Rektor ITS, Joni Hermana, di Kampus ITS, Kamis (19/10).
Dalam
sambutannya, Deputi Informasi Hukum dan Kerjasama Abdul Ghofur menyampaikan
pesan Kepala Bakamla RI Laksdya TNI Ari Soedewo. Ia menyampaikan, Indonesia
mempunyai sumber daya kemaritiman sangat besar. Ia menambahkan, setidaknya
Indonesia kehilangan sumber daya lautnya sekitar Rp 300 triliun.
"Sumber
daya laut Indonesia seharusnya menyumbangkan devisa yang sangat besar untuk
negera ini. Padahal, Indonesia menjadi tempat bertelornya ikan di dunia,"
paparnya seperti dikuitp merdeka.com.
Selain itu,
ia mengatakan, sekitar 98 persen peredaran narkoba melalui laut. Penegakan
kejahatan lintas negara (transnasional crime) di Indonesia masih lemah.
"Bayangkan, kita pernah kemasukan narkoba 1 ton," paparnya.
Menurutnya,
beberapa permasalahan ini, salah satu faktornya karena teknologi kemaritiman
Indonesia masih terbilang rendah. Dengan itu, pihaknya ingin mengajak ITS
sebagai perguruan tinggi yang konsen di bidang teknologi kemaritiman.
"Sehingga
diharapkan dari kerjasama sama ini, teknologi kemaritiman semakin maju dan
meringankan beban tenaga dan biaya," jelasnya.
Ditanya
mengenai kerjasamanya, di antaranya meliputi survaillance, desain kapal khusus
patroli Bakamla dan menempatkan potensi-potensi kerawanan. "Sehingga bisa
dicegah, ketika kapal itu masuk ke wilayah Indonesia," tambahnya.
Sementara,
Rektor ITS, Prof. Joni Hermana menyambut baik kerjasama semacam ini. Ia
menyebutkan, sejak berdiri, ITS diamanatkan oleh presiden kala itu sebagai
pusat studi teknologi kemaritiman dan kelautan Indonesia. Bahkan beberapa saat
lalu, ITS diminta oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (Menkomaritim)
memberikan saran dan masukan tentang pengimplementasian tol laut dan poros
maritim dalam kajian.
"Berapa
banyak pelabuhan yang harus dibangun, jenis pelabuhan dan kapal. Sehingga 2019
nanti, Indonesia menjadi poros maritim dunia," ungkap Joni.
Sebagai
tambahan, ITS juga beberapa saat lalu juga baru saja meluncurkan inovasi sistem
peringatan dini dan monitoring keselamatan kapal serta instalasi laut yang
dinamakan Automatic Identification System (AISITS).
Diharapkan,
dengan inovasi ini, kasus kecelakaan kapal dan operasional fasilitas laut,
seperti bangunan lepas pantai, jalur pipa bawah laut, kabel bawah laut hingga
kerusakan terumbu karang akibat lalu lintas kapal semakin bisa diminimalisir.(*)