![]() |
Istimewa |
Tarakan, eMaritim.com – Direktorat Jenderal Perhubungan Laut
(Ditjen Hubla) telah menetapkan enam lokasi sebagai pelabuhan percontohan
(pilot project) keselamatan pelayaran. Direktur Perkapalan dan Kepelautan, Capt Sudiono
menyayangkan, hingga kini, belum banyak orang yang memiliki kesadaran dan
budaya keselamatan transportasi tersebut.
Karena itu, guna meningkatkan keselamatan dan keamanan
pelayaran serta kualitas pelayanan di Pelabuhan, Ditjen Hubla kembali menggelar
bimbingan teknis (Bimtek) kepada para pengelola pelabuhan, di Pelabuhan
Tarakan, Rabu-Jumat (5-7/12) bertempat di Swiss-Belhotel Tarakan, Kalimantan
Utara.
"Bimtek itu sebagai salah satu bentuk komitmen dalam
upaya untuk meningkatkan keselamatan pelayaran," kata Capt. Sudiono pada
pembukaan kegiatan Bimtek, dalam keterangannya seperti dikutip Republika.co.id.
Keenam lokasi pelabuhan percontohan (pilot project), itu
adalah Pelabuhan Tarakan, Pelabuhan Kaliadem, Tanjung Pinang, Bau-Bau, Sumenep,
dan Ambon. “Salah satu yang diperbaiki pada keenam pelabuhan percontohan
tersebut adalah digitalisasi tiket dengan mengacu kepada sistem keamanan dan
keselamatan di bandar udara,” kata Sudiono.
Melaljui penataan lingkungan dan pembenahan sistem
transportasi laut melalui digitalisasi tiket dan sterilisasi Pelabuhan,
tentunya secara otomatis akan meningkatkan kualitas keselamatan dan kemananan
pelayaran dan juga pelayanan kepada pengguna jasa transportasi laut. Selain
perbaikan dan peningkatan layanan di Pelabuhan, ketentuan-ketentuan
Internasional di bidang keselamatan pelayaran dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2008 tentang Pelayaran dan seluruh peraturan pelaksanaannya juga mensyaratkan
kelaiklautan kapal bagi setiap kapal yang beroperasi di perairan Indonesia.
“Keselamatan pelayaran adalah kebutuhan mutlak dan tanggung
jawab kita semua, baik regulator, operator, dan juga seluruh pengguna jasa
transportasi laut, termasuk para penumpang kapal,” ujar Sudiono.
Namun yang sangat disayangkan, kata dia, belum banyak orang
yang memiliki kesadaran dan budaya keselamatan transportasi. Padahal, menurut
Sudiono, diperlukan komitmen bersama antara regulator, operator dan juga
pengguna jasa untuk menjadikan keselamatan pelayaran sebagai budaya.
Sehingga, ucap dia, pemenuhan aturan tentang keselamatan
tersebut, bukan hanya sekadar memenuhi kewajiban dan tanggung jawab. Melainkan,
sudah menjadi kebutuhan dasar setiap orang.
“Melalui kegiatan bimtek keselamatan pelayaran ini, kita
berharap dapat meningkatkan awareness serta pengetahuan masyarakat terhadap
keselamatan pelayaran. Kegiatan ini adalah salah satu upaya yang kami lakukan
secara berkesinambungan untuk senantiasa meningkatkan aspek keselamatan
pelayaran dan kelaiklautan kapal di Indonesia,” ucap Sudiono.
Bimbingan Teknis Keselamatan Pelayaran ini diikuti oleh
kurang lebih 80 orang peserta yang berasal dari perwakilan Kantor Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen Hubla, Pemerintah Daerah di Kalimantan Utara,
Perusahaan Pelayaran, dan pemilik serta operator kapal.
Pada Bimtek ini para peserta akan mendapatkan materi yang
terdiri dari berbagai topik, antara lain terkait Penegakan Hukum dan
Pelaksanaan Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar bagi Kapal Tradisional,
Sterilisasi Pelabuhan Melalui Penerapan Tata Letak (Layout) Zonasi dan
Kebutuhan Alat Pengaman, Penerapan E-Ticketing serta Mekanisme Pelayanan
Penumpang, Barang dan Kendaraan, Rancang Bangun, Stabilitas dan Garis Muat
Kapal, Sertifikasi Keselamatan Kapal, dan sebagainya.
“Selain itu, kita juga akan melakukan kunjungan lapangan ke
pelabuhan untuk meninjau secara langsung pembenahan dan penataan yang telah dilakukan
di Pelabuhan Tarakan,” tutup Sudiono. (*)