eMaritim.com, 30 September 2018
Korban jiwa akibat tsunami di Palu dan Donggala sejauh ini
tercatat 420 orang meninggal, hal itu disampaikan oleh kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana BNPB Willem Rampangilei pada Sabtu (29/9) malam “ Jumlah
korban jiwa itu hanya mencakup Kota Palu, belum termasuk korban lain di
Kabupaten Donggala dan Sigi.” Sedangkan pengungsi yang tercatat ditaksir
10.000 pengungsi yang tersebar di 50-an titik dalam Kota Palu.
Begitu dahsyatnya kekuatan gempa 7,7 skala Richter dan
tsunami yang menghantam bagian pantai barat Sulawesi bahkan sampai merubuhkan
Jembatan Ponulele yang merupakan ikon kota Palu dan menghempaskan kapal Sabuk
Nusantara 39 keatas dermaga.
Untuk menjadi pengetahuan bersama, redaksi eMaritim menyampaikan fakta-fakta mengenai tsunami agar menjadi perhatian kita semua kedepannya.
Kata Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti Gelombang besar di Pelabuhan. Tsunami terbentuk karena adanya perubahan massa (displaced) air laut yang diakibatkan oleh bergesernya lempeng bumi didasar lautan, Letusan gunung berapi diatas atau dibawah laut, tanah longsor ataupun jatuhnya meteor kelaut. 86% dari tsunami diakibatkan oleh gempa atau disebut Seaquakes
Untuk berubah menjadi Tsunami, gempa biasanya harus memenuhi 3 kriteria :
1. Gempa berkekuatan minimal 7 skala Richter. Karena dari intensiti sekuat ini atau lebih yang menghasilkan energi cukup kuat untuk merubah massa air laut secara mendadak yang menghasilkan tsunami
2. Dasar lautan terangkat atau terbenam karena pergeseran
lempeng bumi. Contoh ini adalah di Tsunami Aceh 26-12-2004, dimana tekanan energi
maha dahsyat mendorong air laut ke segala
dengan kecepatan sampai 600-800 kilometer per jam.
3. Titik episentrum dari gempa dekat dengan daratan
Yang membedakan Tsunami dengan gelombang yang dihasilkan angin adalah jarak antara puncak gelombangnya, dimana pada gelombang tsunami jarak tersebut bisa sejauh 100 km, sementara pada gelombang yang dihasilkan angin biasanya hanya sampai ratusan meter.
Pada laut lepas, gelombang tsunami relative pendek, dengan
ketinggian antara 0,5 – 1 meter saja. Tetapi energi yang mendorongnya yang
membuat gelombang tesebut apabila mencapai laut yang dangkal yang membuatnya
menjadi lebih tinggi dari sebelumnya dan jika mencapai daratan akan sangat
menghancurkan.
Alarm peringatan Tsunami bisa berjarak beberapa menit sampai beberapa jam, tergantung jarak episentrum ke daratan.
Sementara 5 Tsunami yang paling mematikan dalam sejarah yang tercatat manusia adalah sebagai berikut :
1. Tsunami 26 Desember 2004 di Samudera Indonesia yang diakibatkan gempa berkekuatan 9,1 skala Richter yang menewaskan lebih dari 230.000 jiwa di Indonesia, khususnya Provinsi Nangroe Aceh Darussalam dan beberapa Negara di Afrika dan Asia lainnya. Tsunami ini saat mencapai pantai tercatat setinggi 16 meter.
2. Tsunami yang terjadi di Lissbon Portugal pada 1 November
1755 yang menewaskan 60.000 orang di Portugal, Spanyol dan Maroko.
3. Letusan Krakatau pada 27 Agustus 1883 yang menewaskan
lebih dari 40.000 orang pada masa tersebut. Apabila letusan Krakatau sedahsyat
itu terjadi dimasa kini dengan tingkat populasi manusia yang sudah belipat,
korban dan kerusakan dipastikan akan jauh lebih besar dari yang terjadi dimasa
penjajahan Belanda tersebut. Ombak yang menghantap dataran Banten saat itu tercatat setinggi 40 meter.
4. Tsunami di Enshunada yang terjadi akibat gempa
berkekuatan 8,3 skala Richter di Jepang pada 20 September 1498, membunuh
sebanyak 31.000 manusia pada masa itu.
5. Tsunami di Nankaido Jepang pada 28 Oktober 1707, terjadi
akibat gempa berkekuatan 8,4 skala Richter dan menewaskan 30.000 orang.
Masih ada lagi banyak kejadian dimana tsunami menghacurkan kehidupan manusia seperti yang terjadi di Fukushima/ Tohoku yang menyapu bersih kota Miyako sehingga menewaskan lebih dari 18.000 penduduk.
Masih ada lagi banyak kejadian dimana tsunami menghacurkan kehidupan manusia seperti yang terjadi di Fukushima/ Tohoku yang menyapu bersih kota Miyako sehingga menewaskan lebih dari 18.000 penduduk.
Sebagai salah satu negara yang terletak di Ring of Fire Pacific, Indonesia sebaiknya memiliki sistim peringatan dini yang tersebar di laut laut yang berpotensi terjadi tsunami. Dan penduduk yang berpotensi terdampak oleh bahaya tsunami diberikan pelatihan serta dibuat jalur evakuasi dengan tanda tanda yang jelas di masing masing wilayah.
Di daerah selatan Pulau Jawa tanda tanda tersebut banyak terlihat disetiap desa, yang memudahkan penduduk untuk mencari tempat evakuasi kedaerah dataran tinggi terdekat.(jan)