Dari Tragedi Balikpapan. Komunikasi Yang Baik, Aspek Penting Keselamatan Pelayaran -->

Iklan Semua Halaman

Dari Tragedi Balikpapan. Komunikasi Yang Baik, Aspek Penting Keselamatan Pelayaran

19 April 2018
Semarang 19 April 2018

Oleh: Capt Dwiyono Suyono,  Ketua IKPPNI


Ada hal yang menarik untuk diamati dan dikaji dengan kejadian Kebakaran di perairan Pelabuhan Semayang Balikpapan, Sabtu (31/3/2018) dan yang waktunya hampir bersamaan degan adanya polusi tumpahan minyak.
Pengamatan dan tulisan dibuat dengan referensi berita publik yang sudah beredar. 
Insiden (kejadian) Kecelakaan (accident) di Balikpapan yang terjadi secara bersamaan dapat dibagi dalam 3 hal kategori kecelakaan:
1.      Kebakaran.
2.      Pencemaran lingkungan.
3.      Kecelakaan navigasi laut.

Dampak dari kecelakaan antara lain kerugian-kerugian berupa:
1. Korban jiwa (Fatality) 5 korban jiwa – Multiple fatalities (catasthrophic) pada tingkat ke-extriman kecelakaan.
2. Pencemaran Laut dan lingkungan – LOPC > 100 Tes – Major to Massive effects pada tingkat ke-extriman kecelakaan.
3. Property damage – pipa minyak mentah bertekanan bocor – Serious pada tingkat ke-extriman kecelakaan.

Ketiga kerugian-kerugian tersebut mempertaruhkan REPUTASI buruk bagi para penanggung jawab pada tingkat Nasional dan Internasional.
Sebagai tenaga ahli maritim yang berpengalaman sebagai praktisi maritim dan terlatih dengan Emergency Response Crisis Management termasuk oil spill response dan kebakaran kapal, mengamati bahwa sampai saat ini setelah lebih dari 2 minggu belum ada berita resmi untuk publik yang bisa disimpulkan mewakili pihak yang berwenang, sebagai pembelajaran berharga bagi semua pemangku kepentingan.

Ada budaya yang sangat berbeda dalam  manajemen keselamatan dengan para praktisi di swasta, dimana dalam menangani kasus apapun dalam kecelakaan dituntut tidak kurang dari 24 jam laporan awal kecelakaan (Preliminary Incident Report) sudah harus tuntas, ditindak lanjuti dengan laporan kecelakaan lengkap (Final Report) 3 hari paling lama dan Root Cause Analysis tidak lebih dari 1 minggu. 

Budaya penanganan kasus kecelakaan ini juga intinya bukan mencari SIAPA YANG SALAH (WHO IS WRONG), namun lebih mengarah pada APA YANG SALAH (WHAT WENT WRONG) dan dimana yang terlewati oleh manajemen?

Hal demikian dianggap penting, karena setiap kejadian (kecelakaan=accident atau hampir celaka=nearmiss) adalah merupakan catatan penting dari manajemen sebagai proses pembelajaran keselamatan  secepatnya bagi semua lini dan disepakati tindak lanjut dari tindakan pencegahan kecelakaan agar tidak berulang insiden yang sama sebagai satu kelalaian berulang dalam waku yang tidak bisa diduga.

Prinsip dalam manajemen keselamatan yang baik adalah:
1.Kegagalan pekerja, adalah kegagalan Manajemen (Failure of employee is failure of Management)
2. Tidak ada budaya menyalahkan (No blame culture)

Mengutip dari definisi tentang KECAKAPAN PELAUT YANG BAIK, salah satu aspek kecakapan pelaut yang baik yang akhirnya bisa saja dijadikan analisa awal sumber akar penyebab masalah (RCA=Root Cause Analysis) dalam  rentetan kejadian kecelakaan diatas adalah masalah: KOMUNIKASI.

Apabila diasumsikan bahwa kapal MV Ever Judge sebagai penyebab putusnya pipa minyak di Balikpapan, kemungkinan besar kronologi situasi yang terjadi di anjungan kapal (ship’s bridge) saat kapal sedang ber-olah gerak bernavigasi dalam perairan wajib Pandu melintas Teluk Balikpapan mengarah tempat buang jangkar (anchorage area) adalah sebagai berikut:

Pandu (warga negara Indonesia) yang berdinas memberikan arahan pada Nakhoda (Warga negara Cina) dalam bahasa Inggris untuk menyiapkan jangkar kapal yang akan digunakan dan diturunkan dari ulup jangkar (Hawse pipe) sekitar 1 meter diatas/dibawah air (Lower down port/starboard anchor 1 meter above/below the water surface).

Kemungkinan besar disinilah awal mula dari segala rentetan kecelakaan diatas terjadi, dimana (mungkin) Nakhoda menerima arahan Pandu dengan pemahaman yang sanagat berbeda, yaitu Pandu meminta menurunkan jangkar yang akan digunakan diulur 1 segel di air (1 shackle in water = panjang 27 meter).

Nakhoda kemudian menyampaikan perintahnya dalam bahasa Cina, dimana Pandu tidak memahami apa yang sedang disampaikan si Nakhoda kepada kru. Kru kapal tentunya hanya patuh pada perintah Nakhoda dan melaksanakannya. 

Saat jangkar sudah diturunkan inilah tanpa disadari Pandu yang bertugas bahwa ada mis-komunikasi tehnis, kapal tetap bergerak melaju kearah laut dengan jangkar terseret dikarenakan kedalaman laut hanya 20 meter. Jangkar yang terseret (dragging) didasar laut mengait pipa-pipa didasar laut, tertarik dan putus yang menimbulkan kebocoran minyak mentah (crude oil) didalamnya.

Apakah analisa di atas memiliki  kekuatan bukti? Tentunya belum, karena tulisan ini tidak berdasarkan investigasi yang aktual kepada para pihak yang terlibat langsung, dan hanya berdasarkan berita-berita yang termuat selama ini dalam media masa, dimana belum ada juga berita pasti yang memuat kesimpulan pasti apa sumber pemicu sebenarnya dari rentetan kecelakaan yang terjadi. Namun bisa saja kemungkinan itu terjadi, atas dasar pengamatan yang didasari pengalaman sebagai praktisi dengan latar belakang profesi yang sama.

Di atas adalah ulasan bila saja memang benar bahwa sumber awal akibat dari kurangnya penguasaan kecakapapan pelaut yang baik oleh seorang Nakhoda di atas kapal. 

Kurangnya kemampuan dalam Komunikasi dalam bahasa Internasional, dapat berkontribusi besar terhadap potensi bahaya keselamatan pelayaran (Maritime Safety).
Apakah sepenuhnya kesalahan nakhoda dalam hal ini? 

Perusahaan yang mempekerjakan nakhoda juga memiliki andil dalam terlewatnya implementasi sistim manajemen di atas kapal sesuai ISM Code. Perimbangan beban tanggung jawab dirunut kepada tingkat manajemen, agar semua lini yang terlibat baik langsung atau tidak langsung dalam kejadian terkait dapat memetik pelajaran yang sama tanpa lepas tangan.

Prinsip No blame culture dalam safety management harus tetap dijaga, dimana dalam proses RCA akhirnya akan menyimpulkan persentase kesalahan terbagi rata kepada semua pihak yang terlibat dan berkepentingan sebagai pembelajaran menyeluruh.

Cimahi 15 April 2018, Salaam Bahari dan semoga bermanfaat.

Capt.Dwiyono Soeyono
Ketua IKPPNI