Jakarta, eMaritim.com - Pelaku usaha menilai, kanal Cikarang
Bekasi Laut (CBL) dari Marunda ke kawasan industri Cikarang, lebih efisien
ketimbang melalui jalan darat, namun perlu dilakukan pengkajian secara
menyeluruh.
Kanal CBL dari Marunda ke Cikarang jaraknya sekitar 40 kilo
meter atau 22 mil. Waktu yang dibutuhkan untuk bongkar sampai muat (pp) 21 jam.
Yakni, muat tujuh jam, waktu tempuh
pejalanan dari Marunda ke Cikarang tujuh jam dan bongkar tujuh jam.
Pembangunan kanal yang diperkirakan menelan anggaran Rp3,4
triliun itu, rencananya akan dioperasikan dua kapal tongkang. Karena itu, lebar
kanal harus ideal, yaitu 100 - 150 meter, agar bisa dilalui dua kapal. Kapasitas angkut untuk satu tongkang 200 bok
atau 5000 bok per bulan dengan asumsi 25 hari kerja.
Dengan kapasitas sebanyak itu, kalau menggunakan angkutan
berbasis jalan raya diperlukan 200 truk kontainer atau setara dengan 1600
meter. Artinya, ada ruas jalan 1,6 kilo meter per hari yang bisa dikurangi di
jalan raya.
Dewan Pimpinan Pusat Indonesian National Shipowners'
Association (DPP INSA) mendukung rencana itu, namun harus melalui kajian,
sehingga proyek padat modal itu tidak mubajir.
Sekretaris-1 DPP INSA, Capt.Otto K.M Caloh mengatakan,
kepentingan pemilik barang di kanal CBL itu ialah kepastian waktu tempuh.
Kendati diakui, kapasitas angkut masih sangat terbatas, namun sudah bisa
membantu mempercepat arus barang.
"Satu tongkang 200 bok, kalau dua togkang 400 bok.
Potensi kemacetan yang bisa dikurangi menjadi 3,2 kilo meter," tuturnya.
Kendati hanya 10 ribu bok untuk dua tongkang per bulan,
masih lebih efisien dan menguntungkan, ketimbang menggunakan angkutan berbasis
jalan raya.
Proyek yang sudah masuk dalam proyek strategi nasional (PSN)
itu, ungkap Otto lebih efisien ketimbang menggunakan angkutan berbasis jalan
raya. Terlebih sekarang ini, arus lalulintas di jalan tol Cikampek menuju
kawasan industri Cikarang sudah sangat macet.
"Kami dari INSA mendukung penuh program pengembangan
kanal CBL untuk kelancaran arus barang dari kawasan industri ke Pelabuhan
Tanjung Priok atau sebaliknya. Namun harus dilakukan kajian dan lebar kanal
harus ideal, agar bisa dilewati dua kapal, kalau perlu lebih, sehingga
kapasitas angkut menjadi lebih besar," jelasnya.
Selain itu, pada jarak tertentu harus dibuatkan rest area,
agar kapal bisa melakukan manuver dan menepi bila terjadi gangguan. Dengan
demikian, ungkap Otto, tidak mengganggu kapal lain yang lewat.
Terkit kajian kanal CBL, Sekretaris Jenderal Kementerian
Perhubungan Djoko Sasono mengatakan, segera dilakukan. "Pastinya saya
belum tahu, kapan kajian itu akan dilakukan," tuturnya usai membuka Munas
ke VI ALFI di Hotel JW Mariot, Selasa (4/12/2018).
Kata Djoko, Kanal CBL sudah masuk proyek strategi nasional
(PSN) dan dipastikan segera terwujud. Kanal itu menjadi solusi untuk mengurai
kemacetan di jalan raya, terutama Jalan Tol Cikampek. Dengan adanya kanal CBL,
nantinya sebagian kontainer akan diangkut dengan kapal tongkang.
Menyikapi proyek Kanal CBL, Ketua Umum Assosiasi Pengusaha
Truck Indonesia (Aptrindo), Gemilang tarigan meyebutkan, proyek itu masih jauh
dari harapan. Kalaupun nanti benar-benar direalisasikan, pengaruhnya terhadap
trucking tidak signifikan.
"Berapa si kemampuan tongkang mengangkut kontainer dari
Pelabuhan Tanjung Priok ke Cikarang ?
Mereka tetap membutuhkan truk," tegasnya.
Setiap hari, truk kontainer yang beroperasi di
pelabuhan Tanjung Priok jumlahnya
ribuan. Sedangkan kemampuan tongkang yang nantinya dioperasikan di Kanal CBL
hanya mampu mengangkut 200 bok.
"Selebihnya mau diangkut pakai apa ? Mereka tetap
memerlukan truk kotainer. "Kami tidak khawatir, kanal CBL itu dibangun.
Lagi pula kapal tidak langsung masuk kawasan pabrik, karena setelah dibongkar,
tetap diangkut dengan truk, tapi kalau dengan truk, barang langsung masuk gudang pabrik,"
jelas Tarigan.
Selain itu, ungkap Tarigan, proyek Kanal CBL tidak bisa
dikerjakan secara cepat. Selain padat modal, proyek itu memerlukan kajian dan
sosialisi kepada masyarakat yang lahan dan tempat tinggalnya terkena pembebasan
lahan proyek CBL.
"Lebar kanal kan harus luas, agar bisa dilewati kapal.
Sedangkan kali CBL yang ada sekarang, lebarnya tidak memadai. Banyak
rumah-rumah warga di sepanjang kali CBL dan harus dibebaskan. Prosesnya
panjang. Kalaupun diselesaikan tahun ini, kami tidak khawatir," tuturnya.
Kanal CBL ini dalam jangka panjang bukan sekadar mengurai
kemecetan di jalan raya dan ruas tol Cikampek, tapi bagaimana PT Pelindo II/IPC
tetap bisa mempertahankan kapal-kapal singgah di Pelabuhan Tanjung Priok.
Kanal CBL seperti penentu posisi Pelabuhan Tanjung Priok,
agar tetap mampu bersaing dengan pelabuhan Patimban Subang Jawa Barat, yang
jaraknya tidak jauh dari kawasan Industri Cikarang.
Namun bila kanal CBL ini telat dibangun, kapal-kapal besar
akan bergeser ke Pelabuhan Patimban, karena para pemilik barang akan memilih
pelabuhan yang lebih dekat dengan kawasan industri. (*/hp)