Profil Nakhoda Indonesia, Capt. Chepy Chairil Anwar -->

Iklan Semua Halaman

Profil Nakhoda Indonesia, Capt. Chepy Chairil Anwar

20 Januari 2018
Jakarta, 20 Januari 2018 eMaritim.com


Menjadi Nakhoda sebuah kapal adalah pekerjaan impian hampir semua pelaut didunia, tidak terkecuali bagi seorang anak muda asal Pandeglang Banten yang pada tahun 1991 memutuskan untuk menjadi seorang Perwira Pelayaran Niaga Indonesia dengan bersekolah di Pendidikan dan Latihan Ahli Pelayaran Jakarta (kini STIP).

Berasal dari keluarga yang tidak seorangpun pernah menjadi pelaut, Chepy Chairil Anwar muda menyelesaikan pendidikannya di tahun 1995 dan langsung bekerja pada perusahaan bonafide Humpuss Intermoda Transportasi. Tidak pernah berpindah tempat kerja selama kariernya,  Chepy diangkat menjadi Nakhoda pada usia 39 tahun tepatnya di tahun 2011. Sebuah karir yang terbilang sangat baik dan menjadi contoh sebuah ketekukan, loyalitas dan dedikasi yang pada akhirnya mendapatkan reward yang setimpal dari perusahaan yang mempekerjakannya.

Berikut adalah potongan questioner yang diberikan responden khusus emaritim Anggit Susilo kepada Capt. Chepy Chairil Anwar:

Mengapa anda ingin menjadi pelaut?
Hasil test minat bakat sewaktu SMA menyebutkan salah satu pekerjaan yangg cocok adalah pelaut. Dari situlah awal mula timbul keinginan menjadi pelaut,  gaji/penghasilan yang lebih besar menjadi daya tarik. Tambahan lagi kesempatan kerja yang terbuka luas baik di laut ataupun di darat bagi yang ingin alih profesi.

Apa cita-cita anda selain menjadi pelaut?
Pilot / penerbang

Apakah anda menjadi lulusan terbaik?
Tidak

Kapan anda mulai bekerja? Di perusahaan apa?
Mulai bekerja January 1996 pada perusahaan Humpuss Intermoda Transportasi, diberangkatkan ke Sakaide Japan, ke kapal Surya Aki yg baru saja selesai dibangun. Pertama bekerja menjabat sebagai Mualim 4. Hanya ada 2 orang perwira Indonesia yaitu Mualim 4 dan Masinis 4 (Budi Purnomo 34/ teman sekapal semasa prola). Perwira lainnya Jepang, dan Crew Indonesia.

Apakah anda sudah menikah?
Alhamdulillah sudah dan memiliki 3 orang putri. 

Apa suka duka anda menjadi Nakhoda di kapal tersebut?
Tentunya lebih banyak sukanya. Membawa kapal dengan selamat dari pelabuhan satu ke pelabuhan lainnya merupakan suatu kebahagiaan. Ikut andil memberi manfaat dalam pendistribusian cargo juga sesuatu yang menyenangkan. Mengarungi lautan dengan berbagai macam keadaan cuaca dari kondisi cuaca baik sampai yang ekstrim menjadi tantangan tersendiri. Kehidupan di kapal dijalani dengan sangat teratur. Mulai dari jam bangun pagi, sholat/ibadah, makan, bekerja, olahraga, semua serba teratur. Sejak penggantian dari Nakhoda Jepang ke Indonesia, ada satu ruangan yang kita alih fungsikan yaitu dari Lounge tempat berkumpulnya perwira2 Jepang menjadi sebuah mushola. Suara adzan pun berkumandang sebagai panggilan bagi crew yang muslim untuk sholat berjamaah. 

Disamping itu, jauh dari keluarga merupakan hal yang harus di sikapi dengan bijak. Pada masa sekarang ini, komunikasi dengan keluarga jauh lebih mudah dan murah, bisa dengan email, telephone,wa, sms dsb. Apalagi dengan difasilitasi internet service oleh perusahaan(sudah di aplikasikan pada beberapa kapal, yg belum in sya Allah menyusul)


Pengalaman apa yang paling berkesan selama anda menjadi Nakhoda?
Menjadi nakhoda pertama menggantikan nakhoda lain yang berbeda kebangsaan, memiliki kesan yang mendalam. Apalagi itu menjabat untuk yang pertama kalinya.
Kita harus membuktikan bahwa kita pun mampu bekerja / memimpin kapal dengan baik dengan kualitas yang sama baiknya. Alhamdulillah, pergantian Nakhoda dari Jepang ke Indonesia berjalan dengan baik. Sampai saat ini sudah 5 kapal LNG dibawah HUMOLCO Management yang di nakhodai oleh orang Indonesia.

Apakah anda berkeinginan untuk kembali ke kampus anda dan menjadi dosen disana?
Ya, ada keinginan itu.

Apa pesan anda untuk para pembaca pada umumnya dan pada peluat khususnya?
Manusia itu unik, tidak ada yang sama antara satu dengan lainnya. Sesuatu yang terasa sulit bagi seseorang mungkin terasa mudah bagi yang lainnya, begitu juga sebaliknya. Menjadi pelaut itu tidaklah mudah, butuh kesiapan dari segi fisik dan mental dan tentunya ketrampilan dan kompetensinya juga harus terus ditingkatkan mengikuti kemajuan zaman dan perkembangan tekhnologi. Bekerja di darat atau di laut adalah pilihan. Bekerja lah dengan baik nikmati prosesnya niatkan untuk ibadah semoga langkah kita selalu dilindungi dan dirahmati Allah SWT. (jan)