Budaya Keselamatan Masyarakat dalam Transportasi Laut Belum Optimal -->

Iklan Semua Halaman

Budaya Keselamatan Masyarakat dalam Transportasi Laut Belum Optimal

05 Desember 2018
Istimewa
Tarakan, eMaritim.com – Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (Ditjen Hubla) telah menetapkan enam lokasi sebagai pelabuhan percontohan (pilot project) keselamatan pelayaran.  Direktur Perkapalan dan Kepelautan, Capt Sudiono menyayangkan, hingga kini, belum banyak orang yang memiliki kesadaran dan budaya keselamatan transportasi tersebut.

Karena itu, guna meningkatkan keselamatan dan keamanan pelayaran serta kualitas pelayanan di Pelabuhan, Ditjen Hubla kembali menggelar bimbingan teknis (Bimtek) kepada para pengelola pelabuhan, di Pelabuhan Tarakan, Rabu-Jumat (5-7/12) bertempat di Swiss-Belhotel Tarakan, Kalimantan Utara.

"Bimtek itu sebagai salah satu bentuk komitmen dalam upaya untuk meningkatkan keselamatan pelayaran," kata Capt. Sudiono pada pembukaan kegiatan Bimtek, dalam keterangannya seperti dikutip Republika.co.id.

Keenam lokasi pelabuhan percontohan (pilot project), itu adalah Pelabuhan Tarakan, Pelabuhan Kaliadem, Tanjung Pinang, Bau-Bau, Sumenep, dan Ambon. “Salah satu yang diperbaiki pada keenam pelabuhan percontohan tersebut adalah digitalisasi tiket dengan mengacu kepada sistem keamanan dan keselamatan di bandar udara,” kata Sudiono.

Melaljui penataan lingkungan dan pembenahan sistem transportasi laut melalui digitalisasi tiket dan sterilisasi Pelabuhan, tentunya secara otomatis akan meningkatkan kualitas keselamatan dan kemananan pelayaran dan juga pelayanan kepada pengguna jasa transportasi laut. Selain perbaikan dan peningkatan layanan di Pelabuhan, ketentuan-ketentuan Internasional di bidang keselamatan pelayaran dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dan seluruh peraturan pelaksanaannya juga mensyaratkan kelaiklautan kapal bagi setiap kapal yang beroperasi di perairan Indonesia.

“Keselamatan pelayaran adalah kebutuhan mutlak dan tanggung jawab kita semua, baik regulator, operator, dan juga seluruh pengguna jasa transportasi laut, termasuk para penumpang kapal,” ujar Sudiono.

Namun yang sangat disayangkan, kata dia, belum banyak orang yang memiliki kesadaran dan budaya keselamatan transportasi. Padahal, menurut Sudiono, diperlukan komitmen bersama antara regulator, operator dan juga pengguna jasa untuk menjadikan keselamatan pelayaran sebagai budaya.

Sehingga, ucap dia, pemenuhan aturan tentang keselamatan tersebut, bukan hanya sekadar memenuhi kewajiban dan tanggung jawab. Melainkan, sudah menjadi kebutuhan dasar setiap orang.

“Melalui kegiatan bimtek keselamatan pelayaran ini, kita berharap dapat meningkatkan awareness serta pengetahuan masyarakat terhadap keselamatan pelayaran. Kegiatan ini adalah salah satu upaya yang kami lakukan secara berkesinambungan untuk senantiasa meningkatkan aspek keselamatan pelayaran dan kelaiklautan kapal di Indonesia,” ucap Sudiono.

Bimbingan Teknis Keselamatan Pelayaran ini diikuti oleh kurang lebih 80 orang peserta yang berasal dari perwakilan Kantor Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen Hubla, Pemerintah Daerah di Kalimantan Utara, Perusahaan Pelayaran, dan pemilik serta operator kapal.

Pada Bimtek ini para peserta akan mendapatkan materi yang terdiri dari berbagai topik, antara lain terkait Penegakan Hukum dan Pelaksanaan Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar bagi Kapal Tradisional, Sterilisasi Pelabuhan Melalui Penerapan Tata Letak (Layout) Zonasi dan Kebutuhan Alat Pengaman, Penerapan E-Ticketing serta Mekanisme Pelayanan Penumpang, Barang dan Kendaraan, Rancang Bangun, Stabilitas dan Garis Muat Kapal, Sertifikasi Keselamatan Kapal, dan sebagainya.

“Selain itu, kita juga akan melakukan kunjungan lapangan ke pelabuhan untuk meninjau secara langsung pembenahan dan penataan yang telah dilakukan di Pelabuhan Tarakan,” tutup Sudiono. (*)