Ilustrasi | Pelabuhan di Banten |
Jakarta,
eMaritim.com – Investasi asing yang diajak kemenhub dari negara India akan
dibuatkan kelonggaran aturan demi memikat investor tersebut, hal ini dibutuhkan
untuk memenuhi pendanaan proyek nasional yang tak cukup disokong anggaran
negara.
Menteri
Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan proyek infrastruktur perhubungan yang
ditawarkan kepada investor India antara lain proyek bandara dan pelabuhan. Di
samping itu, Kemenhub juga mendorong pembukaan penerbangan langsung yang
menghubungkan kota-kota di India dengan kota-kota di Indonesia.
Dia
menerangkan peluang investasi bagi investor asing di bidang kebandarudaraan
diestimasi mencapai Rp20 triliun, sedangkan di sektor kepelabuhan sebesar Rp10
triliun. Budi Karya menyebutkan kehadiran delegasi pengusaha India ke Indonesia
menjadi indikasi Indonesia diminat investor asing.
"Oleh
karena itu kami ingin ada improvement pelayanan investasi agar mereka
[investor] lebih mudah dan firmed [berinvestasi di Indonesia],"
jelas Menhub selepas acara Forum Infrastruktur India Indonesia (FIII) di
Jakarta, Senin (19/3/2018).
Secara umum,
Kemenhub menargetkan penghapusan 8 jenis perizinan tahun ini menyusul
penghapusan 11 jenis perizinan pada 2017. Tahun ini, Kemenhub juga akan
mendelegasikan 11 jenis perizinan setelah pada tahun lalu mendelegasikan 13
perizinan ke Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Di sisi
lain, Kemenhub menawarkan sejumlah proyek pengembangan infrastruktur ke
delegasi India, antara lain pengembangan Bandara Kuala Namu, Bandara Raden
Inten, Bandara Juwata, dan Bandara Komodo. Selanjutnya Pelabuhan Kuala Tanjung
dan Pelabuhan Bitung.
Dalam acara
FIII delegasi India terdiri dari 30 perwakilan dari sejumlah perusahaan di
sektor infrastruktur, antara lain dari sektor pelabuhan, kelistrikan, bandara,
manajemen sumber daya air, rumak sakit, dan teknologi.
Duta Besar
India untuk Indonesia Pradeep Kumar Rawat menggaris bawahi meningkatnya
pertumbuhan ekonomi India dan kisah sukses investasi India di luar negeri.
Dia menyerukan agar India dan Indonesia melakukan sinergi yang lebih besar di sektor perindustrian terutama pada sektor infrastruktur.
Dia menyerukan agar India dan Indonesia melakukan sinergi yang lebih besar di sektor perindustrian terutama pada sektor infrastruktur.
Dubes
mengatakan India dan Indonesia punya hubungan yang terjalin sejak abad ke-7, di
era Kerajaan Sriwijaya. Kedua negara menurutnya sangat berpotensi melangkah ke
tahap kerja sama infrastruktur yang tengah digenjot masing-masing negara.
Pradeep
menuturkan, pertumbuhan ekonomi India yang terbilang tinggi, yakni 7,2% di 2017
menjadi salah satu pendorong pengusaha Negeri Bollywood itu gencar membenamkan
modal di banyak negara.
"India
dan Indonesia sudah bekerja sama di banyak sektor, sekarang perlu sinergi yang
lebih besar di sektor infrastruktur," jelasnya.
Secara
khusus dia menilai investasi di sektor infrastruktur membutuhkan waktu
pengembalian modal yang lebih lama. Oleh karena itu, investor akan berminat
membenamkan modal selama ada kepastian regulasi dan iklim usaha yang kondusif.
Dalam
catatan Bisnis, realisasi investasi India sepanjang tahun lalu melesat. Menurut
data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi India
tercatat US$286,6 juta atau naik 4,26 kali lipat dibandingkan dengan posisi
2016.
Di samping
itu, India juga merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia. Data
Kementerian Perdagangan menunjukkan, India merupakan negara tujuan ekspor
keempat terbesar senilai US$13,94 miliar pada 2017. Jumlah tersebut meningkat
40% dibandingkan posisi 2016 secara year-on-year. Di sisi lain, impor
asal India juga tumbuh 33% menjadi US$3,78 miliar. (*)
(Sumber: Bisnis)